Cengkareng - Minggu sore, 16 Desember 2012, Twitterland ramai dengan keluhan para penumpang pesawat menuju dan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Pasalnya, pesawat yang mereka tumpangi mengalami keterlambatan, tak peduli maskapai penerbangan apa itu. Sedikitnya 46 penerbangan molor jadwalnya.
Semua itu ternyata karena radar di Bandara Soekarno-Hatta mati akibat terbakarnya perangkat Uninterruptible Power Supply (UPS). UPS adalah perangkat pendukung pasokan energi listrik ke jaringan komputer yang berfungsi untuk memandu pesawat di bandara.
Saat ini PT Angkasa Pura II masih menginvestigasi dan menelusuri penyebab terbakarnya UPS itu. Sekretaris Korporat PT Angkasa Pura II, Trisno Heryadi, menyatakan manajemen PT Angkasa Pura II sesungguhnya telah memprogramkan pengadaan UPS baru. Namun saat ini UPS baru itu masih dalam proses pengiriman dari Jerman.
UPS baru itu diperkirakan tiba di Indonesia pada pertengahan Januari 2013. “Namun di luar dugaan, UPS yang ada saat ini mengalami masalah sebelum UPS yang baru tiba,” ujar Trisno.
Hal ini dibenarkan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan. “Angkasa Pura II sudah membeli UPS baru yang awal tahun depan datang dari Jerman. Tapi sebelum diganti, UPS yang dipakai sekarang sudah terbakar duluan,” kata Bambang.
Kementerian Perhubungan menyerahkan sepenuhnya penyelidikan soal insiden tersebut kepada Angkasa Pura II.
Berdasarkan laporan yang diterima Kementerian Perhubungan, radar Bandara Soekarno-Hatta mati selama 15 menit akibat UPS utama terbakar. Sistem yang seharusnya secara otomatis mengalihkan listrik ke UPS cadangan tidak berfungsi karena switch UPS juga ikut terbakar.
Angkasa Pura pun meminta maaf atas insiden itu itu. “Kami terus melakukan penyempurnaan agar pelayanan tidak terganggu kembali. Manajemen PT Angkasa Pura II meminta maaf kepada seluruh pengguna jasa dan mitra kerja atas ketidaknyamanan yang terjadi,” kata Trisno.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan perlunya investigasi menyeluruh atas terbakarnya UPS Bandara Soekarno-Hatta itu. “Saya sudah meminta agar perangkat di Bandara Soekarno-Hatta dimodernisasi, karena pendaratan pesawat di situ sudah sangat padat. Kita harus waspada tinggi dan menjaga keamanan,” kata dia.
Nyaris tabrakan
Hatta juga mengungkapkan, matinya radar di Bandara Soekarno-Hatta nyaris menelan korban nyawa. “Hampir terjadi persinggungan (tabrakan) antara dua pesawat, Lion dengan Lion. Lion kemudian return to base (kembali ke bandara semula),” kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu.
Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, mengaku belum mendapat laporan soal dua pesawat maskapainya yang nyaris tabrakan itu. “Biasanya pilot langsung lapor ke manajemen. Itu rahasia menara ATC (Air Traffic Control),” kata dia.
Peristiwa radar mati di Bandara Soekarno-Hatta sesungguhnya terjadi tak terlalu lama, yaitu 15 menit. Selama 15 menit itu, pengoperasian di bandara dilakukan secara manual. Meski demikian, kata Hatta, “Lima belas menit black out (mati) itu merupakan waktu yang panjang di udara,” ujarnya.
Hatta mengingatkan, peristiwa radar mati memang tidak menimbulkan kerugian materi yang terlalu besar. Namun dalam dunia penerbangan, hal seperti itu sangat mengerikan dan tidak boleh terjadi. Hal itu tak hanya mengancam nyawa penumpang pesawat di udara, tapi juga berpotensi mengganggu kestabilan perekonomian nasional.
Secara terpisah, anggota Komisi V Bidang Perhubungan DPR RI Arwani Thomafi mengatakan komisinya akan menanyakan insiden tersebut dalam rapat kerja dengan Kementerian Perhubungan usai reses nanti.
“Sangat memalukan bandara sekelas Cengkareng tidak punya cadangan power yang bisa menjaga sistem tidak down. Seharusnya penyelenggara ATC memiliki teknologi yang dapat meminimalisir berulangnya kejadian serupa,” kata politisi Partai Persatuan Pembangunan itu.
Anggota Komisi V lainnya, Saleh Husein, mengatakan Bandara Soekarno-Hatta merupakan pintu utama penerbangan internasional di Indonesia dengan kepadatan penerbangan yang tinggi. Maka jika radar mati, harus segera diantisipasi dalam hitungan menit. “Tapi ini justru membutuhkan waktu sekian jam. Ini tentu menurunkan citra Indonesia di mata internasional,” kata politisi Hanura itu.
Penerbangan kacau
Angkasa Pura II menjelaskan, UPS di Bandara Soekarno-Hatta terbakar sekitar pukul 16.55 WIB, Minggu 16 Desember 2012. “Terbakarnya perangkat UPS mengakibatkan gangguan pada sistem pemanduan otomatis Jakarta Automated Air Traffic System (JAATS) dan membuat sistem tidak dapat bekerja selama 15 menit,” kata Sekretaris Korporat PT Angkasa Pura II, Trisno Heryadi.
Lima belas menit kemudian, pukul 17.10 WIB, pasokan listrik terhadap perangkat pemanduan otomatis JAATS pulih. JAATS pun melakukan proses start-up dan me-recover seluruh data penerbangan. Di tahap ini, sistem butuh waktu agar dapat beroperasi normal.
Pukul 18.05 WIB, sistem berhasil pulih total, dan menara kontrol membuka kegiatan lepas landas dan pendaratan secara bertahap. “Pukul 19.15, seluruh kegiatan operasional penerbangan dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta normal kembali, sampai saat ini,” ujar Trisno.
Seluruh penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta kemarin sore pun terkena dampaknya. Jadwal pesawat domestik maupun luar negeri AirAsia mengalami keterlambatan selama 1-2,5 jam. Chief Operation Officer Indonesia AirAsia, Ridzki Kramadibrata, menyatakan sebelum radar mati, semua jadwal penerbangan AirAsia dari pagi hingga siang cukup tepat waktu.
Sementara itu, Sriwijaya Air terpaksa mengalihkan satu pesawatnya dari Tanjung Pandan menuju Bandara Soekarno-Hatta, ke Pangkal Pinang. Satu pesawat dari Batam yang seharusnya terbang menuju Soekarno-Hatta ditunda karena tidak mendapatkan izin terbang dari otoritas penerbangan.
General Manager Air Traffic Services Bandara Soekarno-Hatta, Budi Hendro, menyatakan dari 46 penerbangan yang mengalami keterlambatan, 25 pesawat di antaranya akan lepas landas dari Bandara Soetta, dan 21 pesawat lainnya akan mendarat.
Gangguan di Bandara Soetta pun berimbas ke bandara lain. Di Bandara Juanda, Surabaya, misalnya tercatat lebih dari 30 penerbangan mengalami keterlambatan. Staf Humas Bandara Juanda, Suryo, mengatakan sekitar 20 pesawat dari Juanda ke Soetta terlambat, dan sekitar 15 pesawat dari Soetta menuju Juanda juga terlambat.
Penerbangan dari Makassar ke Jakarta pun terpaksa dialihkan ke Bandara Juanda. Demikian juga dengan penerbangan Bali ke Jakarta yang dialihkan ke Surabaya karena insiden matinya radar Bandara Soetta. Pengelola bandara belum memastikan berapa kerugian akibat urusan UPS mati ini.
© VIVA.co.I'd
Semua itu ternyata karena radar di Bandara Soekarno-Hatta mati akibat terbakarnya perangkat Uninterruptible Power Supply (UPS). UPS adalah perangkat pendukung pasokan energi listrik ke jaringan komputer yang berfungsi untuk memandu pesawat di bandara.
Saat ini PT Angkasa Pura II masih menginvestigasi dan menelusuri penyebab terbakarnya UPS itu. Sekretaris Korporat PT Angkasa Pura II, Trisno Heryadi, menyatakan manajemen PT Angkasa Pura II sesungguhnya telah memprogramkan pengadaan UPS baru. Namun saat ini UPS baru itu masih dalam proses pengiriman dari Jerman.
UPS baru itu diperkirakan tiba di Indonesia pada pertengahan Januari 2013. “Namun di luar dugaan, UPS yang ada saat ini mengalami masalah sebelum UPS yang baru tiba,” ujar Trisno.
Hal ini dibenarkan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan. “Angkasa Pura II sudah membeli UPS baru yang awal tahun depan datang dari Jerman. Tapi sebelum diganti, UPS yang dipakai sekarang sudah terbakar duluan,” kata Bambang.
Kementerian Perhubungan menyerahkan sepenuhnya penyelidikan soal insiden tersebut kepada Angkasa Pura II.
Berdasarkan laporan yang diterima Kementerian Perhubungan, radar Bandara Soekarno-Hatta mati selama 15 menit akibat UPS utama terbakar. Sistem yang seharusnya secara otomatis mengalihkan listrik ke UPS cadangan tidak berfungsi karena switch UPS juga ikut terbakar.
Angkasa Pura pun meminta maaf atas insiden itu itu. “Kami terus melakukan penyempurnaan agar pelayanan tidak terganggu kembali. Manajemen PT Angkasa Pura II meminta maaf kepada seluruh pengguna jasa dan mitra kerja atas ketidaknyamanan yang terjadi,” kata Trisno.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan perlunya investigasi menyeluruh atas terbakarnya UPS Bandara Soekarno-Hatta itu. “Saya sudah meminta agar perangkat di Bandara Soekarno-Hatta dimodernisasi, karena pendaratan pesawat di situ sudah sangat padat. Kita harus waspada tinggi dan menjaga keamanan,” kata dia.
Nyaris tabrakan
Hatta juga mengungkapkan, matinya radar di Bandara Soekarno-Hatta nyaris menelan korban nyawa. “Hampir terjadi persinggungan (tabrakan) antara dua pesawat, Lion dengan Lion. Lion kemudian return to base (kembali ke bandara semula),” kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu.
Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, mengaku belum mendapat laporan soal dua pesawat maskapainya yang nyaris tabrakan itu. “Biasanya pilot langsung lapor ke manajemen. Itu rahasia menara ATC (Air Traffic Control),” kata dia.
Peristiwa radar mati di Bandara Soekarno-Hatta sesungguhnya terjadi tak terlalu lama, yaitu 15 menit. Selama 15 menit itu, pengoperasian di bandara dilakukan secara manual. Meski demikian, kata Hatta, “Lima belas menit black out (mati) itu merupakan waktu yang panjang di udara,” ujarnya.
Hatta mengingatkan, peristiwa radar mati memang tidak menimbulkan kerugian materi yang terlalu besar. Namun dalam dunia penerbangan, hal seperti itu sangat mengerikan dan tidak boleh terjadi. Hal itu tak hanya mengancam nyawa penumpang pesawat di udara, tapi juga berpotensi mengganggu kestabilan perekonomian nasional.
Secara terpisah, anggota Komisi V Bidang Perhubungan DPR RI Arwani Thomafi mengatakan komisinya akan menanyakan insiden tersebut dalam rapat kerja dengan Kementerian Perhubungan usai reses nanti.
“Sangat memalukan bandara sekelas Cengkareng tidak punya cadangan power yang bisa menjaga sistem tidak down. Seharusnya penyelenggara ATC memiliki teknologi yang dapat meminimalisir berulangnya kejadian serupa,” kata politisi Partai Persatuan Pembangunan itu.
Anggota Komisi V lainnya, Saleh Husein, mengatakan Bandara Soekarno-Hatta merupakan pintu utama penerbangan internasional di Indonesia dengan kepadatan penerbangan yang tinggi. Maka jika radar mati, harus segera diantisipasi dalam hitungan menit. “Tapi ini justru membutuhkan waktu sekian jam. Ini tentu menurunkan citra Indonesia di mata internasional,” kata politisi Hanura itu.
Penerbangan kacau
Angkasa Pura II menjelaskan, UPS di Bandara Soekarno-Hatta terbakar sekitar pukul 16.55 WIB, Minggu 16 Desember 2012. “Terbakarnya perangkat UPS mengakibatkan gangguan pada sistem pemanduan otomatis Jakarta Automated Air Traffic System (JAATS) dan membuat sistem tidak dapat bekerja selama 15 menit,” kata Sekretaris Korporat PT Angkasa Pura II, Trisno Heryadi.
Lima belas menit kemudian, pukul 17.10 WIB, pasokan listrik terhadap perangkat pemanduan otomatis JAATS pulih. JAATS pun melakukan proses start-up dan me-recover seluruh data penerbangan. Di tahap ini, sistem butuh waktu agar dapat beroperasi normal.
Pukul 18.05 WIB, sistem berhasil pulih total, dan menara kontrol membuka kegiatan lepas landas dan pendaratan secara bertahap. “Pukul 19.15, seluruh kegiatan operasional penerbangan dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta normal kembali, sampai saat ini,” ujar Trisno.
Seluruh penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta kemarin sore pun terkena dampaknya. Jadwal pesawat domestik maupun luar negeri AirAsia mengalami keterlambatan selama 1-2,5 jam. Chief Operation Officer Indonesia AirAsia, Ridzki Kramadibrata, menyatakan sebelum radar mati, semua jadwal penerbangan AirAsia dari pagi hingga siang cukup tepat waktu.
Sementara itu, Sriwijaya Air terpaksa mengalihkan satu pesawatnya dari Tanjung Pandan menuju Bandara Soekarno-Hatta, ke Pangkal Pinang. Satu pesawat dari Batam yang seharusnya terbang menuju Soekarno-Hatta ditunda karena tidak mendapatkan izin terbang dari otoritas penerbangan.
General Manager Air Traffic Services Bandara Soekarno-Hatta, Budi Hendro, menyatakan dari 46 penerbangan yang mengalami keterlambatan, 25 pesawat di antaranya akan lepas landas dari Bandara Soetta, dan 21 pesawat lainnya akan mendarat.
Gangguan di Bandara Soetta pun berimbas ke bandara lain. Di Bandara Juanda, Surabaya, misalnya tercatat lebih dari 30 penerbangan mengalami keterlambatan. Staf Humas Bandara Juanda, Suryo, mengatakan sekitar 20 pesawat dari Juanda ke Soetta terlambat, dan sekitar 15 pesawat dari Soetta menuju Juanda juga terlambat.
Penerbangan dari Makassar ke Jakarta pun terpaksa dialihkan ke Bandara Juanda. Demikian juga dengan penerbangan Bali ke Jakarta yang dialihkan ke Surabaya karena insiden matinya radar Bandara Soetta. Pengelola bandara belum memastikan berapa kerugian akibat urusan UPS mati ini.
© VIVA.co.I'd
Memalukan ...
0 comments:
Post a Comment