Friday, 11 March 2011

BPPT Kembangkan Pembangkit Listrik Geothermal Skala Kecil

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) skala kecil berkapasitas 3 MW di Kamojang, Jawa Barat (ANTARA News/Lukisatrio)

Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) skala kecil berkapasitas 3 MW di Kamojang, Jawa Barat, yang diperkirakan akan selesai akhir 2011.

"Kalau prototipe ini berhasil, ini bisa jadi contoh untuk Indonesia Timur yang selama ini kebanyakan menggunakan diesel," kata Deputi Kepala BPPT bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material Dr Unggul Priyanto di Jakarta, Kamis.

Karena itu pembangkit listrik ini, ujarnya, diharapkan bisa mensubstitusikan pembangkit listrik tenaga diesel di kawasan pelosok yang belum terlistriki PLN sehingga mengurangi biaya produksi listrik karena panas bumi lebih murah.

Tanpa subsidi, seliter solar seharga Rp9.000 hanya bisa membangkitkan listrik 3KWh atau Rp3.000 per KWh, sementara dengan panas bumi harga listriknya hanya Rp1.500 per KWh, tambah Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi BPPT, Andhika Prastawa.

Prototipe ini, ujarnya, akan merupakan satu-satunya pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia yang berskala kecil yang hanya memerlukan investasi minimal namun cukup untuk keperluan industri kecil dan rumah tangga.

"Pembangkit listrik tenaga panas bumi biasanya berskala besar di atas 50 MW dan investasinya sangat besar," kata Unggul.

Selain itu, pembangkit listrik yang didesain BPPT ini, jelas dia, sepenuhnya akan menggunakan berbagai komponen lokal, termasuk turbin dan generator.

Untuk turbin, BPPT menggandeng Nusantara Turbin Propulsi (NTP) anak perusahaan IPTN, sedangkan untuk generator BPPT bekerja sama dengan PT Pindad.

Sebagai program prioritas nasional, pengembangan energi panas bumi ini, lanjut Andhika, memperoleh alokasi APBN BPPT total sebesar Rp50 miliar untuk investasi berupa pembuatan turbin, generator, cooling system, konstruksi hingga mobilisasi.

Alokasi anggaran tersebut dimulai sejak 2010 sebesar Rp15 miliar untuk desain rekayasa dan tahap kedua pada 2011 Rp35 miliar untuk konstruksi dan manufaktur.

"Kita tidak ingin mengimpor lagi komponen pembangkit dan sudah memulai memproduksinya sendiri. Untuk pembuatan turbin investasinya sebesar Rp9 miliar dan untuk pembuatan generator hampir Rp4 miliar," katanya.(*) (D009/Z002)



ANTARAnews

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...