Friday, 4 January 2013

Kok Baru Sekarang SBY Blusukan ke Kampung-Kampung?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMspP_XbGQRBcv_Iew_uHCyipiVJ0AMdTMJ5uMSLta-ahGzR2mhiwcj7jWHupDR2OTq654O1lnmc51ikw5ek-M47VVUX2qtLif_-3khMzfaKGUKnfBp-efy1-hqaF0XuQXe1Jq3jjBvlc/s400/SBY+Tyud+tyudkartun.blogspot.comJakarta | Gaya "blusukan" ke kampung-kampung yang identik dengan gebrakan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo alias Jokowi kini mulai "dicontoh" oleh pejabat-pejabat publik termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri. Kunjungan SBY ke kampung-kampung rencannya akan terus dilakukan hingga 2014.

Menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ari Junaedi, gebrakan "blusukan" ala SBY dianggap sudah basi alias terlambat.

"Kenapa bukan dari dulu-dulu ya? Ibarat nasi, sekarang sudah jadi kerak bubur. Bukan lagi bubur loh. Rakyat terlalu lama menanti sentuhan langsung dari Presiden SBY sejak 2004. Mubasir saja kalau baru dilakukan sekarang. Saya juga mempertanyakan efektifitas blusukan SBY, apakah akan ditindaklanjuti para pembantunya atau tidak," ujar Ari saat berbincang dengan Okezone, Jumat (4/1/2013).

Bagi dia, sangat berbeda dengan Jokowi yang blusukannya jauh dari kesan pencitraan, gaya turun ke bawah atau turba SBY masih melekat image pencitraan.

"Memang SBY tidak bisa mencalonkan diri lagi sebagai Presiden di 2014 tapi apakah kita lupa kalau ada "the shadow leader" di samping SBY yakni Bu Ani. Boleh jadi, ratting Bu Ani SBY akan terkerek naik akibat aksi blusukan stripping SBY hingga 2014. Blusukan kemana saja ke seantero tanah air adalah hak presiden tetapi rakyat juga menunggu aksi nyata. Jangan sampai usai acara seremonial RI-1, nasib rakyat tidak berubah," katanya.

Oleh karena itu menurut pengajar Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang ini, manyarankan agar agenda turba presiden lebih diorientasikan untuk mendengar dan mencari solusi permasalahan rakyat.

“Gaya blusukan dalam bingkai komunikasi politik hendaknya dimaknai sebagai mendengar, menyelami dan mencarikan solusi permasalahan rakyat banyak. Blusukan tanpa makna sama saja dengan menggarami air laut,” pungkas peraih gelar doktor berkat penelitiannya tentang pelarian politik tragedi 1965 ini.(hol)


0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...