Foto sekuel milik polisi, ketika Menteri BUMN Dahlan Iskan mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil listrik Tucuxi miliknya di Desa Dadi, Kecamatan Plaosan, Magetan, Jawa Timur, Sabtu (5/1/2013). [Foto: ANTARA/HO]
Jogja | Danet Suryatama, pencipta mobil listrik, Tucuxi, mengaku takkan patah arang untuk terus mengembangkan mobil listrik di Indonesia, meski dikecewakan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Founder and President ElektrikCar LL yang bermarkas di Amerika Serikat (AS), mengaku sudah menjadi cita-citanya untuk membawa teknologi baru yang tengah ia kembangkan ke Tanah Air.
"Insya Allah tetap dikembangkan di Indonesia dan USA," kata Danet ketika dihubungi Tribun Jogja (Tribunnews.com Network), Minggu (6/1/2013).
Ia menegaskan, penelitian tentang mobil listrik ini bukan lah instan, tapi sudah sejak 2004, jauh sebelum bertemu Dahlan Iskan. Sehingga, tidak ada alasan untuk menghentikan pengembangannya, hanya karena ada masalah pelanggaran hak cipta.
"Mengenai keberatan saya kepada Pak Dahlan dan Kupu-kupu Malam, karena saya merasa ada agreement dan etika yang dilanggar, itu saja," jelasnya.
Masalah dugaan pencurian teknologi masih akan dilanjutkan. Sebab, setelah selesainya pembuatan Tucuxi untuk Dahlan Iskan, masih ada sejumlah peminat mobil listrik.
Karena itu, Danet masih terus melakukan penyempurnaan untuk mobil listrik yang akan diproduksi berikutnya.
"Tucuxi itu kan mobil konsep, memang sengaja dibuat dengan spesifikasi yang paling tinggi. Nantinya mobil listrik yang diproduksi massal, ya sesuai dengan harga pasaran Indonesia," tuturnya.
Danet mengungkapkan, perkembangan mobil listrik di dunia, baik di AS, Eropa, maupun Asia sebenarnya sama, masih dalam tahap pengembangan.
Seharusnya, ini menjadi peluang bagi pabrikan Indonesia untuk mampu memproduksi mobil listrik nasional.
Meski belum mengungkapkan spesifikasi mobil yang akan diproduksi ke depan, mobil listrik punya harga yang kompetitif dengan mobil berbahan bakar premium. Sebelumnya, Danet mengungkapkan, mobil listrik untuk massal seharga Rp 400-Rp 500 juta.
"Goal-nya memang mobil listrik bisa diproduksi massal di Indonesia, karena saya prihatin di Indonesia banyak mobil yang tidak laik jalan masih saja dipakai," paparnya. (*)
0 comments:
Post a Comment