TEMPO.CO, Jakarta - Dengan panjang rata-rata dari moncong hingga ekor 7,7 millimeter, katak dari Papua Nugini ini kini menjadi vertebrata terkecil yang pernah ditemukan. Sebenarnya penemuan ini terjadi pada 2009, namun baru sekarang diungkapkan dalam jurnal ilmiah.
Penemu katak mini ini adalah ahli herpetologi, Christopher Austin, dan mahasiswa pascasarjana, Eric Rittmeyer. "Kami belum tahu apa yang mereka makan dan bagaimana ekologi mereka," kata Austin, yang juga merupakan pembantu kurator herpetologi di Museum of Natural Science, Louisiana State University. "Barangkali mereka makan serangga yang sangat-sangat kecil, tungau misalnya."
Katak itu ditemukan secara tidak sengaja. Saat tengah meneliti di hutan tropis Papua Nugini tiga tahun lalu, pada suatu malam, Austin dan Rittmeyer tertarik pada sebuah suara melengking "tink-tink-tink".
Mulanya mereka menduga itu suara serangga. Masuk hutan, empat kali mereka berhasil menemukan lokasi sumber bunyi, tapi selalu gagal menemukan si empunya suara di antara dedaunan kering. Akhirnya, kelima kalinya, mereka meraup semua dedaunan kering itu dan memasukkannya ke plastik transparan. Di dalam tenda, perlahan keduanya memeriksa ratusan lembar daun tersebut satu per satu dan menemukan binatang kecil itu di salah satu daun.
Sebelumnya, pemegang rekor vertebrata terkecil adalah Paedocypris progenetica. Ikan yang hidup di daerah berawa pada kawasan gambut di Pulau Sumatera dan Bintan ini memiliki panjang rata-rata 7,9 milimeter.
LIVESCIENCE | PHILIPUS PARERA
• TEMPO.CO
Penemu katak mini ini adalah ahli herpetologi, Christopher Austin, dan mahasiswa pascasarjana, Eric Rittmeyer. "Kami belum tahu apa yang mereka makan dan bagaimana ekologi mereka," kata Austin, yang juga merupakan pembantu kurator herpetologi di Museum of Natural Science, Louisiana State University. "Barangkali mereka makan serangga yang sangat-sangat kecil, tungau misalnya."
Katak itu ditemukan secara tidak sengaja. Saat tengah meneliti di hutan tropis Papua Nugini tiga tahun lalu, pada suatu malam, Austin dan Rittmeyer tertarik pada sebuah suara melengking "tink-tink-tink".
Mulanya mereka menduga itu suara serangga. Masuk hutan, empat kali mereka berhasil menemukan lokasi sumber bunyi, tapi selalu gagal menemukan si empunya suara di antara dedaunan kering. Akhirnya, kelima kalinya, mereka meraup semua dedaunan kering itu dan memasukkannya ke plastik transparan. Di dalam tenda, perlahan keduanya memeriksa ratusan lembar daun tersebut satu per satu dan menemukan binatang kecil itu di salah satu daun.
Sebelumnya, pemegang rekor vertebrata terkecil adalah Paedocypris progenetica. Ikan yang hidup di daerah berawa pada kawasan gambut di Pulau Sumatera dan Bintan ini memiliki panjang rata-rata 7,9 milimeter.
LIVESCIENCE | PHILIPUS PARERA
• TEMPO.CO
0 comments:
Post a Comment