0

Telkom Bantah Penurunan Kinerja Telkomsel

Jakarta - Telkom selaku induk usaha sekaligus pemegang saham mayoritas di Telkomsel merilis bantahan bahwa rencana restrukturisasi manajamen di operator seluler dengan pelanggan 95 juta lebih itu dikarenakan penurunan kinerja 2010 lalu.

Head of Corporate Communication Telkom Eddy Kurnia menyatakan bahwa Telkom belum menyampaikan secara resmi laporan keuangannya untuk periode penutupan tahun lalu. Menurutnya, kinerja keuangan Telkomsel yang belum selesai disusun dan diaudit.

"Oleh karena itu, pemberitaan di sejumlah media yang menyatakan bahwa sepanjang tahun 2010 pendapatan Telkomsel turun sama sekali tidak benar karena laporan dan proses auditnya sendiri belum final," ujarnya kepada detikINET, Kamis (3/2/2011).

Tentang bagaimana profil kinerja Telkomsel yang sesungguhnya, Eddy menekankan bahwa hal itu akan disampaikan secara terbuka bila segala sesuatunya sudah final. Bagaimana pun, menurutnya, Telkom terikat oleh aturan disclosure yang berlaku bagi perusahaan-perusahaan publik.

Terkait rencana restrukturisasi organisasi Telkomsel, Eddy juga menyatakan bahwa langkah semacam itu sangat lumrah sebagai bagian dari upaya menyikapi secara tepat intensitas dan peta persaingan bisnis yang terus berubah.

Bahwa jumlah direksi Telkomsel akan ditambah, kata dia, kesempatan itu memang selalu terbuka untuk menyikapi perkembangan bisnis dan kompetisi yang semakin ketat. Namun ia juga tak memungkiri, beberapa tahun kemudian, restrukuturisasi organisasi yang saat ini akan dilaksanakan berubah lagi jumlahnya menjadi lebih kecil.

"Artinya restrukturisasi organisasi itu akan berjalan sesuai dengan kebutuhannya," jelas Eddy seraya berharap tidak ada mispersepsi dengan langkah yang ditempuh perusahaan.

Sebelumnya diberitakan, Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah yang juga menjabat Komisaris Utama di Telkomsel mengatakan restrukturisasi akan dilakukan secepatnya menjelang akhir semester I 2010.

Rencananya jumlah direksi Telkomsel akan dimekarkan dari lima menjadi delapan personil. Pemekaran dilakukan dengan menambah direksi Sumber Daya manusia (SDM), Penjualan, dan Teknologi Informasi (TI). Telkom sendiri menginginkan posisi direksi utama, keuangan, operasi, penjualan, dan SDM harus diisi oleh perwakilannya.

Saat ini, susunan direksi di operator tersebut adalah Direktur Utama Sarwoto Atmosutarno, Direktur Keuangan Triwahyusari, Direktur Perencanaan & Pengembangan Herfini Haryono, serta dua orang perwakilan dari SingTel, yakni Direktur Operasi Ng Kwon Kee dan Direktur Niaga Leong Shin Loong.( rou / rou )


detikInet
0

XL Jalin SMS Donasi dengan 5 Institusi

Jakarta - Operator telekomunikasi XL Axiata bekerja sama dengan lima institusi mengembangkan program kesehatan, pendidikan, dan lingkungan hidup, melalui SMS donasi yang diselenggarakan pada pelanggan selulernya.

Institusi yang digandeng untuk program yang berlangsung mulai 1 Februari hingga 31 Juli 2011 ini, yakni ICT Watch, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), United Nations Childrens's Fund (UNICEF), World Wildlife Fund (WWF), Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB).

"Dengan hanya mengirimkan SMS, pelanggan sudah bisa ikut membantu dan meringankan beban sesama," kata Direktur Commerce XL, Joy Wahjudi, dalam keterangan tertulis yang diterima detikINET, Kamis (3/2/2011).

Menurut Joy, dengan dukungan pelanggan XL sebanyak 40,4 juta, diharapkan bisa terhimpun dana masyarakat dalam jumlah yang signifikan untuk membantu kelancaran program sosial tersebut.

Pada program SMS Donasi ini, XL akan membuka lima kata kunci yang masing-masing meliputi bidang kompetensi para mitra instansi, yaitu pelayanan kesehatan masyarakat (IDI), kesehatan ibu dan anak (UNICEF), pengembangan anak mudah (YCAB), internet sehat (ICT Watch), serta kelestarian lingungan (WWF).

"Dana yang terkumpul dari pelanggan XL melalui SMS Donasi tersebut selanjutnya akan disalurkan kepada kelima mitra untuk kemudian dikelola dalam suatu program dengan target dan sasaran terukur," pungkas Joy.( rou / rou )


detikInet
0

Buka Lapak di Ovi Store Cuma Rp 12.000

JAKARTA, KOMPAS.com - Peluang mengembangkan dan menjual aplikasi mobile kini menjadi lebih luas. Beberapa sebabnya adalah semakin meningkatnya pengguna mobile dan semakin sederhananya mengembangkan aplikasi.

Hal tersebut dipaparkan dalam Nokia Developer Day yang berlangsung hari ini di Hotel Shangri La, Jakarta. Dikatakan bahwa di Indonesia saja, 209 juta orang telah menggunakan telepon seluler, 3,5 kali dari populasi pengguna internet.

Dalam ajang itu, dijelaskan bahwa saat ini Nokia memfokuskan pada penggunaan Qt untuk Symbian dan MeeGop serta J2ME untuk S40 sehingga mempermudah pengembangan aplikasi. Penyederhanaan membuat aplikasi bisa dikembangkan siapa pun.

Nokia juga memaparkan solusi dalam memasarkan aplikasi yang telah dibuat. "Aplikasi yang dikembangkan bisa dipasarkan di Ovi Store," kata Upik Sidarta, Business Development Manager Forum Nokia.

Sementara, Upik juga memaparkan bahwa untuk memasarkan produk di Ovi Store, investasinya sangat murah. "Untuk membuka lapak buat jualan di Ovi Store, sekarang hanya dibutuhkan 1 Euro atau 12 ribu rupiah," papar Upik.

"Selain itu, kalau aplikasinya sudah jadi kan biasanya kita juga butuh signing in. Nah, ini juga biaya signing in sekarang gratis. Jadi untuk memasarkan ke 190 negara, investasi yang dibutuhkan sangat murah," jelas Upik.

Sejauh ini, Upik mengatakan bahwa beberapa aplikasi yang dijual di Ovi Store cukup mendapat tanggapan positif. Sebuah aplikasi dikatakan Upik bisa diunduh oleh 1 juta orang dalam waktu 6 bulan.

Untuk mendapatkan revenue dengan menjual aplikasi, Upik memaparkan tiga kemungkinan. "Pertama misalnya kita mengembangkan aplikasi yang bisa diunduh gratis, tetapi kita mendapatkan keuntungan dari advertising," terang Upik.

"Sementara, cara lain misalnya dengan membiarkan orang mengunduh aplikasi versi light, kemudian setelah konsumen attracted baru bayar. Ketiga ya langsung menjual aplikasi yang berbayar," papar Upik.

Besarnya revenue sendiri akan tergantung pada jumlah pengunduh dan harga jual aplikasi. Untuk itu, menurut Upik, pengembang harus tahu segmen pengguna aplikasi yang akan dibidik.


KOMPAS

0

Nokia: Indonesia Masih Menjadi Pasar Utama

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sekalipun terjadi pergantian di pucuk pimpinan Nokia Global, kebijakan vendor ini untuk Indonesia diperkirakan tidak mengalami perubahan yang mendasar. Pasalnya Indonesia masih menjadi pasar utama dan masuk kategori 10 besar dunia.

''Tidak ada perubahan kebijakan terhadap Indonesia, sekalipun terjadi perubahan di pucuk pimpinan,'' kata Direktur Marketing Nokia Indonesia, Andrea Macchini. Nokia, kata Andrea, juga telah menetapkan roadmap untuk pengembangan ke depan.

Dari sisi device, Andrea menyebut ada tiga kategori yang akan diusung Nokia yakni MeeGo untuk device kategori premium, Symbian untuk menengah atas dan Qt untuk menengah bawah. Ia mengisyaratkan belum ada rencana Nokia untuk mengadopsi sistem operasi lain.

Diminta komentarnya soal rencana Nokia merilis tablet yang akan mengusung sistem operasi MeeGo, Andrea enggan memberikan komentarnya. Ia juga tidak menolak atau membenarkan soal rencana itu. ''Kalau ada produk baru, kami akan memberikan informasi kepada Anda,'' kata Andrea.

Stepen Elop sejak September 2010 ditetapkan sebagai President dan CEO Nokia. Masuknya Elop yang sebelumnya salah satu eksekutif di Microsoft, memunculkan berbagai spekulasi bahwa Nokia akan melakukan perubahan kebijakan yang radikal.

Kehadiran sistem operasi baru seperti Android atau bangkitnya vendor ponsel Asia, telah menggerus pangsa pasar Nokia secara global. Bagaimana dengan posisi Nokia di Indonesia? ''Kami masih menjadi pemain utama dengan pangsa pasar 21 persen,'' papar Andrea tanpa menyebutkan berapa unit ponsel yang terjual tahun 2010.

Andrea juga menolak menyebutkan berapa tipe ponsel baru yang dipasarkan Nokia tahun ini. Ketika ditanya wartawan apakah kehadiran ponsel Qwerty murah (c3 dan X2-01) menggambarkan respon Nokia terhadap maraknya ponsel Qwerty merek lokal di pasar Indonesia.

''Kami menciptakan produk bukan untuk merespon vendor lain, orientasi kami ya kebutuhan pelanggan, tidak ada yang lain. Apa yang dibutuhkan pelanggan kami siapkan,'' kata Andrea sambil menambahkan bahwa Nokia merupakan perintis ponsel Qwerty di dunia.


Republika
0

Diskon 50 Persen untuk Komunikasi ke Lima Negara

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Telkomsel memberikan diskon 50 persen melalui akses VoIP 01017 untuk layanan sambungan telepon internasional ke Cina, Singapura, Hongkong, Malaysia, dan Taiwan.

Deputy VP Product Lifecycle Management Telkomsel Ririn Widaryani program diskon berlaku selama bulan Februari 2011. ''Program ini untuk menyambut Imlek, kami berharap kehematan tarif dan kenyamanan layanan bisa dimanfaatkan untuk berbagi kebahagiaan saat merayakan Imlek,'' kata Ririn.

Dengan program ini, Telkomsel memberlakukan tarif SLI Rp 245 per menit untuk menelepon ke Cina, Singapura, dan Hongkong. Sedangkan panggilan ke Malaysia dan Taiwan dikutip Rp 440,-.

Diluar paket itu, kata Ririn, pelanggan Simpati dan Kartu As yang berada di Cina, Singapura, Hongkong, Malaysia, dan Taiwan, Telkomsel menyediakan tarif hemat solusi seamless USSD Call Back (UCB) mulai dari Rp 6.500 permenit untuk menelepon ke nomor mana pun di Indonesia. Di negara tersebut juga berlaku paket unlimited data roaming, termasuk untuk layanan Blackberry.


Republika
0

Komodo Terancam Terpental dari 7 Keajaiban Dunia

TEMPO Interaktif, Jakarta -Status Komodo sebagai salah satu finalis dari tujuh keajaiban dunia terancam terpental dari tujuh keajaiban dunia. Sebab, Yayasan New7wonders (N7W) menangguhkan komodo sebagai salah satu hewan yang dikampanyekan dalam tujuh keajaiban dunia.

Keputusan ini diumumkan Yayasan New7Wonders seperti termuat di laman yayasan itu. "Yayasan New7Wonders hari ini (Senin, 31 Januari 2011) dengan terpaksa mengumumkan bahwa status Komodo sebagai salah satu finalis dari 7 keajaiban dunia akan ditangguhkan," demikian dikutip dari www.new7wonders.com, Rabu (2/2).

Menurut laman itu, semua suara dukungan untuk Komodo selama masa kampanye 7 Keajaiban Alam Dunia tidak akan diperhitungkan.

Penangguhan itu dilakukan per 7 Februari, sehingga Komodo tidak lagi diikutsertakan dalam kampanye tujuh keajaiban dunia. Komodo akan dieliminasi dan akan digantikan oleh peserta yang terdaftar sebagai cadangan dari negara lain.

Penangguhan itu dilakukan hingga pemerintah dan konsorsium swasta memenuhi kontrak dan kesepakatan legal. N7W siap dan berjanji untuk mengaktifkan kembali Komodo segera setelah kesepakatan formal dan komitmen dimaksud dipenuhi.[Aqida Swamurti]


TEMPOInteraktif
0

PT DI Serahkan Helikopter Pesanan TNI-AD

Bell 412 Penerbad (Foto Defense Studies)

REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG
- TNI Angkatan Darat menerima satu unit Helikopter Bell 412 EP produksi PT Dirgantara Indonesia. Serah terima helikopter itu dilakukan di Skadron 21/SENA Pusat Penerbang Angkatan Darat, Lapangan Udara Pondok Cabe, Rabu (3/2). Helikopter diserahkan Dirut PTDI Budi Santoso dan diterima Wakil KSAD Letjen (TNI) Johanes Suryo Prabowo.

Budi mengatakan, Helikopter Bell 412 EP ini merupakan seri terbaru dikelasnya. Helikopter ini merupakan helikopter angkut dengan kapasitas 10 orang. Meski demikian, helikopter angkut ini bisa dipersenjatai dengan senapan mesin di dekat pintu kiri dan kanannya. "Pengadaan Helikopter Bell 412 EP ini melalui kontrak antara Mabes AD pada 15 Oktober 2010," kata Budi.

Budi enggan menyebut nilai kontrak dalam pengadaan Helikopter ini. Dia menegaskan bahwa pihaknya masih sedang melakukan pengerjaan helikopter lainnya yang dipesan TNI AU dan TNI AL. "Ini bukti kesiapan dan kemampuan PTDI untuk memenuhi kebutuhan alutsista (alat utama sistem persenjataan)," ujar Budi.

Helikopter sejenis sudah diproduksi PTDI sejak 1982. Seri terbaru memiliki beberapa kelebihan, salah satunya kelebihan tenaga. Terkait dengan pemesanan alutsista yang diterima PTDI, Budi berharap kepercayaan Kementerian Pertahanan dan TNI terus meningkat kepada PTDI, sehingga PTDI memiliki nilai kompetitif dan nilai jual.

Dalam kesempatan sama, Letjen (TNI) Johanes Suryo Prabowo mengatakan, penerimaan helikopter dari PTDI ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan Pusat Penerbang Angkatan Darat. "Pengadaan alutsista seperti akan terus dilakukan, ini komitmen TNI Angkatan Darat untuk memberdayakan produksi dalam negeri," kata dia. Hal itu, kata Surya, merupakan kebijakan Presiden.


Republika
0

LAPAN Gandeng Lembaga Antariksa Inggris Tangani Iklim

Kepala Lapan Dr. Adi Sadewo Salatun, M. Sc., dan Chief Executive UKSA, Dr. David Williams berfoto bersama usai menandatangani perjanjian kerja sama bidang keantariksaan untuk menangani perubahan iklim di kantor pusat LAPAN di Jakarta, Selasa (1/2). (Antara News/LAPAN)

Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Indonesia bersama United Kingdom Space Agency (UKSA) sepakat berkerjasama dalam bidang keantariksaan penanganan perubahan iklim (climate change).

Kedua institusi menandatangani naskah kerja sama di kantor pusat LAPAN di Rawamangun, Jakarta, Selasa (1/2), yang diwakili oleh Kepala LAPAN Dr Adi Sadewo Salatun, Msc dan Dr David Williams, Chief Executive UKSA.

Kerja sama ini untuk mendukung kepentingan Indonesia dan Inggris, terutama LAPAN dan UKSA, diantaranya juga terkait pembangunan kapasitas peneliti LAPAN dalam pembuatan satelit Pengindraan Jauh SAR Ekuatorial.

Rangkaian kerja sama akan dilanjutkan dengan Policy Discussion on “SAR Satellite Aplication for Supporting MRV, REDD+, and Climate Change Mitigation” yang akan dihadiri para pembuat kebijakan dari LAPAN, Bappenas, UKP4, dan Dewan Nasional Perubahan Iklim.

Juga sejumlah institusi terkait antara lain Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, BMKG, Bakosurtanal, dan BPPT.

Acara tersebut akan berlangsung pada Rabu, 2 Februari 2011, pukul 09.00 hingga 12.00 WIB di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, kata LAPAN dalam siaran persnya.

Perubahan iklim dan peningkatan ekonomi menjadi fokus sasaran dalam kerja sama Indonesia dan Inggris itu. Kerja sama tersebut akan bermanfaat bagi pembangunan kapasitas Measurement Reporting Verification (MRV) atau pengukuran emisi karbon akibat degradasi dan deforestasi hutan guna menangani perubahan iklim.

Dari sisi ekonomi, kerja sama ini akan bermanfaat di bidang observasi bumi. Hal ini akan membantu Indonesia antara lain untuk pemantauan ketahanan pangan, pemantauan laut dan perikanan, pemantauan penanaman padi, dan penanganan bencana.

Kerja sama dalam bidang perubahan iklim ini sejalan dengan tekad Presiden Dr Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengurangi emisi karbon hingga 26 persen pada 2020.

Dua puluh enam persen dimaksud terdiri dari enam persen dari sektor energi, enam persen dari pengelolaan limbah, dan 14 persen untuk pengelolaan lahan hutan. Presiden juga bertekad menurunkan kebakaran hutan atau lahan di Indonesia sekitar 20 persen per tahun.

Tekad ini dapat terealisasi dengan cara pengelolaan hutan yang benar. Peran Indonesia yang dimotori Lapan dalam upaya ini yakni memantau hutan dengan satelit penginderaan jauh SAR Ekuatorial.

UKSA membantu Indonesia dalam memperkuat hubungan bilateral dengan Inggris untuk memantau hutan dan lahan dengan menyediakan data satelit, keahlian, maupun infrastruktur terkait.

Dengan cara pemantauan efektif dan akurat yang dibantu jaringan internasional, Indonesia diharapkan mampu menunjukkan bukti kepada dunia dalam ikut serta berkontribusi memenuhi tekad pengurangan emisi karbon melalui pemantauan bumi Indonesia.

Iklim erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Perubahan iklim dapat berdampak besar terhadap berbagai sektor kesejahteraan manusia. Untuk itulah negara-negara dunia melakukan berbagai upaya sebagai langkah adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.

"Inilah yang mendasari kerja sama Lapan dan UKSA," kata LAPAN.

Kerja sama ini akan memberi efek bagi peningkatan kapasitas sumber daya manusia Indonesia, terutama terkait program LAPAN di bidang pengembangan satelit.

Lapan telah mengorbitkan satelit Lapan-Tubsat dan sedang mengembangkan tiga satelit eksperimental, yaitu Lapan-Orari dan Lapan A2 (disebut dengan Twin-Sat), serta Lapan-IPB.

Sementara bagi Inggris, kerja sama ini akan meningkatkan peran dan kontribusi negara tersebut di dunia internasional dalam penanganan perubahan iklim.(S026/B010)



ANTARAnews