KOMPAS/MARIA SERENADE SINURAT Anggrek Sulawesi ("Phalaenopsis amabilis var celebica") yang menjadi salah satu plasma nutfah khas Sulawesi, kini terancam punah oleh pertambangan nikel. Konservasi harus segera digalakkan untuk menghindari kepunahannya.
MAKASSAR, KOMPAS.com- Anggrek Sulawesi (Phalaenopsis amabilis var celebica) yang menjadi salah satu plasma nutfah khas daerah ini terancam oleh pertambangan nikel. Konservasi harus segera digalakkan untuk menghindari kepunahannya.
Phalaenopsis amabilis termasuk salah satu spesies anggrek asli atau lebih dikenal dengan nama anggrek alam. Di Sulawesi Selatan, spesies ini banyak tumbuh di hutan-hutan Sorowako, Luwu Timur. Spesies ini paling cocok tumbuh di Sorowako, sayangnya di kawasan itu juga ada pertambangan nikel.
"Yang dikhawatirkan, hutan tempat alami anggrek ini juga akan dikupas untuk tambang," kata Kepala Bidang Penelitian Pengkajian Sumberdaya Alam, Lingkungan dan Teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sulsel Muslih Radhi Abdullah di Makassar, Kamis (6/10/2011).
Menurut Muslih, spesies ini memiliki kelopak dan tajuk bunga berwarna putih bersih dan bibir bunga kuning atau kadang berbintik merah.
Tim Balitbangda sempat mengambil sampel anggrek ini untuk disimpan di Kebun Raya Puca di Maros. "Pelestarian habitat bagi Phalaenopsis amabilis var celebica seharusnya dilakukan bersamaan dengan konservasi. Tapi dukungan pemerintah minim karena pelestarian tidak menghasilkan uang secara instan," ucapnya.
Padahal bila dikembangkan, konservasi tanaman juga bisa bernilai ekonomis. Sejak tahun 2008, Balitbangda mencatat 216 spesies tumbuhan yang menjadi plasma nutfah di Sulsel. "Kalau mau diseriusi, kita bisa m engembangkannya seperti bagaimana Tulip bisa bernilai ekonomis dan tetap terjaga keberadaannya," lanjutnya.
Di Indonesia ada enam ekotipe Phalaenopsis amabilis yang endemik di Pulau Sulawesi, Maluku, Papua, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Phalaenopsis berasal dari bahasa Yunani phalaenos yang berarti ngengat atau kupu-kupu dan opsis berarti bentuk atau penampakan.
• KOMPAS
0 comments:
Post a Comment