TRENGGALEK, KOMPAS.com — Dinamika geologi pada blok batuan di patahan atau sesar yang disebut Sesar Grindulu serta interaksinya dengan sesar-sesar kecil di kawasan antara Gunung Wilis dan pegunungan kapur di selatan Trenggalek diyakini menjadi penyebab munculnya suara gemuruh. Meski demikian, tidak didapati potensi bahaya sehingga suara gemuruh itu nantinya diyakini hilang dengan sendirinya.
Demikian penjelasan tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) Bandung yang dipimpin Dr Gede Swantika bersama Bupati Trenggalek Mulyadi di Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu (26/2/2011).
"Ini merupakan bekal bagi Pemkab (Pemerintah kabupaten) Trenggalek untuk menyampaikan pesan kepada warga di lokasi terdengarnya suara gemuruh agar tetap tenang karena tidak ada potensi bahaya, tetapi juga tetap waspada," kata Mulyadi.
Gede menjelaskan, tim kajian yang dia pimpin bekerja sejak minggu lalu di Ponorogo, tepatnya di Danau Ngebel di kaki Gunung Wilis, yang terdapat laporan suara gemuruh. Namun, seismometer digital yang dibawa dari kantor PVMBG diputuskan dipasang di selatan Trenggalek, di lokasi yang laporan suara gemuruhnya paling keras.
Dua di antaranya dipasang di Desa Pringapus, Kecamatan Dongko, dan Desa Timahan, Kecamatan Kampak, yang berada di kompleks pegunungan kapur selatan Gunung Wilis. Satu dipasang di kaki Gunung Wilis di Botoputih, Kecamatan Bendungan, dan satu lagi dipasang di Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo.
Selama pengukuran yang berlangsung secara otomatis karena sudah terkomputerisasi, menurut Gede Suantika, tidak didapati getaran gempa tektonik yang cukup besar sehingga dapat disimpulkan tidak ada gempa. Tim menafsirkan, gempa yang dicirikan oleh suara gemuruh sudah tidak lagi berada pada waktu puncak kegiatan. Bahkan saat tim tiba, gemuruh sudah mereda sehingga tidak lagi bisa teramati.
"Tim menyusun penjelasan bahwa gempa yang menimbulkan suara gemuruh muncul sejak Januari 2011 dan mencapai puncaknya minggu pertama Februari 2011. Saat ini pemeriksaan oleh tim menunjukkan, dentuman yang menimbulkan suara gemuruh sudah jauh berkurang," kata Herry Purnomo, Ketua Tim Geologi.
Tim menilai telah terjadi gesekan blok batuan dengan blok tanah pada lokasi Sesar Grindulu dan sesar-sesar kecil di sekitarnya. Penyebabnya bisa jadi curah hujan yang tinggi yang menimbulkan gaya gravitasi dan akibat gaya-gaya tektonik lainnya.
Tim yakin tidak akan muncul bahaya lebih besar jika menilik kondisi data hasil pemeriksaan dengan seismograf digital. Kepala Desa Timahan, Kecamatan Kampak, Sejadi menjelaskan, warga cukup resah oleh suara-suara gemuruh yang saat ini jauh berkurang. Warga khawatir bisa terjadi gempa seperti yang di Yogyakarta dan Padang.
Humas Pemkab Trenggalek Yoso Mirdasi menjelaskan, pihaknya segera menyosialisasikan hasil pemeriksaan Tim Kajian PVMBG kepada camat dan kepala desa di Trenggalek. Namun, ia tetap meminta warga melaporkan semua hal yang tidak lazim terjadi kepada kepala desa masing-masing.
• KOMPAS
0 comments:
Post a Comment