Jakarta � Era mobil listrik di tanah air lahir untuk menyikapi persoalan tingginya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Indonesia. Mobil konvensional yang masih mengandalkan minyak sebagai bahan bakar, menyedot subsidi BBM cukup tinggi.
Pemerintah mengeluarkan imbauan agar mobil pribadi menggunakan BBM non subsidi. Imbauan tersebut ternyata bergigi. Konsumsi BBM masih sangat tinggi.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan tiba-tiba muncul dengan ide mobil listrik. Dia meyakini, mobil listrik mampu menjadi solusi alternatif dari persoalan yang ada. Sebab, kendaraan ini tidak lagi mengandalkan BBM.
Dahlan muncul bersama mobil listrik yang diberi nama Ahmadi. Mobil ini sejenis Hyundai Atoz berwarna hijau. Penciptanya adalah Dasep Ahmadi. Dahlan sendiri yang menjemput Ahmadi ke bengkelnya di Depok, Jawa Barat dan memperkenalkan ke publik.
Kemunculannya membuat Dahlan makin optimis akan masa depan mobil listrik di Indonesia. Bahkan, mobil listrik digadang-gadang sebagai mobil masa depan nasional.
Tidak berselang lama dari kemunculan Ahmadi, Dahlan menyampaikan bahwa dia tengah mempersiapkan mobil listrik mewah sejenis Ferrari. Mobil itu diberi nama Tucuxi. Penciptanya adalah Danet Suryatama.
Dahlan memamerkan mobil barunya tersebut ke khalayak umum. Walaupun akhirnya, umur mobil mewah tersebut tidak lama karena berakhir tragis ketika Dahlan melakukan uji coba. Tucuxi mengalami kecelakaan dan menabrak tebing. Kondisi mobil tersebut rusak parah.
Dari dua mobil listrik andalan Dahlan tersebut, terdapat beberapa perbedaan mulai dari komposisi mesin hingga tentu saja biaya yang dikeluarkan. Berikut beberapa perbedaan antara mobil karya Dasep Ahmadi dan Danet Suryatama.(mdk/noe)
1. Gearbox
Gearbox atau transmisi adalah salah satu komponen utama yang disebut sebagai sistem pemindah tenaga. Gearbox berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya mesin ke salah satu bagian mesin lainnya.
Mobil listrik Ahmadi dilengkapi dengan gearbox. Sementara mobil listrik Tucuxi tidak dilengkapi gearbox. Dahlan Iskan menuding, ketiadaan gearbox dalam Tucuxi menjadi penyebab utama kecelakaan saat uji coba beberapa waktu lalu.
"Karena Tucuxi tidak memakai gearbox, maka kekuatan rem ada di rem itu sendiri. Tidak ada bantuan apapun," ujar Dahlan saat jumpa wartawan di Taman Ismail Marzuki, Selasa (8/1).(mdk/noe)
2. Biaya pembuatan
Membandingkan antara Ahmadi dengan Tucuxi tentu tidak bisa melupakan biaya yang dibutuhkan untuk pembuatannya.
Biaya pembuatan atau investasi mobil listrik Ahmadi sekelas Hyundai Atoz yang dibuat oleh Dasep Ahmadi jauh lebih murah jika dibandingkan dengan mobil listrik Tucuxi buatan danet Suryatama yang disebut-sebut sejenis Ferrari.
Menurut Dasep, biaya pembuatan mobil listrik Ahmadi bisa mencapai Rp 200-300 juta. Mobil ini diperkirakan akan dijual seharga RP 300 juta per unit. Untuk pembuatan mobil sendiri saat ini menghabiskan waktu sekitar 1,5 tahun.
Sementara untuk mobil listrik Tucuxi, Dahlan mengaku menghabiskan dana sebesar Rp 3 miliar yang diambil dari kantong pribadinya sendiri. Dahlan menyebut, jika berhasil diproduksi massal, mobil ini rencananya dijual seharga Rp 1,5 miliar.(mdk/noe)
3. Beda kasta
Kemunculan mobil listrik Ahmadi dan Tucuxi tidak berselang lama. Setelah sukses memperkenalkan Ahmadi, Dahlan langsung menyampaikan bahwa dia tengah mempersiapkan mobil listrik yang lebih mewah, yakni Tucuxi yang disebut-sebut sekelas Ferrari.
"Ini (mobil listrik Ferrari) untuk masyarakat kelas atas. Yang hijau (Ahmadi) untuk kelas menengah," ungkap Dahlan ketika ditemui di Monas, Jakarta, Kamis (20/12).(mdk/noe)
4. Mesin dalam negeri dan impor
Salah satu perbedaan antara Ahmadi dan Tucuxi terlihat pada komponen mesinnya. Jika digadang-gadang sebagai mobil nasional masa depan, tentu komponennya harus 100 persen buatan dalam negeri.
Dalam pembuatan Ahmadi, mesin merupakan buatan Indonesia. Sedangkan baterai atau accu lithium masih sulit diperoleh di Indonesia.
Sedangkan untuk Tucuxi, komponen mesin didatangkan langsung dari luar negeri. Tim perakit mobil listrik Tucuxi harus mencari kelengkapan sparepart hingga ke Amerika dan Singapura.(mdk/noe)
5. Mogok dan tabrak tebing
Perbedaan lain antara Ahmadi dan Tucuxi adalah nasib saat uji coba atau test drive. Nasib Ahmadi bisa disebut masih lebih beruntung dibanding Tucuxi.
Saat uji coba pertama, Dahlan mengemudikan Ahmadi dari bengkelnya di Depok, Jawa Barat ke kantor BPPT di kawasan Sudirman-Thamrin. Uji coba pertama gagal. Ahmadi mogok di depan Kedutaan Jepang di Jl. Thamrin. Ahmadi kehilangan tenaga karena baterainya habis.
Sementara Tucuxi berakhir tragis. Mobil mewah yang dikendarai Dahlan saat uji coba 1.000 kilo meter, mengalami kecelakaan di daerah Magetan. Tucuxi menabrak tebing dan kondisinya rusak parah.(mdk/noe)
● Merdeka
0 comments:
Post a Comment