0

Kekurangan Peneliti, LIPI Minta Rekrutmen

Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat ini sedang membutuhkan jumlah peneliti yang lebih banyak lagi dari jumlah yang sudah ada saat ini.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lukman Hakim dalam pidatonya saat acara Pengukuhan Profesor Riset LIPI pada Selasa (18/9/2012) di Auditorium LIPI, Jakarta.

"LIPI menghadapi masalah sumber daya manusia. Sudah sekitar tiga tahun ini kami tidak memiliki kesempatan untuk rekrutmen," kata Lukman Hakim.

Ia mengatakan, hal ini sungguh menjadi potret yang memprihatinkan bagi dunia ilmu pengetahuan Indonesia. Bisa dibayangkan di luar sana banyak sekali bibit-bibit peneliti muda yang tidak memiliki kesempatan untuk berkarir dan memperdalam ilmunya.

Oleh karena itu, pada kenyataannya, tak jarang bibit-bibit yang potensial itu malah direkrut oleh negara-negara asing atau perusahaan-perusahaan swasta untuk menjadi peneliti.

Tak hanya itu, dari segi tingkat pendidikan, para peneliti LIPI masih berbeda dengan peneliti di kancah internasinal, yang rata-rata sudah bergelar doktor.

Namun demikian, LIPI tetap mengusahakan untuk memperbanyak ahli atau ilmuwan dengan gelar pendidikan tertinggi agar bisa lebih baik lagi berkontribusi di dunia penelitian Indonesia.

"Dari sekitar 700 peneliti yang kita punya, ada sekitar 400 peneliti yang saat ini sedang mengikuti proses pendidikan," kata Lukman Hakim.

Walaupun hanya memiliki tenaga yang terbatas, LIPI tetap secara maksimal meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada.

Masalah lain yang muncul dari kekurangn jumlah SDM ini adalah, bahwa ternyata dalam jangka waktu tiga tahun ada lebih dari 150 orang yang pensiun, sedangkan jumlah input SDM tidak sebanding dengan outputnya.

Idealnya dalam satu bidang penelitian di LIPI terdiri dari 1 peneliti riset, 2 peneliti madya, dan 4 peneliti muda. Tetapi pada kenyataannya jumlah ideal itu masih belum bisa terpenuhi, bahkan satu orang peneliti bisa merangkap dua tingkat jabatan sekaligus.

Untuk kualifikasi jenjang pendidikan peneliti LIPI, Lukman Hakim mengaku tidak memberikan batasan, namun akan lebih baik jika mereka yang menjadi peneliti adalah mereka yang sudah memiliki gelar S1, S2, dan S3.

Hal ini tentunya juga akan menjadi nilai tersendiri bagi LIPI di mata internasional karena memiliki peneliti yang berasal dari jenjang pendidikan yang tinggi.

Jika rekrutmen tidak segera dilakukan sekarang, ada kekhawatiran beberapa tahun ke depan LIPI kehabisan peneliti karena tidak adanya regenerasi yang cukup seimbang antara jumlah pensiunan dengan jumlah tenaga yang masuk.

Lukman Hakim juga berharap kepada pemerintah yang berwenang agar dalam waktu dekat LIPI diberikan kesempatan untuk melakukan perekrutan peneliti baru.

0

Bisnis Menggiurkan di Indonesia pada 2030

Ekonomi Indonesia bakal masuk 10 besar pada 2030.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2011/11/28/133884_pertanian-di-jepang_209_157.JPGPertanian menjadi salah satu sektor primadona pada 2030 mendatang

Mckinsey Global Institute (MGI) meramalkan Indonesia bakal menempati posisi ketujuh dunia sebagai negara dengan skala ekonomi terbesar pada 2030. Kala itu, Indonesia diyakini bakal menawarkan peluang bisnis bagi sektor swasta dengan nilai mencapai US$1,8 triliun.

Untuk saat ini, skala ekonomi Indonesia masih menempati posisi 16 terbesar di dunia.

Dalam laporan bertajuk The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia's Potential yang diperoleh VIVAnews, Kamis, 19 September 2012, peluang bisnis Indonesia saat ini hanya bernilai US$0,5 triliun.

"Jika pemerintah dan sektor swasta berinisiatif melaksanakan revolusi produktivitas lintas sektor serta bisa memenuhi tantangan kemampuan sumber daya manusia, Indonesia bisa menciptakan peluang substansial," ungkap laporan tersebut.

McKinsey melaporkan, empat sektor yang bakal menjadi primadona pada 2030 adalah jasa konsumen, pertanian dan perikanan, sumber daya alam, dan sektor pendidikan.

Berikut kondisi keempat sektor primadona tersebut dalam 18 tahun mendatang:

1. Jasa Konsumen

Dengan tambahan jumlah konsumen sebanyak 90 juta orang, anggaran belanja di kawasan masyarakat kota dapat meningkat 7,7 persen per tahun. Dengan demikian, peluang bisnis yang bisa tercipta pada 2030 akan mencapai US$1,1 triliun.

Indonesia bahkan bisa meningkatkan peluang bisnisnya menjadi US$1,5 triliun jika pemerintah mampu meraih pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 7 persen. Rata-rata pertumbuhan ekonomi itu bisa menciptakan 125 juta konsumen baru.

Di antara sejumlah sektor jasa yang bakal menikmati untung pada 2030, jasa pelayanan keuangan bakal memiliki peluang bisnis lebih cerah.

2. Pertanian dan Perikanan

Penghasilan mulai dari hulu hingga hilir pada dua sektor bisnis ini diprediksi mencapai US$450 miliar atau naik 6 persen pada 2030. Kenaikan produksi pertanian diyakini bisa menstimulasi pertumbuhan dari pasokan dan proses di sektor hilir.

Jika saja sektor hulu hingga hilir pada sektor pertanian dan perikanan bisa tumbuh beriringan, McKinsey meyakini keuntungan yang bisa diperoleh mencapai US$130 miliar per tahun pada 2030.

Sejumlah daerah di Jawa diyakini bakal memperoleh untung besar dari beralihnya lahan pertanian ke bisnis bernilai tambah tinggi. Secara total, provinsi ini mampu meningkatkan produksi tanaman pangan sekitar US$50 miliar. Pulau Jawa juga bisa menghasilkan peluang bisnis lebih dari 30 persen dari sisi produksi.

3. Sumber Daya Alam

Pada 2030, pasar energi Indonesia bisa mencapai US$270 miliar, yang merupakan perpaduan dari penemuan sumber energi baru dan efisiensi dari penggunaan energi.

Sumber energi baru seperti geothermal dan biofuel diprediksi bisa menambah pangsa pasar sebesar 10 persen per tahun atau menjadi US$63 miliar.

Namun, Indonesia tampaknya masih sangat bergantung pada sumber energi lama seperti minyak mentah, gas, dan batu bara yang memiliki peluang bisnis sebesar US$150 miliar. Sementara itu, upaya efisiensi energi bernilai US$60 miliar dalam bentuk cadangan dan nilai sosial.

4. Pendidikan Swasta

Indonesia bisa menjadi pangsa pasar pendidikan swasta seiring kenaikan permintaan terhadap sumber daya terdidik. Analisis McKinsey, biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan tenaga terdidik mencapai US$70 miliar per tahun.

McKinsey memperkirakan permintaan pendidikan swasta di Indonesia bakal tumbuh, di mana pangsa pasarnya meningkat 4 kali lipat dari US$10 miliar menjadi US$40 miliar pada 2030.(art)

0

BMKG: Terdapat 631 Titik Api Menyebar di Sumatera

http://www.jurnas.com/fototmp/detail/55741-71567-3203952-0-43d294f31cde327c9f47222d39fa4deb.jpg?1348026196BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ketaping, Padang, menyatakan, Satelit NOAA mendeteksi sedikitnya telah terjadi 631 titik api (hotspot) di daratan Pulau Sumatera. "Titik api terdapat di lima wilayah Sumatera meliputi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, dan Lampung," kata analis BMKG Ketaping Padang, Budiman di Padang, Rabu (19/9).

Ia mengatakan, jumlah titik api terbanyak terdapat di Sumatera Selatan yang mencapai 315 titik, dan paling sedikit di Sumatera Barat yang hanya 20 titik. "Di Sumatera Barat titik api, berada di hutan Dharmasraya, dan perbatasan Riau-Jambi," ujar Budiman.

Saat ini, kabut asap terjadi hampir merata di 19 kota dan kabupaten di Sumbar dengan jarak pandang berkisar 3.000 – 5.000 meter baik di darat, laut maupun, udara.

Di kota Padang, kabut asap terlihat cukup jelas terutama jika memandang ke arah pegunungan atau dari ketinggian yang sudah sejak pukul 06.00 WIB. Meski demikian, kondisi ini masih aman bagi penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau, pelayaran di laut, atau kendaraan di jalan raya.

Menurutnya, keberadaan titik api di Sumatera cenderung mengalami peningkatan, hingga 400 titik jika dibandingkan dengan minggu sebelumnya yang hanya sekitar 200-an titik.

BMKG tidak bisa memastikan asal titik api ini muncul. "Yang pasti, memang terdapat titip api di sejumlah hutan," kata Budiman.

Diperkirakan, ujarnya melanjutkan, kabut asap akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan. Akan tetapi, kabut asap bisa berkurang jika terjadi hujan dengan dalam jangka waktu yang lama. "Untuk beberapa hari ke depan, Sumbar masih berpeluang hujan ringan," katanya. Antara

0

Masuk 7 Besar Dunia, Ini Tiga Tantangan RI

 "Pengelolaan yang baik menjadi kunci kesuksesan ramalan tersebut,"

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/02/07/142770_pertumbuhan-ekonomi-indonesia-_209_157.jpg
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
Mckinsey Global Institute (MGI) dalam laporan yang bertajuk The Archipelago Economy Unleashing Indonesia's Potential meramalkan bahwa Indonesia bakal menempati posisi ketujuh dunia sebagai negara dengan skala ekonomi terbesar pada 2030.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyambut gembira hasil riset tersebut. Menurutnya jika pertumbuhan ekonomi terus terjaga, maka ekonomi Indonesia akan berkembang sangat baik ke depan.

"Kalau bisa mempertahankan pertumbuhan dan pembangunannya, kita bisa masuk enam atau tujuh negara terbesar," ujar Agus di kantornya, Jakarta, Selasa 18 September 2012.

Untuk menjadi negara dengan ekonomi skala besar itu, kata Agus, ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi.

Pertama, pengelolaan energi yang efektif dan efisien.

Kedua, peningkatan produktifitas sektor pertanian. Dua hal itu berhubungan dengan besarnya sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. "Pengelolaan yang baik menjadi kunci kesuksesan perkiraan menjadi negara besar itu," ujarnya.

Tantangan ketiga, kata Agus, adalah pengelolaan sumber daya manusia yang baik. Tumbuhnya kelas menegah di Indonesia harus dimanfaatkan dengan menciptakan SDM yang berkualitas.

0

Perusahaan Laptop Terbesar Dunia Siap Masuk Indonesia

 "Mereka bilang akan masuk dan sedang melihat pasar Indonesia."

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/01/04/138669_kunjungan-menteri-perdagangan-gita-wirjawan_209_157.jpgQuanta Computer, perusahaan asal Taiwan yang masuk dalam kategori produsen laptop terbesar di dunia dikabarkan akan berinvestasi di Indonesia dalam waktu dekat.

"Mereka bilang akan masuk dan sedang melihat pasar Indonesia," kata Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, di kantornya, Selasa 18 September 2012.

Gita mengungkapkan, informasi ini datang dari laporan gubernur Kepulauan Riau. Bahkan, investor tersebut telah melakukan pembicaraan yang cukup mendalam.

Dia memperkirakan, kepastian investasi tersebut akan jelas dalam beberapa bulan mendatang. Saat ini, terkait rencana investasi itu, belum ada laporan ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). "Namun, sudah ada pembicaraan mengenai penjajakan untuk pengadaan tanah," jelas Gita.

Menurut Gita, Quanta berencana membangun pabrik laptop di Indonesia dan kemungkinan besar dijadikan basis produksi untuk kawasan regional dengan kapasitas yang cukup besar.

Meski mengaku belum ada laporan yang masuk, dia memperkirakan nilai investasi yang akan masuk cukup besar, karena Quanta bukanlah perusahaan kecil. "Mungkin ratusan juta dolar," ujarnya.

Gita mengharapkan, nilai investasi yang ditanamkan oleh perusahaan yang mendapatkan urutan 12 dalam daftar World’s Most Admired Companies 2008 oleh Majalah Fortune di Indonesia itu, nilainya tidak jauh berbeda dari perkiraannya.

Ketika dikonfirmasi mengenai kapan Quanta resmi beroperasi, dirinya mengatakan belum tahu pasti. "Tapi, mungkin secepatnya tahun ini, kalau melihat dari sisi perizinan dan sebagainya,” ujarnya.

 Imbas Investasi Foxconn

Investasi ini, menurut Gita, tidak lepas dari akan masuknya Foxconn ke Indonesia. “Biasanya, jika suatu perusahaan besar berinvestasi di suatu negara akan diikuti perusahaan besar lainnya ataupun perusahaan industri pendukung," ungkapnya.

Gita menganggap, kepastian Foxconn menanamkan modalnya merupakan salah satu faktor penarik perusahaan-perusahaan lain untuk datang berinvestasi di Indonesia.

Hingga saat ini, dia mengatakan, pihak Quanta masih melakukan studi mengenai kondisi yang ada di Indonesia. "Mungkin mereka meminta bahan dari Foxconn dan tidak mulai dari nol," tuturnya. (art)

0

Perusahaan Perakit iPad Akan Bangun Pabrik di Bintan

http://www.beritasatu.com/media/images//medium/18092012210353.jpg
Logo Quanta Computer
Pabrik di Bintan tersebut akan dijadikan basis produksi untuk memenuhi kebutuhan di pasar dalam negeri dan Asia Tenggara

Quanta Computer Inc., salah satu perusahaan Taiwan yang merakit iPad untuk Apple, berencana membangun pabrik di Indonesia, mengikuti langkah perusahaan senegara Foxconn Technology Group yang akan menanamkan investasi senilai US$ 5-10 miliar di Tanah Air.

“Quanta akan masuk ke Bintan, Kepulauan Riau. Kemarin gubernurnya datang untuk melapor dan sepertinya sudah ada pembicaraan yang cukup substantif antara kedua pihak,” kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan di sela penandatanganan The Agreed Minutes of The 6th JC-ESTC and Second Protocol to Amend the MoU on Rice Trade antara Indonesia dan Vietnam di Jakarta, Selasa (18/9).

Menurut Gita, pabrik di Bintan tersebut akan dijadikan basis produksi untuk memenuhi kebutuhan di pasar dalam negeri dan Asia Tenggara. Quanta telah melakukan penjajakan pengadaan tanah untuk lokasi pembangunan pabrik tersebut.

Meski belum bersedia mengungkapkan jumlah investasi yang akan dikeluarkan Quanta, Gita mengatakan bahwa perusahaan asal Taiwan tersebut akan memulai investasi dengan nilai ratusan juta dolar Amerika Serikat (AS).

Gita mengatakan, Quanta kemungkinan akan memulai pembangunan pabrik tersebut pada tahun ini.

“Secepatnya, tahun ini mungkin bisa kalau dilihat dari sisi perizinan dan lainnya. Mereka bukan perusahaan kecil, potensi bisa sebesar Foxconn,” tambah dia.

Quanta merupakan perusahaan perakitan (original desain manufacturer) notebook terbesar di dunia yang berdiri pada 1988. Selain di Taiwan, perusahaan tersebut juga mendirikan pusat operasi di Asia, Amerika, dan Eropa untuk merakit sejumlah produk teknologi milik perusahaan terkemuka seperti Apple, Dell, HP, Sony, Sharp, Lenovo, dan masih banyak lagi.

Saat ini, Quanta mempekerjakan lebih dari 70 ribu tenaga kerja di seluruh dunia. Sepanjang 2011, Quanta berhasil membukukan pendapatan hingga 1,08 triliun Taiwan Dolar (Rp 349,52 triliun) dan dalam delapan bulan 2012, perusahaan tersebut telah mencapai penjualan 628,35 miliar Taiwan Dolar (Rp 203,56 triliun).

Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menambahkan, Quanta akan mempelajari ketentuan-ketentuan di Indonesia. Perusahaan tersebut juga akan melakukan studi seperti yang dilakukan Foxconn.

"Tapi studi yang dilakukan kemungkinan tidak dari nol. Itulah menariknya kalau ada industri besar seperti Foxconn masuk, karena akan diikuti oleh industri sejenisnya,” ungkap Iman.

Iman berpendapat, masuknya Foxconn ke Indonesia mampu menarik perhatian industri lainnya, termasuk yang sejenis maupun industri pendukungnya. “Jadi yang perlu kita lakukan adalah tidak hanya mempertahankan iklim investasi, tetapi mampu menunjukkan nilai yang baik bagi mereka sehingga mereka tertarik,” tambah dia.

0

ASEAN Foundation, Microsoft latih seribu UKM

Jakarta - ASEAN Foundation dan Microsoft Corpotaion meluncurkan program pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi lebih dari seribu pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) berusia muda di delapan kota negara-negara ASEAN.

"Kami siap membantu pengusaha mikro di Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam untuk meningkatkan pertumbuhan dan persaingan melalui akses teknologi informasi bekerjasama dengan Microsoft," kata Direktur Eksekutif ASEAN Foundation, Makarim Wibisono, di Jakarta, Selasa.

Program pelatihan senilai 300 ribu dolar AS itu ditujukan bagi lebih dari 20 ribu pengusaha berusia 16-25 tahun selama dua tahun. Delapan kota yang menjadi lokasi pelatihan yaitu Padang, Bandung, Manado, Lombok, Bangkok, Chiang Mai, Metro Manila, dan Hanoi.

Presiden Microsoft Asia Pasifik, Tracey Fellows, mengatakan program pelatihan itu bertujuan berdayakan generasi muda untuk memulai bisnis dan menciptakan peluang secara mandiri.

Wujud pelatihan itu adalah pengembangan kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi, pelatihan bagi calon pelatih ICT komunitas, dan program inkubasi e-business.

Di Indonesia, proyek pelatihan ICT bagi UKM melibatkan organisasi SOS Children Villages Indonesia selaku penghimpun pelaku-pelaku UKM.(I026)

0

Avaya bidik UKM lewat IP Office 8.1

Jakarta - Perusahaan penyedia layanan sistem komunikasi, Avaya, membidik segmen usaha kecil menengah (UKM) melalui solusi komunikasi terpadu IP Office 8.1.

"Solusi ini ditujukan untuk UKM dengan 10-20 orang yang membutuhkan komunikasi terpadu, seperti konferensi video atau layanan panggilan telepon dari pelanggan," kata Manajer Avaya Indonesia, Endang Rachmawati, di Jakarta, Selasa.

IP Office merupakan layanan komunikasi privat bagi perusahaan dari Avaya berupa perangkat keras konektor kabel ethernet sekaligus perangat lunaknya.

Endang mengatakan solusi yang terintegrasi dengan perangkat Avaya Ethernet Routing Switch (ERS) 3500 itu mampu menghubungkan 50 hingga lebih dari seribu pengguna Internet dalam satu perangkat.

IP Office 8.1 itu juga mendukung panggilan video dan konverensi privat perusahaan, Scoopia, yang dapat diakses melalui komputer desktop atau pun ponsel.

"Kami harap dapat membidik sejumlah UKM terutama di layar atas dengan mitra penjual Avaya yang berada di luar Jakarta," kata Edang, tanpa memerinci jumlah UKM yang dimaksud.

Namun, Endang mengatakan solusi komunikasi Avaya itu tidak hanya terbatas pada UKM yang menghasilkan produk atau barang, tapi juga bagi firma hukum yang memerlukan komunikasi terintegrasi.(I026)