Solo � Siswa SMK di Solo kembali menghasilkan prestasi yang membanggakan. Setelah berhasil membuat mobil Esemka, kali ini siswa SMK di Solo berhasil menciptakan teknologi tepat guna berupa mesin pelet atau mesin pembuat makanan ikan.
Thomas Prajnamitra siswa XII SMK Negeri 2 Solo merupakan pencipta mesin itu. Mesin itu sedikit berbeda dengan mesin pelet yang ada di pasaran.
"Perbedaannya ada pada daya dan harga," ungkap Thomas Prajnamitra kepada wartawan di SMK Negeri 2 Solo, Jawa Tengah, Sabtu (2/2).
Menurutnya, mesin pelet yang diciptakannya menggunakan inverter, sehingga memiliki daya listrik lebih rendah dibanding yang dijual di pasaran.
"Mesin pelet yang di pasaran menyedot daya listrik lebih tinggi," ujarnya.
Perbedaan lain, menurut siswa Jurusan Program Kompetensi Teknik Permesinan itu, ada pada harga. Menurutnya, mesin pelet yang saat ini dijual di pasaran mencapai harga Rp 20 juta. Sementara mesin yang dibuatnya paling mahal dijual dengan harga Rp 15 juta, dan untuk manual Rp 12,5 juta.
Thomas mengatakan mesin hasil ciptaannya yang bisa menampung dan menghasilkan sekitar 50 kilogram per jam juga dilengkapi dengan teknologi pemotong.
"Mesin pelet ini memiliki bagian-bagian seperti motor penggerak, pully, corong dan screw," ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Thomas mengakui bahwa pengembangan mesin pelet yang dilakukannya baru sebatas taraf pilot project. Dalam pelaksanaannya mereka mendapat bimbingan dari guru di sekolah.(mdk/dan)
• Merdeka
Thomas Prajnamitra siswa XII SMK Negeri 2 Solo merupakan pencipta mesin itu. Mesin itu sedikit berbeda dengan mesin pelet yang ada di pasaran.
"Perbedaannya ada pada daya dan harga," ungkap Thomas Prajnamitra kepada wartawan di SMK Negeri 2 Solo, Jawa Tengah, Sabtu (2/2).
Menurutnya, mesin pelet yang diciptakannya menggunakan inverter, sehingga memiliki daya listrik lebih rendah dibanding yang dijual di pasaran.
"Mesin pelet yang di pasaran menyedot daya listrik lebih tinggi," ujarnya.
Perbedaan lain, menurut siswa Jurusan Program Kompetensi Teknik Permesinan itu, ada pada harga. Menurutnya, mesin pelet yang saat ini dijual di pasaran mencapai harga Rp 20 juta. Sementara mesin yang dibuatnya paling mahal dijual dengan harga Rp 15 juta, dan untuk manual Rp 12,5 juta.
Thomas mengatakan mesin hasil ciptaannya yang bisa menampung dan menghasilkan sekitar 50 kilogram per jam juga dilengkapi dengan teknologi pemotong.
"Mesin pelet ini memiliki bagian-bagian seperti motor penggerak, pully, corong dan screw," ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Thomas mengakui bahwa pengembangan mesin pelet yang dilakukannya baru sebatas taraf pilot project. Dalam pelaksanaannya mereka mendapat bimbingan dari guru di sekolah.(mdk/dan)
• Merdeka
0 comments:
Post a Comment