Monday, 14 February 2011

Telepon Gratis untuk Desa Lakkang

Anak-anak desa Lakkang, kecamatan Tallo, Makassar menjadi bagian dari proses perwujudan desa kawasan konservasi.

MAKASSAR, KOMPAS.COM
- Tahukah Anda bahwa di dalam kota Makassar terdapat desa yang untuk mencapainya musti lewat sungai. Desa Lakkang namanya. Lokasinya tak bisa dilewati moda transportasi apapun, kecuali perahu. Orang lokal menamakan katingting untuk perahu yang mondar-mandir melintasi sungai Tallo, dari pintu desa ke pelabuhan superkecil, sebelah kawasan praktek pertanian lapangan Universitas Hasanuddin di bumi Tamalanrea, Makassar.

Sekali naik penumpang membayar Rp 3.000,- Lalu berjalan kaki sekitar 1 km untuk sampai ke jalan kampus Unhas. beruntung yang memiliki sepeda motor, mereka tinggal menaikkan ke katingting. Butuh waktu 20 menit untuk sampai jika memakai perahu motor 9 PK.

Tak ada mobil di desa itu, sebab percuma juga, jalan desa tak mampu untuk mengakomodasi mobil sekelas city car sekalipun. Meski terisolir, desa ini jadi asri nan bersih pun jauh dari perilaku jahat macam pencurian. "Kalaupun ada pencuri pasti tak bisa lari, karena harus lewat sungai," ujar salah seorang tetua desa.

Apa yang sesungguhnya ingin diharapkan dari desa kecil dengan sekitar 300 kepala keluarga oleh Pemerintah Daerah Makassar?

Banyak. Ada kultur yang mengakar dan belum tersentuh oleh industrialisasi. Warga setempat misalnya suka silat, bukan karate atau kung fu. Sektor agama juga mengakar kuat, dominan kaum muslim. Bahkan mungkin semuanya. Konstruksi rumah mengikuti khas bumi angin mamiri. Panggung yang di bawahnya terpakai untuk pemeliharaan ternak atau menjadi tempat menyimpan perahu. Ya, itulah mata pencaharian warga pria sebagai nelayan sungai.

Sementara kaum perempuan tampaknya mengisi waktu dengan membuat kerajinan tangan. Banyak material alam yang bisa digunakan. Sayang, lagi-lagi karena tak paham bagaimana mekanisme perdagangan, aneka kerajinan itu seperti menjadi sia-sia.

Dulu sewaktu meletus perang dunia kedua, desa ini menjadi sarang tentara Jepang. Buktinya adalah sebuah situs bunker yang selama ini seperti ditinggal begitu saja atau buat tempat main bocah-bocah.

Desa Lakkang bukan seperti pulau gundul minim pepohonan. Malah sebaliknya. Aneka bambu dan pepohonan bak merindangi rumah-rumah yang secara planologi sangat tertata rapi. Setiap rumah seperti memiliki kapling yang sama. Saban pagar dihiasi oleh aneka tetumbuhan perdu. Serunya, botol-botol plastik bekas air mineral dijadikan sebagai pot tanaman. Ada yang kreatif, membuat botol itu jadi hiasan. Tak ada sampah menumpuk, sebab tiap rumah punya keranjang sampah bikinan sendiri, dari bambu.

Tempat pendidikan hanyalah sebuah sekolah dasar. Meski demikian, anak-anak sekolah tetap ceria menantang masa depan. Jangankan internet, komputer pun belum tersedia. Toh ada banyak kegiatan seperti pramuka yang membuat anak-anak itu punya semangat bermain dan belajar.

Air sudah dialirkan ke desa. Mengambil dari sumbernya di Makassar. Listrik pun begitu. Tapi sambungan telepon? Tentulah investasi besar untuk menyelenggarakan. Namun urusan perteleponan, warga ternyata sudah punya ponsel.

Sumber daya alam yang murni dan sumber daya manusia inilah alasan Pemda untuk mengubah desa ini agar lebih produktif. Wisata adalah pilihan sektor yang paling bijak agar setiap orang punya peran.Sejurus pula dengan program Pemda Makassar mencanagkan Tahun Kunjungan Makassar 2011 (Visit Makassar 2011). Bahkan desa ini telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi.

Maka untuk itu peran swasta pun diperlukan. XL Axiata yang memiliki empat pilar program Corporate Social Responsibility (pendidikan, lingkungan, budaya, dan sosial kemasyarakatan) pun menjadi perusahaan pertama yang andil dalam upaya ini. Kebetulan lagi, jaringan operator ini sudah menembus desa. Malah berkapabilitas 2,5 G (EDGE).

"Sebagai bagian dari masyarakat Makassar, kami merasa memiliki kewajiban untuk ikut mendukung pembangunan di daerah ini sesuai dengan kompetensi yang kami miliki di bidang teknologi informasi dan komunikasi," ujar Nuruddin Al Fithroh, Vice President XL North Region.

Sabtu, 12 Februari secara resmi XL mendonasikan sebuah komputer dan internet untuk SD Negeri Lakkang, plus buat kantor kelurahan. Momentum ini sekaligus menjadi awal kiprah XL di desa itu. Sebuah telepon umum gratis (TUG) menggunakan jaringan seluler disiapkan di kantor aparat. Bagi warga, mereka bisa memanfaatkan sumbangan berupa ternak bebek dan 3.000 bibit ikan bandeng. Secara reguler, XL juga menyiapkan pendidikan lingkungan bagi warga. Bahkan bunker eks pasukan negeri Sakura itu pun siap direstorasi menjadi obyek wisata.

Guna menembus desa dari Tamalanrea, XL menyerahkan satu unit katingting yang berkapasitas 15 penumpang.

Ini memang baru tahap permulaan. Namun warga tampaknya sudah sangat antusias. Apalagi jika Makssar mau menjadikan wisata sebagai potret baru dari kesannya yang selama ini dikenal sebagai kota demonstrasi. Keramahan warga Lakkang adalah fakta berbeda. Tiga pengendara sepeda gunung pagi itu baru saja meninggalkan Lakkang dengan membawa senyum. Rupanya mereka baru menikmati suasana.

"Kami harap dukungan dan dorongan dari XL akan mampu mewujudkan Lakkang Berprestasi yang sekaligus akan memberikan kontribusi pada kemajuan dunia pariwisata Makassar," tutup Nuruddin. Anda mau ke sana? (ANDRA/FORSEL)


KOMPAS

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...