Tuesday, 7 June 2011

Tifatul: Internet Kecamatan Selesai Akhir Tahun

Tifatul Sembiring

JAKARTA, KOMPAS.com
- Program pembangunan Internet Kecamatan yang dijalankan Departemen Komunikasi dan Informatika akan rampung tahun ini. Sebanyak 5.784 kecamatan di seluruh Indonesia ditargetkan akan mendapatkan jaringan internet.

Hal ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Tifatul Sembiring kepada Kompas.com saat ditemui usai menghadiri acara Indonesia USF Asia Leaders Forum yang diadakan perusahaan Intel di 4 Seasons Hotel, Jakarta, Selasa (7/6/2011).

"Saat ini pemerintah masih fokus kepada pengawasan pembangunan infrastruktur di daerah dan koneksi ke satelitnya. Jika proyek ini sudah siap digunakan, pemerintah akan mempelajari pemanfaatan di masyarakat. Untuk sistem koordinasinya, pemerintah sudah membangun Simmplik , yakni sistem informasi manajemen dan monitoring layanan Internet kecamatan," ujar Tifatul.

Tifatul menambahkan, program internet kecamatan ini mengikuti pembangunan Palapa Ring yang sudah dimulai pemerintah sejak tahun 2008. Palapa Ring adalah suatu proyek pembangunan jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau sebanyak 33 provinsi, 440 kota atau kabupaten di seluruh Indonesia dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 kilometer, dan kabel di daratan sejauh 21.807 kilometer.

Pemerintah merencanakan Palapa Ring menjadi jaringan serat optik pita lebar yang berbentuk cincin yang mengitari tujuh pulau, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua, serta delapan jaringan penghubung dan satu cincin besar yang mengelilingi Indonesia baik lewat dasar laut atau pun lewat daratan.

"Palapa Ring yang sudah dibangun adalah dari Kupang ke Mataram. Lalu dari Mataram akan dilanjutkan ke Ambon, dari Ambon akan dilanjutkan ke Papua. Sedangkan pembangunan serat optik yang dari Manado akan diteruskan ke Ternate, dan diteruskan ke Papua juga, sehingga bertemu di Papua," ujar Tifatul. Ia menambahkan, proyek Palapa Ring yang sudah berjalan kini tinggal 10.000 km lagi.

Mengenai keterbatasan bandwith yang dikeluhkan masyarakat, Tifatul menyatakan itu hanya permainan operator telekomunikasi. “Masalah bandwith itukan permainan operator telekomunikasi. Pemerintah menyediakan bandwith, lalu disewa oleh operator telekomunikasi untuk dijual kembali,” jelas Tifatul. Untuk mengatasi masalah ini, Tifatul menyarankan masyarakat mulai menggunakan teknologi Wimax yang telah diresmikan pemerintah tahun lalu.

WiMAX adalah singkatan dari Worldwide Interoperability for Microwave Access, merupakan teknologi akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access atau disingkat BWA) yang memiliki kecepatan akses yang tinggi dengan jangkauan yang luas. WiMAX merupakan evolusi dari teknologi BWA sebelumnya dengan fitur-fitur yang lebih menarik.

"WiMAX di Padang Pariaman bekas gempa yang saya resmikan tahun lalu, saat ini sudah mulai berjalan. Tapi memang untuk wilayah Jabodetabek masih sulit, karena masih tersandung masalah 16e dan 16d. Kalau Wimax bisa berjalan di seluruh Indonesia tentu akses internet akan lebih cepat," ungkap Tifatul.

Seperti diketahui, teknologi WiMax yang di Indonesia terdiri dari dua standar yang berbeda. Pertama, menggunakan 802.16d (16d) untuk Fixed atau Nomadic Wimax dengan teknik modulasi Orthogonal Frequency Division Multiplex (OFDM). Kedua, 802.16e (16e) untuk Mobile Wimax. Indonesia mengadopsi 16d dengan alasan untuk membangkitkan manufaktur dalam negeri karena penyedia perangkat global lebih banyak bermain di 16e. Namun, mengenai kontroversi ini , Tifatul masih belum menyampaikan solusi apa yang akan diambil pemerintah.


KOMPAS

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...