Wednesday, 9 May 2012

Wasiat Wamen Widjajono Soal BBM

Widjajono Partowidagdo
TEMPO.CO, Jakarta - Walau sudah berpulang, mendiang wakil menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo ternyata memberikan wasiat untuk negara ini terkait BBM. Yaitu bahwa Bahan Bakar Minyak harus digunakan adil untuk segenap masyarakat Indonesia. Dan tak kalah penting adalah diversifikasi energi.

Ninasapti Triaswati, istri mendiang Widjajono, menceritakan sebagai akademisi dan pasangan hidup, dirinya dan suaminya sering berdiskusi mengenai kebijakan BBM yang seharusnya mengusung azas keadilan. Menurut Widjajono, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menjaga penggunaan BBM bersubsidi agar tepat sasaran.

"Keadilan tidak bisa satu pihak, harus adil bersama. Nah itulah wasiat utamanya," kata Ninasapti Triaswati, istri mendiang Widjajono usai diskusi "Wasiat Wamen" di kantor Sekretariat Kabinet, Rabu 9 Mei 2012.

Negara ini, menurut Widjajono, sebenarnya miskin, melarat dalam hal sumber daya minyak bumi. Tetapi berlimpah dalam kepemilikan gas, batubara, dan energi surya. Jadi jika ingin hidup tidak melarat harus menghemat energi minyak dan memanfaatkan sumber energi yang lain.

"Kita ini negara miskin yg berfoya-foya, miskin minyak tapi foya-foya minyak. Kalau mau kaya hiduplah dengan cara berlimpah, ada gas, ada batubara ada energi surya sedangkan yang migas ditinggalkan. Pesannya tinggalkan (minyak), kita ganti bahan bakar gas, tenaga surya," Nina menjelaskan.

Nina mengatakan dulu dia dan Widjajono memulai hidup bersama dengan berhemat karena sama-sama bukan berasal dari keluarga yang kaya raya. Sehingga, Widjajono selalu berpesan agar berhermat dalam segala aspek, tidak hanya dalam kehidupan tapi dalam hal yang lebih luas seperti kebijakan yang melibatkan banyak masyarakat.

”Seperti subsidi BBM Rp. 130 triliun kan tidak hemat sama sekali. Itu untuk dibakar dan yang menikmati yang memiliki mobil. Yang di atas gunung tidak memiliki mobil dan motor tidak menikmati apa-apa,” kata dia.

Bagi Widjajono, merupakan pemikiran yang salah jika harga BBM murah untuk rakyat banyak. Padahal, BBM murah hanya untuk masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi.

”Subsidi BBM saat ini dinikmati oleh rakyat kaya jauh lebih banyak daripada yang tidak punya mobil dan motor. Ini ini yg aneh dari subsidi BBM. Secara ekonomi dia tidak adil,” ujar Nina.

Rakyat yang kaya seharusnya membayar pajak yang lebih besar. Hal ini bisa dituangkan dalam bentuk kebijakan pajak prorgresif kepemilikan mobil.[ARYANI KRISTANTI]


TEMPO.CO

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...