TEMPO Interaktif, Jakarta - Indonesia masih kekurangan energi listrik. Bayangkan, Indonesia baru memiliki listrik sebesar 30 ribu megawatt dari kebutuhan total sampai 2025 yang mencapai 100 ribu megawatt.
"Nuklir sangat mungkin menjadi solusi bagi kebutuhan energi Indonesia," kata Deputi Bidang Jaringan Iptek Kementerian Riset dan Teknologi Syamsa Ardisasmita, di Gedung Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta, Kamis, 6 Oktober 2011.
Menurut Syamsa, beberapa energi alternatif penghasil listrik dinilai masih kalah bersaing dengan energi nuklir. Misalnya, pembangkit listrik tenaga surya rentan terhadap gangguan awan dan membutuhkan wilayah instalasi yang luas. Pembangkit dari geotermal juga belum bisa dieksplorasi sempurna di negara maju sekalipun. Pembangkit listrik bertenaga angin dan arus laut juga bersifat lokal dan terbatas.
Indonesia sendiri sudah lama mempelajari teknologi nuklir. Banyak ahli nuklir lahir dari kegiatan ini, dengan tingkat kompetensi yang tinggi. Namun pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir tak kunjung terealisasi akibat tingginya resistensi masyarakat. Berbeda dengan Vietnam dan Malaysia yang siap menghasilkan energi nuklir pada 2020-2021. "Malaysia malah berencana mengekspor listrik ke Indonesia," kata dia.
Sebelumnya Direktur Jenderal Agensi Energi Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano menyebutkan hingga tahun 2030 akan dibangun setidaknya 90 pembangkit tenaga nuklir baru di dunia. Namun besarnya minat terhadap energi nuklir membuat pembangunan terealisasi bisa mencapai 350 reaktor. "Pertumbuhan jumlah reaktor ini meningkat lebih pesat dibandingkan prediksi sebelumnya," ujar Amano saat mengisi kuliah umum di Kementerian Riset dan Teknologi.[ANTON WILLIAM]
• TEMPOInteraktif
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment