Showing posts with label UNS. Show all posts
Showing posts with label UNS. Show all posts
0

UNS Targetkan 10% Penelitian Ilmiah Masuk Jurnal Internasional

Solo Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menargetkan sekitar 10 persen jurnal ilmiah dosen dapat terpublikasikan secara internasional pada 2013 ini.

Upaya ini dilakukan mengingat masih minimnya jumlah publikasi jurnal ilmiah internasional UNS pada tahun – tahun sebelumnya. Hal ini disampaikan oleh Ketua LPPM UNS Prof Dr Ir Darsono Msi.

“Paling tidak sepuluh persen bisa terpublikasi secara internasional. Angka yang dimaksud yakni 10 persen dari 600 orang (dosen) yang aktif dan menjadi ujung tombak kami,” ujar Darsono.

Pada 2012, UNS terbilang minim dalam hal publikasi jurnal ilmiah internasional. Hanya ada sejumlah 22 artikel yang tercantum dalam jurnal internasional.

Disinggung mengenai kendala yang dihadapi oleh para dosen sehingga mengakibatkan minimnya jumlah jurnal ilmiah internasional, dia mengungkapkan hal itu didasari oleh beberapa faktor.

Di antaranya yakni atmosfir internasional yang diakuinya masih belum optimal, dan kendala pemakaian bahasa Inggris yang harus digunakan dalam penulisan jurnal ilmiah internasional. Selain itu masalah biaya juga menjadi salah satu faktor hambatan lainnya.


0

FT UNS Kembangkan Pengolah Limbah Mobile

Solo Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil mengembangkan pengolah limbah batik yang bisa dipindahkan (mobile) yang mereka namakan Upal-RE. Dengan teknologi ini, air limbah pewarnaan batik bisa diolah sehingga menjadi air baku.

Teknologi tersebut cocok digunakan untuk sentra batik yang berada di perkampungan karena simpel dan mudah dipindahkan. Selain itu, biaya operasionalnya juga sangat murah yakni Rp 3.000 untuk sekali pengolahan 250 liter.

''Limbah pewarnaan batik adalah yang paling sulit untuk dinetralkan jika menggunakan pengolahan secara biologis, fisika maupun kimiawi. Namun dengan reaktor elektrokimia, limbah bisa diproses sehingga menjadi air baku yang aman,'' kata peneliti Upal-RE Ir Budi Utomo MT.

Budi memaparkan, alat yang bentuknya sangat ringkas, dilengkapi dengan genset dan kereta dorong tersebut terdiri atas bak dari bahan fiber yang dilengkapi peralatan elektrokimia dari logam dan besi untuk memproses limbah pewarnaan batik. Untuk menggunakannya juga sangat mudah yakni limbah batik dimasukkan ke dalam bak berkapasitas 250 liter tersebut lalu tinggal menekan tombol on. Setelah menyala, larutan elektrolit akan menimbulkan gelembung udara (flok) sehingga membawa partikel mengambang.

Dalam waktu 40 menit, reaktor elektrokimia tersebut akan mengurai zat pewarna yang mengambang di bagian atas dan air yang ada bagian bawah. Air yang sudah terurai dari zat pewarna sudah berubah warna menjadi lebih bening dan tinggal dialirkan dari katup di bagian bawah.

Penemuan teknologi ini tak hanya menghasilkan air yang lebih jernih tetapi juga mengurangi kandungan bahan berbahaya yang terkandung dalam limbah. ''Air tersebut sudah memenuhi standar untuk disebut air baku karena sudah memenuhi batas baku mutu air,'' kata Budi.

Setelah air dilirkan ke katup, endapan yang mengambang di atas air akan menjadi keras, menjadi seperti lempeng berwarna gelap. Lempeng tersebut bisa dimanfaatkan untuk campuran bahan bangunan dan lainnya, namun memerlukan proses lebih lanjut.

Budi mengemukakan, pemrosesan air limbah pewarna yang sintetis maupun warna alami prosesnya sama. Perbedaannya pada hasilnya dimana untuk zat pewarna alami efisiensinya mencapai 85 persen, sedangkan zat pewarna sintetis hanya 75 persen.

Dengan kata lain, pewarna alami lebih mudah proses penguraiannya. Alat ini menggunakan sumber listrik bertegangan litrik 220 volt dan membutuhkan daya sekitar 4.000 watt. Untuk mengantisipasi supaya tidak menyulitkan untuk pasokan daya listriknya, alat ini juga sudah dilengkapi genset bertenaga 50.000 watt.

Untuk prototipe alat tersebut, Budi mengaku menghabislan dana sebesar Rp 35 juta. Ia berharap bisa menekan biaya produksi dan meningkatkan kapasitas pengolahan limbah sehingga pelaku industri kecil seperti perajin batik mampu membeli alat pengolah limbah tersebut, minimal secara berkelompok.(Evie Kusnindya / CN34 / JBSM )


0

UNS Akan Dirikan Pusat Unggulan Bidang Air

fotoSurakarta - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta akan mendirikan pusat unggulan bidang air, struktur, dan energi terbarukan, bekerja sama dengan Karlsruhe Institute of Technology Jerman. Rektor UNS Surakarta Ravik Karsidi mengatakan pusat unggulan tersebut direncanakan menjadi satu dari lima pusat unggulan hasil kerja sama Indonesia-Jerman.

Pusat unggulan bidang air, struktur, dan energi terbarukan bergerak di bidang akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat. "Kami sudah memiliki gambaran, apa yang ke depan akan dilakukan oleh pusat unggulan," katanya kepada wartawan di kampus UNS, Senin, 26 November 2012.

Untuk bidang akademik, ada program pertukaran dosen/mahasiswa, kerja sama bimbingan tesis dan disertasi, dan beberapa guru besar Karlsruhe Institute of Technology bersedia menjadi guru besar tamu. Bidang penelitian menekankan kepada penelitian terapan.

Kemudian untuk pengabdian masyarakat, UNS bersama Karlsruhe Institute of Technology akan memanfaatkan sungai bawah tanah yang membentang dari Gunung Kidul ke Tulungagung untuk dijadikan sumber air bagi warga di atasnya.

"Kami akan membendung air sungai bawah tanah dan menaikkannya setinggi 200 meter dengan turbin. Nanti bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk air minum," Sekretaris Program Studi Pasca Sarjana Teknik Sipil UNS Syafii menambahkan dalam kesempatan yang sama. Rencananya, proyek tersebut akan dipusatkan di Pacitan atau Wonogiri.

Untuk struktur, fokusnya pada membuat struktur bangunan tahan gempa karena Indonesia berada di wilayah rawan gempa. Kemudian, untuk energi terbarukan, bagaimana menciptakan energi dari nonfosil. "Kami sudah memiliki laboratoriumnya. Mereka juga sudah ada, sehingga nanti tinggal berkolaborasi," katanya.

Dia menilai tiga bidang di atas dapat membantu menyelesaikan masalah yang sering dihadapi masyarakat. Yaitu soal ketersediaan air bersih, bangunan tahan gempa, dan energi terbarukan.

Pusat unggulan akan diresmikan pada 11 Maret 2013. Tiga tahun pertama, Karlsruhe Institute of Technology menjadi koordinator kegiatan. Kemudian secara bertahap dialihkan ke UNS dalam jangka waktu maksimal 9 tahun.

Selain dengan Karlsruhe Institute of Technology, UNS juga menjalin kerja sama dengan Universitas Gottingen di bidang pertanian, biosains, dan kimia untuk penelitian bersama, double degree, dan bimbingan mahasiswa doktoral.

Lalu dengan Universitas Fraiborg Uni Klinikum untuk bidang kedokteran dan pengembangan rumah sakit pendidikan UNS. "Kami juga akan bersama meneliti jantung, psikiatri, kesehatan rumah sakit, dan biomolekuler," ujar Dekan Fakultas Kedokteran UNS, Zainal Arifin Adnan.



© Tempo.Co
0

Aplikasi Gold Messenger Kreasi UNS

Bosan Lemot, Tiga Anak Muda Solo Luncurkan Gold Messenger

Solo -  Tiga anak muda Solo, Jawa Tengah, berhasil membuat platform atau sistem komunikasi terintegrasi layaknya aplikasi yahoo messenger dan whatsapp.

Aplikasi yang diberi nama Gold Messenger itu diluncurkan ketiga anak muda itu sejak 17 Nopember lalu. Ketiganya adalah Zandra Dwanita Widodo, Hendrik Priyo Utomo, dan Bughy Rubiyanto.

Mereka tercatat sebagai mahasiswa jurusan Pendidika Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS).

Dalam paparannya di hadapan wartawan, Kamis (22/11), Zandra selaku koordinator Tim Konseptor mengklaim Gold Messenger memiliki sejumlah keunggulan jika dibandingkan dengan aplikasi serupa. Salah satunya adalah keluwesan penggunaannya.

Gold Messenger bisa digunakan untuk berkomunikasi antar PC, notebook, tablet, dan hampir semua mobile device. Baik yang berbasis android, symbian, java, windows phone, pocket PC dan sebagainya tanpa mengganggu aplikasi yang sudah ada sebelumnya.

Satu lagi nilai tambah Gold Messenger adalah kemampuannya mengirim data berupa video, gambar, atau audio secara instan dan tanpa lelet. Itu karena Gold Messenger didukung sebuah server berkapasitas besar yang berlokasi di Indonesia.

Ide membuat Gold Messenger ini, menurut Zandra, juga tidak terlepas dari kejengkelan mereka terhadap aplikasi messenger asing yang sering lelet karena servernya di luar negeri. Di samping itu, ia dan dua rekannya sangat menginginkan Indonesia memiliki platform sistem komunikasi terintegrasi sendiri.

"Kemunculan Gold Messenger ini kami harap menjadi tonggak resistensi terhadap eksploitasi produk asing terhadap kemandirian dan kesejehteraan rakyat Indonesia," tegas Zandra. (FR/OL-01)


© Media Indonesia
0

Sepeda Hibrid Ala UNS

http://image.tempointeraktif.com/?id=137201&width=200Surakarta--Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta sejak awal 2012 sudah mengembangkan sepeda yang memadukan tenaga manusia dengan tenaga listrik atau sepeda hibrid. Menurut dosen pembimbing sepeda hibrid UNS Muhammad Nizam, ide dasarnya seperti sepeda onthel yang dilengkapi dengan mesin berbahan bakar bensin.

"Bedanya, kami mengganti mesin berbahan bakar bensin dengan tenaga listrik," katanya kepada wartawan di kampus setempat, Rabu, 29 Agustus 2012. Ada 8 mahasiswa Diploma III Teknik Mesin UNS yang terlibat dalam proyek di atas.

Dia mengakui di pasaran sudah ada sepeda hibrid serupa. Hanya saja, di pasaran kebanyakan menggunakan rangka dasar sepeda motor. Sehingga kalau tiba-tiba ngadat, tidak ada jalan lain selain memperbaiki sumber energi listriknya agar bisa jalan. "Sementara sepeda listrik buatan kami, kalau listrik berhenti bekerja, masih bisa dikayuh layaknya sepeda onthel," ujarnya.

Dia mengatakan UNS masih mengimpor motor penggerak roda dan baterai litium ion. Keduanya memang tidak diproduksi di Indonesia sehingga harus mendatangkan dari negara lain. Tapi untuk bodi, "Kami membuat sendiri."

UNS membuat dua jenis sepeda hibrid, yaitu model downhill dan sepeda lipat. Model downhill memiliki berat sekitar 60 kilogram sedangkan model sepeda lipat bobotnya antara 45-50 kilogram. "Sepeda mampu menahan bobot pemakai maksimal 100 kilogram," katanya.

Sekali mengisi tenaga selama 3 jam, dia mengatakan sepeda mampu berjalan dengan tenaga listrik sejauh 40-50 kilometer dengan kecepatan 30-40 kilometer per jam. Untuk membuat purwarupa dua sepeda di atas, dia sudah menghabiskan anggaran Rp 6-7 juta untuk masing-masing sepeda.

Untuk pemakaian normal, dia mengklaim sepeda bisa dipakai antara 4-5 tahun. Sementara daya tahan baterai bisa untuk seribu kali pengisian. "Saat ini kami masih terus mengembangkan. Terutama agar nantinya benar-benar disuplai tenaga listrik dan tidak perlu tenaga manusia," ujarnya.

Nizam belum memikirkan soal produksi massal. Karena tergantung ketersediaan komponen dan suku cadang, serta kebijakan universitas. "Paling tidak kami menginginkan bisa dipakai di lingkup UNS dulu, sekaligus untuk evaluasi dan pengembangan. Setelah itu baru diproduksi massal dan dijual ke masyarakat umum," katanya.

Staf humas dan kerjasama UNS Bachtiar mengatakan sepeda hibrid UNS akan dipamerkan pada pameran Hari Teknologi Nasional yang diselenggarakan di Bandung pada 30 Agustus. "Kami juga memamerkan mobil listrik UNS, yang masuk dalam program nasional pengembangan mobil listrik," ujarnya.

(Tempo.Co)
0

KERJASAMA KONSORSIUM PENELITIAN KAPAL PERANG NASIONAL TYPE DESTROYER TAHUN 2012 – 2014

altAkademi Angkatan Laut (28/04/12),- Indonesia masih belum mandiri dalam bidang pertahanan dan alat utama sistem senjata (alutsista). Dengan berbekal keinginan yang kuat untuk mewujudkan kedaulatan sistem pertahanan nasional, ITS melalui Konsorsium Pengembangan Kapal Perang Nasional (KPKPN) menggagas pembuatan kapal perang anti radar. Tak tanggung-tanggung, riset ini didanai pemerintah senilai Rp 1,8 Miliar tiap Tahunnya. ITS tak bekerja sendiri, mengingat riset ini adalah riset nasional, maka ITS dibantu oleh beberapa perguruan tinggi negeri lain. Yaitu Akademi Angkatan Laut (AAL), Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Indonesia (UI), Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Konsorsium ini bermula dari workshop inisiasi bidang kapal perang yang dilaksanakan Agustus 2011 lalu. Dari workshop itulah ITS mengambil langkah lebih lanjut terkait penelitian kapal perang tersebut. Termasuk pembuatan proposal untuk kemudian diajukan ke pemerintah. ''Pembuatan proposal untuk konsorsium ini telah selesai sejak akhir tahun 2011,'' ungkap Hendro Nurhadi Dipl Ing PhD, Ketua KPKPN. Baru seteleh itu, digelar workshop nasional bidang kapal perang pada akhir Februari lalu.

Penggarapan kapal perang ini dibagi menjadi tujuh kelompok kerja berdasarkan bagian kelengkapan kapal. Ketujuh kelompok kerja tersebut masing-masing menangani karakterisasi komposit, metalurgi fisik, ship standard and Mission Requirement, auto pilot, steering control, material untuk radar dan Combat Material System (CMS). Dari pembagian tersebut, Mayor Laut (E) Oman Sukirman, M.T dari AAL berperan dalam kegiatan Ship Standard and Mission Requirement serta pengumpulan data primer, Prof. Dr. Kuncoro Diharjo dari UNS turut serta dalam pembuatan karakterisasi komposit. Sedangkan metalurgi fisik ditangani oleh Prof Dr Ir Bondan Tiara Sofyan dari UI.

“Kapal yang banyak sekarang ini sebagian besar merupakan produk-produk lama. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika Indonesia terus menerus bergantung pada negeri lain padahal potensi dalam negeri sangat besar” papar Mayor Oman dalam paparan sesi ke-2 workshop di Nasdec (22/2).

Keunggulan kapal perang ini nantinya yaitu dibuat dengan material anti radar. ''Anti radar baru pertama kali diterapkan di pesawat tempur Amerika. Konon wartawan tidak bisa mendekat dari jarak 100 meter,'' jelas Drs Mochamad Zainuri M.Si yang juga ditemui saat konferensi pers diskusi ilmiah di Nasdec (22/2). Zainuri yang telah meneliti bahan anti radar sejak tahun 2005 itu mengungkapkan bahwa material anti radar yang digunakan pada kapal tersebut dibuat dari pasir besi. Hingga saat ini, material tersebut telah berhasil dibuat dan dapat menyerap radar hingga 99 persen.

“Kerjasama penelitian dengan perguruan tinggi besar, tentu sangat mengangkat bendera AAL dimata akademisi di seluruh Indonesia. Apalagi kerjasama besar ini hanya melibatkan perguruan tinggi yang memiliki peneliti-peneliti yang dianggap oleh Kementerian Ristek paling berkompeten” kata Gubernur AAL Laksda TNI Agus Purwoto.

Jenderal berbintang dua ini menegaskan pula bahwa dirinya sangat mendukung bentuk kerjasama ini apalagi bila melibatkan Kadet dan Dosen AAL secara aktif. “Hal tersebut guna lebih meningkatkan kemampuan analisis para Dosen AAL maupun Kadet, serta lebih menimbulkan kemauan untuk mengembangkan Alutsista yang ada khususnya milik TNI AL” tegas orang nomor satu di AAL ini. (bagpen AAL).