JAKARTA, KOMPAS.COM- Ajang Indonesia Cellular Show 2011 (8-12 Juni) berakhir dengan seru sekaligus menggambarkan potret industri seluler di tanah air. Hal itu tampak saat digelar Indonesia Cellular Awards (ICA) yang sudah berlangsung untuk ke-6 kalinya. Secara umum jumlah pengunjung memang menurun, namun sebaliknya industri yang memberikan kontribusi besar bagi ekonomi negeri ini justru meningkat. Paling tidak sangat kelihatan ketika muncul nama-nama baru macam Sonim, sebuah brand ponsel yang mengutamakan durabilitas perangkat untuk keperluan aktivitas luar ruang. Lalu juga berbagai aplikasi seperti Me-Chat maupun Mangga Chat yang juga bakal memeriahkan komunikasi teks. Tablet -yang umumnya ber-OS Android- juga bermunculan bak jamur di musim penghujan. Acer meramaikan lewat Iconia yang digadang sepanjang gelaran ICS. Nexian merilis tablet pertama kalinya, bernama Genius.
Namun sepanjang tahun 2010 hingga pertengahan 2011, industri seluler tidak lagi didominasi oleh "pemain" utama. Lihatlah bagaimana XL Axiata yang banyak melakukan peningkatan kinerja menghasilkan performa keuangan yang membaik, bahkan jumlah pelanggannya menanjak. Setelah memperoleh penghargaan dari Frost & Sullivan tempo hari, XL Axiata mendapat ganjaran sebagai The Best GSM Operator di gelaran ICA 2011. Padahal sebelumnya, Telkomsel seperti tak terkoyahkan. Peningkatan pelanggan itu pula yang membuat operator warna biru ini sukses merebut kategori The Best Customer Growth.
Di kategori operator CDMA, dulu Telkom Flexi begitu amat mendominasi. Sama dengan Telkomsel di GSM area, namun kali ini Bakrie Telecom yang secara umum lebih banyak melakukan terobosan maupun tawaran produk kepada konsumen berhasil menyalip operator inkumben itu. Dan, untuk pertama kalinya Bakrie Telecom menjadi The Best CDMA Operator versi ICA.
Pada kategori ponsel Android, pasar lokal lebih mengenal nama-nama Samsung Mobile, HTC, maupun Sony Ericsson yang hampir semua produknya kini dialihkan ke OS Android. Sementara LG Mobile tengah berbenah dan tak seagresif tiga nama tadi. walaupun memang ada sub brand Optimus yang menjadi gacoan. Toh LG Mobile justru mampu terdongkrak hanya oleh LG Optimus One.
Ponsel CDMA selama kunjung 2010-2011 umumnya dapat terbagi dalam dua kelompok. Pertama yang masih mengandalkan paket voice dan SMS, kedua yang mulai menawarkan paket data mobile internet dengan memanfaatkan tren OS Android atau sekadar akses dunia maya. Maka untuk yang kedua ini tentulah memperoleh nilai sendiri lantaran berani menggebrak pasar agar CDMA tak jatuh pada stigma ponsel murah untuk lapis bawah. Huawei pun menawarkan satu produk dengan input layar sentuh dan dijual melalui paket AHA punya Bakrie Telecom. Kemenonjolannya inilah yang memperoleh poin lebih. Piala pun mendarat buat produk Huawei satu ini.
Perkembangan tablet dari berbagai kategori di bursa ponsel nasional selayaknya mendapat perhatian. Itulah alasan bertambahnya satu kategori Tablet PC. Samsung Galaxy Tab yang laris manis di pasar bersaing ketat dengan Apple iPad. Teknologi layar sentuh dan impresinya lah yang menguatkan produk Apple Corp. ini menang tipis dengan Samsung Galaxy Tab, sekaligus menjuarai kategori The Best Tablet PC untuk pertama kalinya.
Kategori baru menyusul. Kali ini sebuah apresiasi yang didedikasikan bagi para pengembang perangkat lunak bergerak. Sebab bagaimana pun industri ini sudah menjadi ekosistem. Dan para developer adalah komunitas dari ekosistem industri tersebut. Memang belum ada yang semelejit game Angry Birds atau Snaptu misalnya hingga menjadi killer application. Namun sesungguhnya aplikasi bikinan anak bangsa boleh diacungi jempol. Tinggal bagaimana men-delivery kepada awam. Aplikasi Movreak yang berisi tentang film punya daya tarik tersendiri. Sebab itulah aplikasi ini meraih The Best Local Mobile Application ICA 2011.
Seperti menjadi agenda reguler, ICA 2011 juga diramaikan oleh penghargaan kepada insan yang mendedikasikan dirinya pada industri seluler nasional. Beberapa tahun sebelum industri ini menunjukkan gigi pada urun 1995, Hengky Setiawan yang mahasiswa salah sebuah perguruan tinggi di Jakarta Barat berbisnis telepon bergerak yang waktu itu masih sangat mahal. Menjual nomor ponsel di zaman itu juga seperti menawarkan "barang" mewah. Harga sebuah kartu SIM masih di atas dua jutaan rupiah. Belum lagi yang nomor cantik alias pilihan.
Tapi pria berpostur tinggi ini serius betul menjalankan usaha jual ponsel dan dagang kartu starter pack. Ketika paket prabayar dibuat saat krisis moneter di tahun 1998, justru membuat industri ini marak dan sehat. Di situlah, Hengky lalu menjadi distributor sejumlah operator untuk menjual voucher isi ulang. Ibarat bisnis bahan bakar, Hengky yang mengibarkan bendera Telesindo adalah penyalurnya alias pemilik POM bensin.
Dua hari sebelumnya, pada Jumat (10 Juni), pria berusia 42 tahun ini untuk pertama kalinya membagikan pengalaman menjalankan bisnis kepada khalayak di ajang Telesindo Show. Sempet naik pesat, tapi pernah pula dihantam badai. Namun, Hengky yakin bahwa bisnis ini akan terus maju. Bahkan kemudian ia membuat brand sendiri bernama TiPhone. Tak lama lagi perusahaannya ini siap menjajaki Initial Public Offering (IPO) untuk melakukan ekspansi ke lebih banyak bisnis lagi.
Di usia terbilang muda, pergerakan bisnis pria dua putera ini menjadi semacam katalisator bagi operator dan vendor untuk berhadapan langsung dengan konsumen. Bisnis retail telepon seluler telah menjadi nafas Hengky. Ia mengisahkan bahwa dukungan karyawannya telah memicu semangat untuk berdiri sampai sekarang, ketika memberi sambutan singkat selesai menerima penghargaan Lifetime Achievement ICA 2011.
Industri seluler di tanah air terus bergerak dengan dinamikanya. Potretnya telah Anda simak di ajang ICS, siapa yang menikmati buah dari kerja kerasnya sudah pula Anda lihat di gelaran ICA. Akan seperti apa industri ini di masa depan? Tunggu tahun depan. (ANDRA/FORSEL)
0 comments:
Post a Comment