Jakarta, Kompas - Penggunaan energi terbarukan, seperti energi matahari, angin, panas bumi, dan bahan bakar nabati, memasuki momentum saat harga minyak bumi dunia naik.
Saluran atau grid listrik PLN yang semula hanya mengandalkan pembangkit konvensional berbahan fosil kini cenderung makin dibuka untuk listrik dari sumber energi terbarukan.
”Untuk itu, perlu disiapkan berbagai teknologinya menggunakan energi terbarukan,” kata Executive Vice President Power Asia Pacific Business Schneider Electric Eric Rondolat, Kamis (3/3), dalam kuliah umum ”Energy Dilemma and Schneider Electric in Indonesia” di Fakultas Teknik (FT) Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya, Jakarta.
Kuliah umum dibarengi peresmian Pusat Pelatihan dan Konsultasi Teknik FT Unika Atma Jaya hasil kerja sama dengan perusahaan elektrik Schneider yang tersebar di 100 negara.
”Kerja sama akan diutamakan pada pelatihan teknik otomatisasi,” kata President Director Schneider Electric Indonesia Riyanto Mashan.
Teknik otomatisasi, kata Riyanto, pada akhirnya menimbulkan penghematan energi. Selain itu, membuka peluang penggunaan energi terbarukan yang selama ini masih belum diaplikasikan secara masif.
Salah satu dosen peserta kuliah umum yang juga Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik, Harjadi Gunawan, mengatakan, kelangsungan pengembangan energi terbarukan untuk memproduksi listrik akan terkait erat dengan masalah nonteknis. Dibutuhkan kebijakan politik, misalnya, soal penerapan insentif. (NAW)
• KOMPAS
0 comments:
Post a Comment