Ilustrasi foto: Menara Jakarta (kiri), Signature Tower (kanan)
Jakarta - Proyek Menara Jakarta Kemayoran (558 meter) dan Signature Tower SCBD (638 meter) nampaknya ingin berlomba-lomba menggapai cakaran tertinggi di langit Jakarta. Dua proyek itu masing-masing ditargetkan selesai 2016 dan 2018.
Project Manajer Menara Jakarta, Dicky Rampengan mengatakan, dua bangunan tersebut memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda. Selain itu, pasar kedua bangunan itu juga beda
"Kalau kita segmen pasarnya berbeda. Kita lebih pasar ICT (Information and Communication Technololgy). Sementara Signature Tower (SCBD) lebih pada properti," katanya kepada detikFinance, Minggu (29/1/2012).
Ia menjelaskan, selama ini banyak masyarakat salah kaprah dalam mendefinisikan menara atau tower dengan gedung. Menurutnya fungsi gedung dan menara sangat berbeda, termasuk pola membangunnya. Signature Tower milik Tomy Winata di SCBD, lebih menyasar bisnis properti murni dengan menjual atau menyewakan hotel, apartemen dan perkantoran.
Lanjut Dicky, proyek Menara Jakarta tetap akan berlanjut dan tak akan terpengaruh dengan rencana pembangunan gedung Signature Tower di SCBD. Pihaknya sejak awal membangun menara ini untuk pasar ICT termasuk 17 lantai menara yang ada di dalamnya akan menjadi perkantoran perusahaan-perusahaan ICT.
Dikatakannya, berdirinya menara Jakarta setinggi 558 meter ini akan menggantikan peran menara-menara televisi yang selama ini sudah menjamur di berbagai pelosok Jakarta. Ia pun menjamin, jika semua stasiun televisi menggunakan ketinggian menara Jakarta, maka tak akan ada lagi terjadi blank spot termasuk di bidang komunikasi dan lainnya.
"Menara ini akan meng-cover layanan ICT di seluruh Jakarta. Pastinya tak akan ada lagi blank spot," katanya.
Meski demikan, proyeknya ini akan tetap dilengkapi beberapa fasilitas lainnya seperti pusat perbelanjaan di bagian bawah, termasuk restoran berputar di atas menara.
"Jadi pembangunan Menara Jakarta harus dilakukan 2012 karena mengejar moment tahun 2016," katanya.
Saat ini kata dia, pihaknya sedang memfinalisasi masuknya investor asing dari Asia yang akan berperan dalam menopang permodalan hingga teknologi ICT. Ia optismis proses masuknya investor asing itu akan selesai April 2012.
"Saat ini sudah sampai 90%, mereka bisa masuk paling tidak minimal 20% (saham)," katanya.
Sementara itu dari investor lokal, proyek ini dimodali oleh Grup Kompas-Gramedia, Senayan City dan investor lainnya. Saat ini Presdir PT Prasada Japa Pamudja (PJP) selaku pengembang Menara Jakarta, dipegang oleh Teddy Surianto yang merupakan orang Kompas-Gramedia menggantikan Handaka Santosa yang berasal dari Senayan City.
"Terkait investasi, yang dibutuhkan untuk bangunan fisik hingga Rp 3 triliun, itu di luar dari perangkat ICT," katanya.
Menara Jakarta akan dimulai kembali pembangunan pada pertengahan 2012 dan diperkirakan baru akan terwujud bangunan fisiknya pada 2015 hingga selesai di 2016.
Seperti diketahui pembangunan Menara Jakarta berawal dari gagasan Presiden Soeharto pada tahun 1997, dimaksudkan sebagai lambang kebesaran bangsa Indonesia. Pada waktu itu menara yang akan dibangun menjulang setinggi 558 meter tersebut diharapkan akan akan menjadi menara tertinggi di Asia.
Tapi krisis moneter pada 1998 membuyarkan gagasan itu menjadi kenyataan. Semua calon investor, di antaranya TVRI dan Telkom, mengundurkan diri. Enam tahun kemudian proyek dengan perkiraan biaya pembangunan sebesar Rp 3 triliun itu dimulai kembali, ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Mensesneg Bambang Kesowo dan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada April 2004.
Setelah berjalan hampir tujuh tahun dan telah menghabiskan dana tak kurang dari Rp 300 miliar pembangunan menara yang terletak di kawasan Kemayoran tersebut sementara terhenti lagi pada November 2010.(hen/wep)
• detik
Project Manajer Menara Jakarta, Dicky Rampengan mengatakan, dua bangunan tersebut memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda. Selain itu, pasar kedua bangunan itu juga beda
"Kalau kita segmen pasarnya berbeda. Kita lebih pasar ICT (Information and Communication Technololgy). Sementara Signature Tower (SCBD) lebih pada properti," katanya kepada detikFinance, Minggu (29/1/2012).
Ia menjelaskan, selama ini banyak masyarakat salah kaprah dalam mendefinisikan menara atau tower dengan gedung. Menurutnya fungsi gedung dan menara sangat berbeda, termasuk pola membangunnya. Signature Tower milik Tomy Winata di SCBD, lebih menyasar bisnis properti murni dengan menjual atau menyewakan hotel, apartemen dan perkantoran.
Lanjut Dicky, proyek Menara Jakarta tetap akan berlanjut dan tak akan terpengaruh dengan rencana pembangunan gedung Signature Tower di SCBD. Pihaknya sejak awal membangun menara ini untuk pasar ICT termasuk 17 lantai menara yang ada di dalamnya akan menjadi perkantoran perusahaan-perusahaan ICT.
Dikatakannya, berdirinya menara Jakarta setinggi 558 meter ini akan menggantikan peran menara-menara televisi yang selama ini sudah menjamur di berbagai pelosok Jakarta. Ia pun menjamin, jika semua stasiun televisi menggunakan ketinggian menara Jakarta, maka tak akan ada lagi terjadi blank spot termasuk di bidang komunikasi dan lainnya.
"Menara ini akan meng-cover layanan ICT di seluruh Jakarta. Pastinya tak akan ada lagi blank spot," katanya.
Meski demikan, proyeknya ini akan tetap dilengkapi beberapa fasilitas lainnya seperti pusat perbelanjaan di bagian bawah, termasuk restoran berputar di atas menara.
"Jadi pembangunan Menara Jakarta harus dilakukan 2012 karena mengejar moment tahun 2016," katanya.
Saat ini kata dia, pihaknya sedang memfinalisasi masuknya investor asing dari Asia yang akan berperan dalam menopang permodalan hingga teknologi ICT. Ia optismis proses masuknya investor asing itu akan selesai April 2012.
"Saat ini sudah sampai 90%, mereka bisa masuk paling tidak minimal 20% (saham)," katanya.
Sementara itu dari investor lokal, proyek ini dimodali oleh Grup Kompas-Gramedia, Senayan City dan investor lainnya. Saat ini Presdir PT Prasada Japa Pamudja (PJP) selaku pengembang Menara Jakarta, dipegang oleh Teddy Surianto yang merupakan orang Kompas-Gramedia menggantikan Handaka Santosa yang berasal dari Senayan City.
"Terkait investasi, yang dibutuhkan untuk bangunan fisik hingga Rp 3 triliun, itu di luar dari perangkat ICT," katanya.
Menara Jakarta akan dimulai kembali pembangunan pada pertengahan 2012 dan diperkirakan baru akan terwujud bangunan fisiknya pada 2015 hingga selesai di 2016.
Seperti diketahui pembangunan Menara Jakarta berawal dari gagasan Presiden Soeharto pada tahun 1997, dimaksudkan sebagai lambang kebesaran bangsa Indonesia. Pada waktu itu menara yang akan dibangun menjulang setinggi 558 meter tersebut diharapkan akan akan menjadi menara tertinggi di Asia.
Tapi krisis moneter pada 1998 membuyarkan gagasan itu menjadi kenyataan. Semua calon investor, di antaranya TVRI dan Telkom, mengundurkan diri. Enam tahun kemudian proyek dengan perkiraan biaya pembangunan sebesar Rp 3 triliun itu dimulai kembali, ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Mensesneg Bambang Kesowo dan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada April 2004.
Setelah berjalan hampir tujuh tahun dan telah menghabiskan dana tak kurang dari Rp 300 miliar pembangunan menara yang terletak di kawasan Kemayoran tersebut sementara terhenti lagi pada November 2010.(hen/wep)
• detik
0 comments:
Post a Comment