Friday, 30 November 2012

Jembatan Selat Sunda Terancam Sesar Aktif

http://statik.tempo.co/data/2012/07/30/id_133290/133290_275.jpgBandung - Pakar geologi dan geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB) dikerahkan untuk meneliti dugaan adanya sesar atau patahan bumi aktif di Selat Sunda. Penelitian itu terkait studi kelayakan Jembatan Selat Sunda yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum. “Kalau ada sesar aktif, Jembatan Selat Sunda harus menghindar,” kata salah seorang peneliti studi itu, Asrurifak di ITB, Kamis, 29 November 2012.

Tim peneliti yang beranggotakan ilmuwan dari Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB itu diminta Kementerian Pekerjaan Umum melakukan identifikasi ulang sumber-sumber gempa yang berpotensi mengguncang Jembatan Selat Sunda serta potensi pergerakan tanahnya.

“Apakah di lintasan jembatan ini ada sesar? Sampai sekarang masih diadakan survei, belum selesai,” kata Wakil Ketua Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia itu.

Menurut Asrurifak, lokasi sementara Jembatan Selat Sunda yang sedang dikaji itu dipilih dari Anyer, Banten, ke Bakauheni, Lampung. Sumber gempa yang berpotensi menggoyang jembatan yaitu dari letusan Gunung Anak Krakatau, yang berjarak 50 kilometer lebih; serta gempa besar dari selatan Jawa dan barat Sumatera.

“Kita bisa hitung nilai percepatan gempa yang akan menimpa bangunan itu berapa, bangunan nanti bisa diatur supaya tahan. Jadi, biar gempa, juga tidak ada masalah,” ujarnya.

Namun, kalau ternyata ada sesar aktif di Selat Sunda, calon lokasi jembatan yang ditaksir seharga Rp 100 triliun itu harus bergeser menjauh. Untuk memastikannya, peneliti telah memasang alat global positioning system (GPS) tidak tetap di sejumlah tempat, di antaranya di Pulau Sangiang, sebuah pulau kecil yang akan dilewati jembatan.

“Itu untuk mengetahui apakah pergerakannya akibat sesar relatif atau tidak,” ujarnya. Kriteria sesar aktif, antara lain, pernah bergerak dalam kurun 10 ribu tahun.

Pada saat ini, tim sudah mengetahui ada palung atau jurang laut yang dalam di Selat Sunda. Lebar palung itu mencapai 150 meter hingga ada bentang panjang jembatan yang dirancang sepanjang 2 kilometer.

Di Selat Sunda, kata Asrurifak, sejauh ini diketahui ada dua palung. Palung di dekat Pulau Jawa memiliki lebar 150 meter, sementara dekat Pulau Sumatera ada palung kembar.

Studi kelayakan itu juga mengkaji riset-riset sebelumnya sejak zaman Presiden Soekarno hingga penelitian terbaru dari instansi atau lembaga riset di Indonesia. Tumpukan data itu, kata Asrurifak, sedang diinterpretasikan. Targetnya, pada 2014, rancangan jadi jembatan sudah harus sampai ke tangan pemerintah.


0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...