Dahlan mengklaim kemampuan mobil Tucuxi melebihi mobil biasa.
Tucuxi |
Jakarta | Upaya Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, untuk mewujudkan mobil listrik nasional, sepertinya tak semulus yang dibayangkan. Akhir pekan lalu, Dahlan Iskan mengalami kecelakaan di Magetan, Jawa Timur. Mobil listrik Tucuxi yang sedang diuji coba ringsek. Dahlan sedang mengemudi mobil itu.
Banyak orang mengecam Dahlan Iskan seputar uji coba itu. Dari kritik lantaran dia melakukan uji coba dijalan umum hingga keamanan mobil yang dianggap tidak mumpuni. Selasa, 8 Januari 2013, Dahlan Iskan menjawab semua tuduhan itu. Mengawab tuduhan bahwa Dahlan mengutak-atik mobil bikinan Danet Suryatama itu, hingga menjelaskan sebab musabab kecelakaan pekan lalu itu.
Didukung oleh banyak kalangan, Dahlan Iskan belakangan ini memang tengah gencar mempromosikan mobil listrik. Banyak orang senang dengan rencana ini. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah memberi respon positif semenjak mobil ini direncanakan tahun lalu.
Mobil listrik Tucuxi itu yang diuji coba Dahlan itu adalah satu di antara empat “Putera Petir” yang disebut sebagai inovator dan pembuat prototipe mobil listrik. Dahlan menilai, Indonesia harus mempunyai strategi energi alternatif bagi kendaraan bermotor. Dan, ide menarik yang dicetuskannya adalah mobil listrik.
Pemilik Jawa Pos Group itu pun meyakini, tren di seluruh dunia memang mengarah ke mobil listrik. "Tentu ini juga terkait dukungan saya pada pengalihan penggunaan BBM," ujar Dahlan kepada VIVAnews, di awal mencetuskan ide itu.
Menurut Dahlan, produksi mobil listrik akan efektif untuk menggeser pemakaian bahan bakar minyak. Dia mengklaim, biaya mengembangkan mobil listrik jauh lebih murah, dibandingkan jika pemerintah harus memberikan subsidi BBM hingga ratusan triliun rupiah.
Lantas, seberapa hemat konsumsi mobil listrik dibandingkan yang berbahan bakar minyak?
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara, Nur Pamudji, pernah mengatakan, mobil listrik diklaim lebih hemat dibandingkan mobil berbahan bakar minyak. Walaupun, tarif listrik yang dikenakan non-subsidi, yaitu Rp 1.200 per kwh.
Dengan tarif itu, dia menjelaskan, mobil listrik seperempat lebih hemat dibandingkan mobil berbahan bakar minyak. Sebagai perbandingan, setiap kali isi ulang, mobil listrik hanya membutuhkan Rp 25.200 untuk menempuh jarak 150 kilometer. Sementara itu, mobil berbahan bakar minyak membutuhkan bahan bakar Rp 100.000 untuk jarak yang sama.
Selain itu, dalam situasi lalu lintas yang macet, mobil listrik lebih diuntungkan, karena selama mobil dalam keadaan diam, listrik akan disimpan dalam baterai. "Kalau macet, maka tidak akan ada listrik yang terbuang," katanya.
Pada mobil listrik, seluruh listrik yang keluar, 90 persennya akan menjadi energi penggerak dan tidak akan ada panas yang terbuang. Berbeda dengan mobil yang menggunakan bensin, hanya 30 persen yang menjadi energi penggerak. Sementara itu, 70 persen sisanya terbuang percuma, salah satunya menjadi polusi udara.
Dasep Ahmadi, salah satu pembuat prototipe mobil listrik juga pernah mengatakan, pemakaian premium satu liter hanya untuk jarak tempuh 9 kilometer. Sedangkan jika menggunakan listrik setara satu kwh, jarak tempuh hampir sama, sekitar 8-9 kilometer.
"Namun, untuk harga lebih murah, satu kwh sekitar Rp 730 atau Rp 1.100 jika listrik tak disubsidi," ujar Dasep.
Mobil listrik juga lebih efisien. Jika terjebak macet alias mobil diam tak bergerak, energi dikeluarkan sedikit. Kalau AC menyala, hanya kompresor yang bekerja. Saat menanjak ke puncak atau turun, energi potensial berubah menjadi energi listrik.
Mobil listrik Tucuxi itu yang diuji coba Dahlan itu adalah satu di antara empat “Putera Petir” yang disebut sebagai inovator dan pembuat prototipe mobil listrik. Dahlan menilai, Indonesia harus mempunyai strategi energi alternatif bagi kendaraan bermotor. Dan, ide menarik yang dicetuskannya adalah mobil listrik.
Pemilik Jawa Pos Group itu pun meyakini, tren di seluruh dunia memang mengarah ke mobil listrik. "Tentu ini juga terkait dukungan saya pada pengalihan penggunaan BBM," ujar Dahlan kepada VIVAnews, di awal mencetuskan ide itu.
Menurut Dahlan, produksi mobil listrik akan efektif untuk menggeser pemakaian bahan bakar minyak. Dia mengklaim, biaya mengembangkan mobil listrik jauh lebih murah, dibandingkan jika pemerintah harus memberikan subsidi BBM hingga ratusan triliun rupiah.
Lantas, seberapa hemat konsumsi mobil listrik dibandingkan yang berbahan bakar minyak?
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara, Nur Pamudji, pernah mengatakan, mobil listrik diklaim lebih hemat dibandingkan mobil berbahan bakar minyak. Walaupun, tarif listrik yang dikenakan non-subsidi, yaitu Rp 1.200 per kwh.
Dengan tarif itu, dia menjelaskan, mobil listrik seperempat lebih hemat dibandingkan mobil berbahan bakar minyak. Sebagai perbandingan, setiap kali isi ulang, mobil listrik hanya membutuhkan Rp 25.200 untuk menempuh jarak 150 kilometer. Sementara itu, mobil berbahan bakar minyak membutuhkan bahan bakar Rp 100.000 untuk jarak yang sama.
Selain itu, dalam situasi lalu lintas yang macet, mobil listrik lebih diuntungkan, karena selama mobil dalam keadaan diam, listrik akan disimpan dalam baterai. "Kalau macet, maka tidak akan ada listrik yang terbuang," katanya.
Pada mobil listrik, seluruh listrik yang keluar, 90 persennya akan menjadi energi penggerak dan tidak akan ada panas yang terbuang. Berbeda dengan mobil yang menggunakan bensin, hanya 30 persen yang menjadi energi penggerak. Sementara itu, 70 persen sisanya terbuang percuma, salah satunya menjadi polusi udara.
Dasep Ahmadi, salah satu pembuat prototipe mobil listrik juga pernah mengatakan, pemakaian premium satu liter hanya untuk jarak tempuh 9 kilometer. Sedangkan jika menggunakan listrik setara satu kwh, jarak tempuh hampir sama, sekitar 8-9 kilometer.
"Namun, untuk harga lebih murah, satu kwh sekitar Rp 730 atau Rp 1.100 jika listrik tak disubsidi," ujar Dasep.
Mobil listrik juga lebih efisien. Jika terjebak macet alias mobil diam tak bergerak, energi dikeluarkan sedikit. Kalau AC menyala, hanya kompresor yang bekerja. Saat menanjak ke puncak atau turun, energi potensial berubah menjadi energi listrik.
Dasep sengaja merancang agar setiap mengerem, mobil mengisi tenaga (generatic break). Saat melambat, energi akan tersimpan.
Kinerja mobil listrik pun mampu bersaing. Ketika mulai dinyalakan, torsinya akan maksimum. Sementara itu, mobil lain pada awal berjalan lebih rendah. Agar lebih hemat energi, Dasep membatasi kapasitas mesin hanya 1.000 cc.
Fitur keamanan
Kinerja mobil listrik pun mampu bersaing. Ketika mulai dinyalakan, torsinya akan maksimum. Sementara itu, mobil lain pada awal berjalan lebih rendah. Agar lebih hemat energi, Dasep membatasi kapasitas mesin hanya 1.000 cc.
Fitur keamanan
Meski diklaim lebih hemat dibandingkan mobil berbahan bakar minyak, fitur keamanan mobil listrik tak boleh diabaikan. Mobil listrik diharapkan tidak justru berbahaya bagi pengguna jalan lainnya.
Sebab, mobil listrik memang mengeluarkan suara yang sangat halus, sehingga nyaris tak terdengar oleh pengendara lainnya, bahkan pejalan kaki sekalipun.
Untuk itu, Lembaga Keselamatan Jalan Raya dan Lalu Lintas Amerika Serikat (NHTSA) mengajukan regulasi baru, yakni setiap mobil listrik dan hibrida wajib mengeluarkan suara. Itu dilakukan agar bisa meningkatkan kewaspadaan pengguna jalan lain dan menghindari kecelakaan.
Menurut NHTSA, dengan mendesain kendaraan yang bisa mengeluarkan suara pada kecepatan rendah di bawah 18 mph (28,9 km/jam), maka dapat menghindari kecelakaan yang setiap tahunnya mencapai 2.800 orang.
"Proposal kami fleksibel. Setiap produsen tentu bisa mendesain suara mobil sendiri agar dapat meningkatkan kewaspadaan pejalan kaki, pesepeda, dan pengguna jalan lain," kata David Strickland, Administrator NHTSA seperti dilansir Inautonews, Selasa 8 Januari 2013.
Beberapa merek di Amerika Serikat sudah menambahkan suara pada mobil listrik dan hibridanya. General Motors dengan Chevrolet Volt 2013, Nissan Leaf, dan Toyota Prius akan berbunyi pada kecepatan di bawah 15 mph atau 24,1 km/jam, saat mobil mengandalkan baterai sebagai sumber energi atau mesinnya mati.
Penyebab kecelakaan
Sementara itu, terkait mobil listrik yang mengalami nahas di Magetan, Jawa Timur, Dahlan Iskan membantah sebabnya karena permasalahan rem. Meski mengaku telah memodifikasi rem Tucuxi, upaya itu justru diklaimnya untuk memperkuat daya cengkeram.
Masalah mendasarnya, dia menjelaskan, karena mobil itu tidak menggunakan gearbox. Menurut Dahlan, mobil sebesar apa pun tanpa gearbox, remnya tidak akan mencengkeram. "Ini mobil dua ton," kata Dahlan di Jakarta, Selasa 8 Januari 2013.
Gearbox merupakan satu komponen mesin yang berupa rumah untuk roda gigi. Komponen ini harus memiliki konstruksi yang tepat agar dapat menempatkan poros-poros roda gigi pada sumbu yang benar, sehingga roda gigi dapat berputar dengan baik.
"Karena tidak pakai gearbox, beban pengereman sepenuhnya pada rem. Tidak ada bantuan sama sekali," ujarnya.
Namun, sebelumnya, Danet Suryatama, pencipta mobil listrik Tucuxi menyatakan, penyebab rem tidak berfungsi dengan baik, karena mobil itu telah dibongkar dan diubah dari kondisi semula oleh pihak lain.
"Kami tidak berada di tempat kejadian. Akan tetapi dari observasi foto-foto sebelum dan setelah pembongkaran, ternyata ada penggantian electric vacuum pump (untuk memperoleh tenaga penghisap bagi rem booster) dengan peralatan yang kami tak ketahui performanya," ujar Danet dalam keterangan pers yang diterima VIVAnews, Minggu.
Menurut Danet, electric vacuum pump ini sangat penting bagi mobil elektrik untuk menghasilkan daya rem bagi kendaraan secara andal. Alat ini apabila diganti dengan produk lain yang tidak reliable akan mengakibatkan kehilangan daya rem.
Dahlan menambahkan, mobil listrik Tucuxi yang dikendarainya dari Solo ke Magetan sebetulnya sudah diuji coba di sejumlah tempat sebelum mengalami kecelakaan.
"Sudah dicoba di Senayan, Jakarta, selama dua jam. Ketika itu, menurut saya, masih ada yang harus diperbaiki. Perbaikan dilakukan di Yogya. Maka, mobil dibawa ke Kaliurang, Yogya, dan tidak ada masalah," ujarnya.
Bahkan, dia menegaskan, sebelum ke Solo untuk test ride ke Magetan, mobil sudah dicoba di berbagai tempat dan tidak ada masalah. Dahlan pun sengaja menguji coba langsung mobil Tucuxi di berbagai tempat, termasuk tanjakan dan turunan. Alasannya, seandainya dibeli orang, yang bersangkutan tidak khawatir.
Dahlan mengklaim, kemampuan mobil Tuxuci sesungguhnya melebihi mobil biasa dan ia bangga dengan kemampuan anak Indonesia. "Namun sayangnya, saat turunan tajam di Cemoro Sewu, saya kaget. Saya injak kuat rem untuk kendalikan Tucuxi. Lalu, ada bau terbakar, entah dari rem atau bukan," kata Dahlan.
Dan, beberapa saat kemudian, itulah pertama kalinya Tucuxi mengalami kecelakaan.
0 comments:
Post a Comment