Friday, 22 April 2011

Radar LIPI Siap Diproduksi Massal

TEMPO Interaktif, Jakarta - Teknologi radar buatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dinyatakan siap untuk diproduksi massal. Uji coba yang dilakukan menunjukkan radar yang sulit disusupi musuh ini memiliki kemampuan yang sama dengan buatan luar negeri.

Menurut Kepala Peneliti Radar LIPI, Masyuri Wahab, pengujian perangkat bernama Indonesia Sea Radar (ISRA) telah dilakukan sejak tahun 2010 di kawasan Selat Sunda. Pada pengujian tersebut, tiga unit radar dipasang di tempat terpisah untuk memantau lalu lintas laut. "Hasilnya cukup baik," ujar Masyuri saat ditemui Tempo, Kamis (21/4).

Meski telah bekerja baik, LIPI masih terus mengembangkan kemampuan radar ini dengan melakukan beberapa penyempurnaan. Perangkat lunak ISRA akan dimodifikasi, sehingga mampu menampilkan data secara lebih efisien. Sementara dari segi perangkat keras, radar compact ini telah menunjukkan penampilan terbaiknya.

ISRA dikembangkan Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI sejak tahun 2006. Pengembangan radar dimasukkan sebagai salah satu penelitian unggulan LIPI yang diharapkan bisa membantu sistem pertahanan nasional. Radar buatan dalam negeri ini dapat digunakan untuk memantau lalu lintas laut dan mengawasi garis pantai dan perbatasan laut.

Pengembang merancang ISRA sebagai alat yang compact. Seluruh peralatan elektronik radar dimuat ke dalam antena kecil berukuran 160x60x50 sentimeter. Pengendalian radar dilakukan menggunakan komputer pribadi dibantu perangkat lunak pengolah sinyal yang dikembangkan secara khusus. "Rancangannya ringkas, berbeda dibandingkan radar buatan luar negeri," kata Masyuri.

Saat beroperasi, ISRA berputar 40 kali dalam satu menit ke segala arah dengan daya pancar rendah sebesar 1 watt. Jangkauan maksimal perangkat ini mencapai 64 kilometer. Namun, radar ini bekerja optimal pada jarak 22 kilometer saat ditinggikan pada menara 40 meter. Radar sendiri mampu mengenali objek berukuran 6 meter yang berada pada jarak 3 kilometer.

Keunggulan lainnya, ISRA termasuk sebagai "quiet radar" sehingga sulit disusupi musuh. Radar ini juga sulit dideteksi oleh pemindai dan tak mengganggu sistem radar lain. Kemampuan doppler yang ditanamkan pada perangkat bisa digunakan untuk mengukur arah gerak kapal laut.

Selama 5 tahun penelitian, Masyuri telah menghabiskan dana sebesar Rp 4 miliar. Pada tahun keenam, LIPI menyatakan siap memasarkan produk yang seluruh bagiannya dirancang dan dirakit di Indonesia. Dengan keunggulan rancangan dan daya jangkau yang lebih baik dibandingkan produk buatan luar negeri, ia berharap militer dan Kementerian Perhubungan melirik ISRA. "Harganya mampu bersaing dengan buatan luar negeri," kata Masyuri.

Saat ini LIPI telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT INTI yang akan memproduksi massal radar ini. Pembelian unit radar oleh pemerintah, kata Masyuri, merupakan bentuk apresiasi terhadap jerih bangsa sendiri. Selain itu, keuntungan yang didapatkan dari penjualan radar akan dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan peralatan radar yang lebih canggih, sehingga bisa saja diekspor ke luar negeri.

Sebelumnya, Menteri Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata mengungkapkan kebutuhan radar pantai mencapai 800 unit. Selama ini Indonesia terus bergantung pada teknologi radar luar negeri. Padahal peneliti Indonesia mampu membuat radar.[ANTON WILLIAM]


TEMPOInteraktif

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...