0

Bio Kerosin Akan Digunakan Dalam Uji Coba PUNA

25 April 2008
JAKARTA : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan menggunakan bio kerosin sebagai bahan bakar pesawat udara tanpa awak dalam ujicoba yang direncanakan akan dilaksanakan tahun ini. Kendati 4 model pesawat udara nir awak (PUNA) tersebut masih dalam tahap penyelesaian, namun sudah dipesan kalangan instansi pemerintah.

“Bio kerosin merupakan campuran minyak tanah dan biofuel. Namun, kami upayakan biofuel tidak berbahan baku CPO (crude palm oil),” ujar Prof Ir Said Djauharsjah Jenie, ScD di Jakarta, kemarin (24/4).

Bio kerosin untuk pesawat, lanjut Said, baru pertama kali digunakan di Indonesia. “Kami akan mencoba menggunakan biokerosin dalam uji coba tahun ini di Batujajar (Bandung). Yah, kemungkinan setelah Agustus,” ujarnya. Namun , kata dia, di belahan dunia lainnya, bio kerosin sudah digunakan beberapa maskapai penerbangan internasional sebagai bahan bakar.

Sementara, keempat model pesawat nir awak (PUNA) yang akan diujicobakan, yaitu Wulung, Gagak, Pelatuk dan Laron. Wulung memiliki spesifikasi ekor model T, dengan panjang sayap sekitar 6 meter serta memiliki daya jelajah hingga 120 km.

“Dalam uji coba terakhir kemampuan terbang baru sekitar 3,5 jam. Namun ditargetkan hingga 4 jam. Tipe Wulung dapat dioperasionalkan untuk pemotretan udara pada area yang luas, pengukuran karakteristik atmosfer, serta pemantauan kebocoran pada kabel listrik tegangan tinggi (SUTET) dengan operasional high altitude,” ujarnya.

Sedangkan, tipe Gagak (BPPT 04B) memiliki operasional low-high-low dengan panjang sayap mencapai 7 meter serta model ekor V. “Bisa digunakan untuk keperluan militer, karena memiliki ketinggian sangat rendah sekitar 1000 feet,” ujarnya.

Tipe pelatuk memiliki spesfikasi ekor model lamda (inverted V), sedangkan tipe laron memiliki keunggulan dalam dioperasionalisasikan pada ketinggian tertentu sesuai kebutuhan.

“Masing-masing tipe dapat dilengkapi fasilitas pemantau berupa kamera optik, infrared, serta thermal yang harganya cukup mahal. Kendati masih prototipe, namun beberapa instansi, seperti DKP (Dewan Kelautan dan Perikanan), PLN, Departemen Kehutanan , serta TNI sudah memesan,” ujarnya. (Lea)

0

KERJASAMA TNI AL DI BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Kapal Cepat Trimaran X3K (image : Lundin)

TNI Angkatan Laut melakukan kerjasama dengan PT Lundin Industry Invest dalam rangka penelitian dan pengembangan rekayasa engineering kapal patroli cepat Trimaran serta kerjasama di bidang peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan pembangunan fasilitas galangan untuk pembangunan kapal patroli.

Kerjasama tersebut tertuang dalam piagam kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Slamet Soebijanto dengan Direktur PT Lundin Industry Invest Ny. Lizza Lundin di Markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Mako Koarmatim) Ujung, Surabaya, Rabu (29/8).

Penandatanganan piagam kesepakatan bersama antara TNI AL dengan PT Lundin Industry Invest itu disaksikan mantan Kasal Laksamana TNI Purn. M Arifin, para Asisten Kasal dan pejabat teras TNI AL.

Menurut Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto dalam sambutannya, acara itu pada hakekatnya merupakan momentum penting dalam upaya memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki oleh kedua pihak guna meningkatkan kemampuan, kekuatan dan kesiapan Alutista secara maksimal dengan hasil produksi dalam negeri.

“Hal tersebut mengandung makna strategis dan memiliki nilai prospektif dalam pengembangan teknologi dan pemanfaatan hasil-hasil industri nasional guna mendukung pembangunan kekuatan TNI AL dalam mewujudkan kemandirian bangsa serta mengurangi ketergantungan dari negara-negara luar di masa mendatang,” kata Kasal.

Salah satu pembangunan kapal patroli yang akan dilaksanakan adalah kapal cepat Trimaran jenis X3K. Kapal X3K Trimaran ini memiliki panjang 40 meter, lebar 15 meter dan bobot 150 ton dengan kecepatan antara 30 hingga 40 knots

Usai menandatangani piagam kesepakatan antara TNI AL dengan PT Lundin Industry Invest, Rabu (29/8), Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Slamet Soebijanto yang didampingi mantan Kasal Laksamana TNI Purn. M. Arifin, para Asisten Kasal dan pejabat teras TNI AL meninjau flat yang telah selesai dibangun di kompleks Mako Koarmatim, Ujung Surabaya dan telah diserahkan untuk dimanfaatkan.

Flat yang dibangun lengkap dengan isinya itu diperuntukan sebagai tempat tinggal anggota KRI dari unsur-unsur satuan kapal perang yang ada di jajaran Koarmatim. Dengan penuh seksama Kasal dan mantan Kasal itu tidak hanya meninjau rumah dinas flat tersebut tetapi juga meninjau fasilitas lainnya seperti rumah ibadah Masjid yang tengah dibangun.

TNIAL

TNI AL telah menganggarkan pembelian Kapal Ceoat Rudal Trimaran


Panglima TNI mengatakan bahwa sesuai dengan renstra II tahun 2010-2014, TNI AL telah menganggarkan pembelian Kapal Cepat Rudal Trimaran dengan panjang 60 meter dan Kapal Cepat Rudal sepanjang 40 meter."Keduanya merupakan produk industri swasta nasional," kata Panglima TNI.

0

BPPT KEMBANGKAN MUNISI UNTUK DUKUNG INDUSTRI HANKAM DALAM NEGERI

Pegawai Divisi Munisi PT Pindad sedang mengerjakan pembuatan peluru di salah satu mesin pencetak. Divisi Munisi PT Pindad yang terletak di Turen, Malang, Jawa Timur setiap tahunnya memproduksi 100 juta butir peluru dan bom berbagai ukuran dan kaliber. Selain untuk kebutuhan TNI/Polri, peluru-peluru ini juga di ekspor ke negara-negara tetangga. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)

“Mendukung kemampuan industri yang bergerak dalam bidang pertahanan dan keamanan (hankam). Itu adalah tujuan utama tim ketika mengembangkan teknologi manufaktur pelat kuningan untuk pembuatan munisi”, demikian dikatakan Kepala Bidang Industri Logam, Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) BPPT, Ari Hendarto saat diwawancarai (15/02).

Munisi, atau amunisi, adalah suatu benda yang mempunyai bentuk dan sifat balistik tertentu, yang dapat diisi dengan bahan peledak atau mesiu. Munisi dapat ditembakkan dengan senjata maupun alat lain dengan maksud ditujukan kepada suatu sasaran.

Dalam pengerjaannya menurut Ari, tim BPPT berkonsultasi dengan pihak PT Pindad. “Sebagai produsen dari alat-alat pertahanan, tentunya PT Pindad sangat paham mengenai hal-hal apa saja yang diperlukan dalam proses produksi”, jelasnya.

Hal senada di ungkap juga oleh salah satu anggota tim yang terlibat dalam pembuatan munisi, Iwan Setiadi. “Bersama PT Pindad, kami telah melakukan berbagai uji coba untuk menemukan komposisi yang tepat bagi munisi ini”.

Tingginya resiko yang bisa ditimbulkan pada proses uji coba lanjut Iwan, menuntut timnya untuk sangat cermat dalam pengerjaan. “Mulai dari dimensi, ketebalan, kekerasan, sampai pada ukuran butiran, semuanya harus presisi”, tegasnya.

“Rencana kedepan, kita akan meningkatkan pada kaliber yang lebih tinggi dari yang kita kembangkan saat ini, yakni dari kaliber 5,56 mm ke kaliber 20mm”, ungkap Ari.

Dikesempatan yang berbeda, Direktur Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) BPPT Danny M. Gandana mengatakan bahwa PTIP mendukung kemajuan industri proses disetiap sektor di Indonesia. “Indonesia harus leading dalam industri proses. Dengan memberdayakan kemampuan dalam negeri, kita tidak lagi selalu bergantung pada produk impor. Terlebih lagi dengan berkembangnya industri di Indonesia, tentunya akan membuka lebih banyak peluang untuk berkarya dan menambah kesempatan kerja bagi setiap individu”, tandasnya. (KYRA/humas)

BPPT
0

UAV Balitbang

SURABAYA, 4/11 - TEKNOLOGI MILITER. Seorang anggota TNI AL, menjelaskan kepada pengunjung tentang cara kerja alat pengintai dari udara tanpa awak, di stan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pertahanan (Dephan), Graha ITS Surabaya, Rabu (4/11). Acara bertajuk 'Indonesian Military Technology Exhibition (IMTE) 2009' tersebut, untuk mengenalkan teknologi militer Indonesia buatan anak bangsa. FOTO ANTARA/Eric Ireng/ed/09
0

IPB Kembangkan Lubang Biopori

07 Desember 2007

Institut Pertanian Bogor (IPB) belum lama ini mensosialisasikan Pembuatan lubang resapan biopori (LRB). Diharapkan, dengan cara ini bisa mencegah banjir sekaligus menghasilkan kompos dan menyerap karbon.

LRB adalah lubang berdiameter sekitar 10 sentimeter di tanah sehingga air bisa mengalir masuk ke tanah. Di lubang itu dimasukkan sampah organik yang diharapkan akan dimakan oleh organisme yang ada di dalam tanah. Dengan demikian, akan tercipta lubang-lubang kapiler kecil di dalam tanah. Dengan adanya lubang kapiler di dalam tanah, maka penyerapan air ke dalam tanah juga semakin banyak.

"Selama ini yang terjadi, air hujan tidak bisa masuk ke dalam tanah sehingga terjadi genangan besar di permukaan. Air hujan yang bisa menjadi sumber air bersih dari tanah akhirnya tidak bisa dimanfaatkan dan terbuang ke laut," kata Kamir R Brata, pengajar pada Bagian Konservasi Tanah dan Air Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan IPB, seperti dikutip dari Harian Kompas, 5/12.

Selain bisa mengurangi genangan di permukaan tanah, sampah organik yang dimasukkan ke LRB itu juga bisa menjadi kompos yang berguna sebagai penyubur tanah.

Pembuatan LRB sangat mudah, kata Kamir, hanya memakai bor tanah. Setelah itu, dimasukkan sampah organik. Selain memakai teknologi sederhana, LRB juga bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja. Di halaman seluas 50 meter persegi, bisa dibuat sebanyak 20-40 LRB. Jarak pembuatannya tidak diatur, asalkan letak lubang tidak bersebelahan. "Kedalaman lubang ini sebaiknya tidak lebih dari satu meter karena organisme di dalam tanah juga membutuhkan oksigen. Jika terlalu dalam, dikhawatirkan oksigen tidak masuk hingga ke dalam," kata Kamir.

Untuk peralatannya, yakni bor tanah, IPB juga telah menciptakan khusus dan dijual dengan harga Rp 175.000 per buah.

Satu-satunya kewajiban yang harus dilakukan manusia dalam penggunaan LRB ini adalah memberikan pakan berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfer sebagai gas rumah kaca. Dengan demikian, pemanasan global pun dikurangi.** (Ardan)

technologyindonesia
0

Mahasiswa Surabaya Rancang Prototipe Senjata Pertahanan

Mahasiswa Sistem Komputer STIKOM Surabaya, Riza Rahadian Saputra, menunjukkan cara kerja Prototipe Senjata Pertahanan, di Surabaya, Selasa (16/2). Protipe persenjataan yang merupakan tugas akhir tersebut, menggunakan teknologi Coilgun dengan menerapkan sistem kontrol jarak jauh. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ed/mes/10)

selasa,16 febuari 2010
Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa S1 Jurusan Sistem Komputer STIKOM Surabaya, Riza Rahadian Saputra S.Kom, merancang prototipe senjata pertahanan yang menggunakan teknologi Coilgun dengan sistem kontrol jarak jauh untuk penembakan peluru ke arah lawan.

Prototipe persenjataan yang merupakan tugas akhir (TA) itu dipamerkan di atrium Royal Plasa Surabaya, Selasa, sehingga banyak pengunjung pasar swalayan itu mengagumi karya mahasiswa yang juga Ketua Tim Robot STIKOM Surabaya pada Kontes Robot Indonesia 2009 itu.

Dalam prototipe itu, Riza memberikan inovasi berupa suatu sistem yang mampu melindungi operator senjata itu saat terjadi serangan musuh yakni dengan menerapkan sistem kontrol jarak jauh pada prototipe rancangannya.

Dengan menggunakan kombinasi antara teknologi Coilgun dengan sistem kontrol jarak jauh yang dikembangkan secara manual dan otomatis diharapkan kombinasi itu dapat dimanfaatkan untuk pengembangan senjata yang efektif ketika jarak dan arah dari target diketahui.

Hasil dari pengembangan TA milik Riza adalah prototipe senjata yang mampu melontarkan
peluru dengan kecepatan rata-rata 12,565 m/s dan rata-rata muzzle energy (daya dorong senjata) sebesar 0,55 Joule.

Ada pun spesifikasi peluru yang digunakan lelaki asal Madiun adalah panjang 3,5 cm, diameter 0,7 cm, dan beratnya 9,72 gram.

Selain itu, prototipe yang dihasilkannya itu juga telah mampu menentukan sudut elevasi secara otomatis dan berjalan baik pada sistem kontrol jarak jauhnya.

Ia mengaku pembacaan sensor pada prototipe rancangannya itu kurang sempurna, sehingga ada sedikit selisih hasil penentuan sudut elevasi bila dijalankan secara otomatis.

Secara terpisah, dosen pembimbing TA, Ihyauddin, S.Kom., mengatakan kecepatan peluru yang dihasilkan prototipe itu lebih cepat daripada senjata airsoftgun, namun prototipe itu hanya dapat melukai.

"Kalau ingin meningkatkan kecepatannya sehingga dapat digunakan membunuh, maka
diperlukan penambahan jumlah kumparan sebagai elektromagnetiknya," katanya.

ANTARANews
0

Wi-Max Versi Indonesia Akan Diluncurkan

24 Oktober 2007

Pemerintah akan mengeluarkan teknologi worldwide interoperability for microwave access (Wi-Max) versi Indonesia. (Wi-Max) versi Indonesia. Penelitian dan dan pengembangan teknologi ini sudah dimulai, dan prototipenya diharapkan keluar akhir 2009.

Penelitian ini melibatkan beberapa lembaga, perguruan tinggi negeri, serta industri seperti lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan penerapan dan Pengkajian teknologi (BPPT), Institut teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), PT LEN, PT Inti, Hariff, serta Quassar dengan program manager dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Dep. Kominfo.

Seperti dikutip dari Koran Tempo (24/10), Menteri Komunikasi dan Informatika, Muh. Nuh mengatakan teknologi Wi-Max versi Indonesia ini rencananya akan diluncurkan saat 100 tahun Hari kebangkitan Nasional pada 20 Mei tahun depan. Menurut Direktur Standarisasi dan Telekomunikasi Ditjen Postel Dep. Kominfo, Azhar Hasyim, penelitian dan pengembangan untuk Wi-max dan aplikasinya sudah dimulai.

"Kami terus mendorong penelitiannya supaya jadi lebih cepat, tapi untuk prototipe rencananya keluar akhir tahun 2009", kata Azhar. Program penelitian terbagi dalam beberapa subgrup, yaitu chipset, Rf modul, terminal, antena, dan OSS driver based on open source.**, , terminal, antena, dan .**

technologyindonesia
0

Landing Platform Dock 125m – KRI BANJARMASIN - 592

KRI BANJARMASIN 592

Landing Platform Dock 125 meter - Produk Gemilang Anak Bangsa

Upacara peresmian kapal KRI BANJARMASIN - 592 masuk jajaran armada TNI angkatan laut. Kapal landing Platform Dock 125 meter ini merupakan salah satu produk unggulan PAL INDONESIA dan merupakan bukti nyata kontribusi PAL INDONESIA dalam rangka memenuhi kebutuhan ALUTSISTA Nasional. Dari sisi performannya kapal buatan PAL INDONESIA ini mengalami peningkatan kualitas bila di bandingkan dengan dua kapal LPD yang di bangun di korea selatan. Penyempurnaan tersebut di sesuaikan dengan kebutuhan operasional TNI-AL antara lain:

- Daya angkut heli dari 3 buah menjadi 5 buah.

- Kecepatan kapal dari 15 knots menjadi 15,4 knots

- Bentuk bangunan atas ”stealth design” yang dapat mengurangi ”Radar Cross Section” sehingga tidak mudah ditangkap radar lawan

- Getaran kapal sangat rendah sehingga menambah kenyamanan crew kapal dalam pelayaran.


Dengan berbekal pengalaman merancang dan membangun kapal baik untuk kapal niaga , kapal perang dan alat apung lainya sejak tahun 1980 PAL INDONESIA telah menghasilkan berbagai jenis dan ukuran kapal mulai dari FPB 14 meter, 28 meter, 38 meter dan 57 meter serta LPD 125 meter dan kapal niaga sampai dengan ukuran 50.000 DWT sampai dengan saat ini telah menyelesaikan kapal lebih dari 150 kapal berbagai jenis dan ukuran.. Dengan pengalaman tersebut PAL INDONESIA siap melaksanakan pembangunan Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR), maupun LST (Landing Ship Tank), sesuai dengan kebutuhan TNI-AL.

Sesungguhnya melalui proyek ini telah diperoleh nilai tambah bagi SDM PAL Indonesia, berupa pengembangan ketrampilan karena kapal ini memiliki teknologi khusus “ stealth design “ yaitu kapal ini tidak mudah ditangkap oleh radar lawan.

Diharapakan dimasa yang akan datang kerjasama yang sudah terjalin akan dapat lebih ditingkatkan lagi dengan program pembangunan Kapal PKR dan LST dibangun di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kemampuan PAL INDONESIA, yang secara langsung turut membangun kemandirian penyiapan alat utama pertahanan sekaligus berperan dalam penghematan devisa negara.

Sinergi antara PAL INDONESIA DEPHAN dan TNI-AL, dalam penguasaan teknologi tinggi hendaknya dikembangkan terus menerus tidak hanya untuk pembangunan kapal baru tapi juga meliputi perbaikan dan pemeliharaan kapal-kapal TNI-AL yang lain dalam rangka ikut menopang kesiapan operasional kapal dalam rangka menjaga keamanan dan pengamanan perairan wilayah yuridis Indonesia. Dan dimasa depan Industri Maritim Indonesia dapat berkembang lebih maju.

Data Teknis Landing Platform Dock 125m – KRI BANJARMASIN - 592
• Length Over All = 125 M
• Length Between Perpendicular = 109,2 M
• Breath = 22.0 M
• Depth (Tank Deck)/Truck Deck = 6,7 M / 11,3 M
• Draft : Max = 4,9 M
• Displacement = 7.300 Ton
• Max Speed +/- 15 Knots
• Endurance days = 30 days
• Cruisning Range = 10.000 Miles
• Max Embarcation = 344 person (Crew 126; Troops 218)
• Helicopter = 5 unit
• LCVP = 2 unit

INDOTECH