TEMPO/Fahmi Ali
TEMPO Interaktif, Bandung - Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Muhammad Fatah Wiyatna mengembangkan konsep Biomethagreen. Teknologi fermentasi anaerob itu tak cuma menuntaskan masalah sampah organik domestik, tapi juga sanggup menghasilkan listrik dan gas untuk memasak. Sistem yang diterapkan sejak tiga tahun lalu tersebut juga haus sampah.
Menurut Fatah, cara kerja sistem pengelolaan sampah itu sangat mudah dan sederhana. Alat utamanya berupa bak penampungan sampah tertutup yang terbuat dari beton dan serat kaca. Ukuran bak dan bentuknya pun bisa dibuat fleksibel sesuai kondisi tempat dan keinginan pemesannya. "Sengaja kesannya jauh dari bak sampah biasa karena tidak berbau dan mengundang lalat," ujarnya, Sabtu (12/3).
Cara kerjanya begini. Sampah organik dipilah dulu dari rumah tangga. Setelah itu sampah dibuang ke bak penampungan sampah biodigister tersebut. Sampah tidak perlu dicacah, dibalik, atau diayak.
Lalu? Ya Fatah memakai sedikitnya 3 jenis bakteri khusus untuk memproses sampah organik itu agar menghasilkan gas metan. "Sisanya menjadi limbah cair yang kaya nutrisi, atau bisa dibuang karena aman," katanya.
Buangan sampah organik komunal skala lingkungan Rukun Tetangga sebanyak 200 kilogram per hari, bisa menghasilkan 6-8 kubik gas metan. Bahan bakar itu bisa menyalakan sebuah kompor selama 15 jam tanpa henti. Lewat pipa, gas itu bisa dibagi ke rumah-rumah warga.
Adapun jika dipakai sebagai bahan bakar generator set, gas metan yang dihasilkan sanggup untuk menyalakan 30 titik lampu berdaya 14 watt di kompleks rumahnya selama 3-4 jam. Genset itu, kata Fatah, perlu dimodifikasi sedikit karena metan yang dihasilkan masih berkadar 60 persen. "Kalau kadarnya 100 persen bisa langsung dipakai," katanya.
Berawal dari percobaan di rumahnya sendiri tiga tahun lalu, teknologi yang biasanya dipakai untuk penghasil biogas dari kotoran ternak tersebut menjalar ke 10 rumah tetangganya. Selanjutnya berkembang ke lingkungan RT di kompleks perumahan Griya Taman Lestari, Tanjung Sari, Sumedang, Jawa Barat.
Kini, pengolah sampah organik komunal itu telah menyebar ke berbagai daerah di Jawa Barat dan Jakarta. Saat ini, Biomethagreen sedang diuji coba untuk menampung sampah organik berukuran besar hingga 1 ton. Bak besarnya dibangun di kantor cabang Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung. "BPLHD Jabar juga tertarik untuk memakainya di puluhan titik," katanya.
Dia berharap teknologi ini juga bisa memangkas ongkos buangan sampah pemerintah ke Tempat Penampungan Akhir. [ANWAR SISWADI]
• TEMPOInteraktif
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment