Menurut Hermanto, tingginya penurunan tanah di wilayah utara Jakarta membuat elevasi laut di beberapa tempat lebih tinggi dari daratan. Misalnya di pantai utara Jakarta, penurunan tanah lebih besar sampai 10 kalinya dibandingkan dengan kenaikan muka air laut akibat efek pemanasan global.
Namun persoalan intrusi air laut atau masuknya air laut ke daratan belum berbahaya. Alasannya, masih ada tiga bendungan yang berdiri dari ujung utara Kanal Banjir Timur. ”Nanti tertahan di bendungan itu,” katanya.
Hanya, paparnya, ada sejumlah titik di utara Jakarta yang elevasi air lautnya sudah lebih tinggi dari daratan. Dia mencontohkan di Pasar Ikan, Jakarta. Untuk menahan air laut dipasang folder plus pompa untuk mengalirkan air dari darat ke laut.
Itu, katanya, yang merepotkan. Pompa yang dipasang harus terus diperbesar kapasitasnya untuk mengalirkan air, sejalan dengan membesarnya volume air dari darat yang lewat. ”Yang repot itu,” kata Hermanto.
Satu sisi, paparnya, air baku itu harus disimpan agar tidak langsung terbuang di laut. Luas lahan sampai 50 kilometer yang dibutuhkan untuk menampung air baku dari daratan Jakarta. Hanya, masalahnya, kata Hermanto, tidak ada lahan seluas itu di utara Jakarta.
Solusi yang tengah dirintis saat ini adalah melakukan reklamasi plus tanggul sepanjang perairan pantai Jakarta. ”Salah satu solusinya, kami mungkin membangun tanggul laut,” kata Hermanto. ”Sekaligus fungsinya untuk reservoir air.”
Menurut Hermanto, rancangan itu sudah tertuang dalam RTRW DKI Jakarta yang baru saja ditetapkan. ”Kami sekarang tinggal mendetailkan saja langkah-langkah sampai 2025 nanti,” katanya.
Hermanto mengatakan kementeriannya akan menjadikan sepanjang Kanal Banjir Timur sebagai prototipe untuk pengembangan Green Infrastructure. Bulevar akan dibangun di sepanjang sisi kanal itu, membangun taman, plus pemasangan pembangkit listrik mikrohidro di sana. Khusus pembuatan taman, kementeriannya akan melombakan rancangannya.
Proyek Kanal Banjir Timur ditujukan untuk memotong aliran lima sungai di Jakarta, di antaranya Sungai Cipinang serta Sungai Buaran, agar langsung dialirkan ke laut lewat Marunda. ”Kanal itu untuk menampung lokal saja air hujan,” katanya. [AHMAD FIKRI]
• TEMPOInteraktif
0 comments:
Post a Comment