Yogyakarta - Tim mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan mengembangkan sereal berbahan ubi jalar.
"Sereal berbahan ubi jalar atau Ipomoea batatas Poir itu kami beri nama Serubi. Serubi merupakan minuman seduh berenergi tinggi untuk meningkatkan nilai ekonomi ubi jalar," kata ketua tim, Nopi Yudi Pramono, di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, sereal untuk sarapan itu akan dapat meningkatkan nilai ekonomi ubi jalar yang menyehatkan dan mudah dibuat.
"Kandungan gizi yang dimiliki ubi jalar sangat melimpah, antara lain karohidrat, protein, vitamin, dan berbagai mineral yang dibutuhkan oleh tubuh," katanya.
Ia mengatakan, jenis produk yang dihasilkan Serubi adalah minuman dalam kemasan terbuat dari bahan ubi jalar yang mudah disajikan, sehat, dan mengenyangkan dengan harga terjangkau.
"Kandungan karbohidrat yang terkandung dalam 100 gram ubi jalar merah mencapai 27,9 gram. Ubi jalar merah mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan beberapa zat tubuh lainnya," katanya.
Dengan kandungan gizi ubi jalar tersebut, kata dia, akan dihasilkan produk sereal yang dapat digunakan sebagai pengganti sarapan.
Menurut dia, Serubi dipasarkan melalui warung-warung dan toko-toko, agar masyarakat dapat secara mudah memperoleh produk tersebut.
"Selain itu, kami juga mengadakan kerja sama dengan koperasi mahasiswa di UNY yang dapat dijadikan tempat mahasiswa berlatih berwirausaha. Produk yang sudah jadi dijual di koperasi mahasiswa agar mahasiswa dan masyarakat dapat memperoleh Serubi dengan mudah," katanya.
Ia mengatakan, pembuatan sereal ubi jalar dengan bahan baku tepung ubi jalar. Tepung ini kemudian disangrai sampai matang kemudian dicampur dengan susu dan gula agar siap dihidangkan.
"Perbandingan untuk tepung ubi jalar, gula, dan susu adalah 2:2:1. Dengan perbandingan ini diperoleh rasa sereal yang pas tanpa kehilangan rasa khas ubi jalar," katanya.
Menurut dia ,setelah dicampur kemudian dikemas dengan berat 30 gram setiap bungkus. Beratnya sudah disesuaikan dengan penyajian untuk 150 mililiter air hangat.
"Biaya produksi untuk satu bungkus Serubi sebesar Rp780 sehingga dapat dijual dengan harga Rp1.000 per bungkus. Biaya produksi tersebut terdiri atas pembelian tepung ubi, gula, susu, dan biaya untuk pembuatan kemasan," katanya.
Anggota tim yang mengembangkan Serubi, antara lain Suhufa Alfarisa, Tri Nugroho, dan Dwi Ana Rizki.(L.B015*H010/H008)
"Sereal berbahan ubi jalar atau Ipomoea batatas Poir itu kami beri nama Serubi. Serubi merupakan minuman seduh berenergi tinggi untuk meningkatkan nilai ekonomi ubi jalar," kata ketua tim, Nopi Yudi Pramono, di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, sereal untuk sarapan itu akan dapat meningkatkan nilai ekonomi ubi jalar yang menyehatkan dan mudah dibuat.
"Kandungan gizi yang dimiliki ubi jalar sangat melimpah, antara lain karohidrat, protein, vitamin, dan berbagai mineral yang dibutuhkan oleh tubuh," katanya.
Ia mengatakan, jenis produk yang dihasilkan Serubi adalah minuman dalam kemasan terbuat dari bahan ubi jalar yang mudah disajikan, sehat, dan mengenyangkan dengan harga terjangkau.
"Kandungan karbohidrat yang terkandung dalam 100 gram ubi jalar merah mencapai 27,9 gram. Ubi jalar merah mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan beberapa zat tubuh lainnya," katanya.
Dengan kandungan gizi ubi jalar tersebut, kata dia, akan dihasilkan produk sereal yang dapat digunakan sebagai pengganti sarapan.
Menurut dia, Serubi dipasarkan melalui warung-warung dan toko-toko, agar masyarakat dapat secara mudah memperoleh produk tersebut.
"Selain itu, kami juga mengadakan kerja sama dengan koperasi mahasiswa di UNY yang dapat dijadikan tempat mahasiswa berlatih berwirausaha. Produk yang sudah jadi dijual di koperasi mahasiswa agar mahasiswa dan masyarakat dapat memperoleh Serubi dengan mudah," katanya.
Ia mengatakan, pembuatan sereal ubi jalar dengan bahan baku tepung ubi jalar. Tepung ini kemudian disangrai sampai matang kemudian dicampur dengan susu dan gula agar siap dihidangkan.
"Perbandingan untuk tepung ubi jalar, gula, dan susu adalah 2:2:1. Dengan perbandingan ini diperoleh rasa sereal yang pas tanpa kehilangan rasa khas ubi jalar," katanya.
Menurut dia ,setelah dicampur kemudian dikemas dengan berat 30 gram setiap bungkus. Beratnya sudah disesuaikan dengan penyajian untuk 150 mililiter air hangat.
"Biaya produksi untuk satu bungkus Serubi sebesar Rp780 sehingga dapat dijual dengan harga Rp1.000 per bungkus. Biaya produksi tersebut terdiri atas pembelian tepung ubi, gula, susu, dan biaya untuk pembuatan kemasan," katanya.
Anggota tim yang mengembangkan Serubi, antara lain Suhufa Alfarisa, Tri Nugroho, dan Dwi Ana Rizki.(L.B015*H010/H008)
0 comments:
Post a Comment