Showing posts with label LEN. Show all posts
Showing posts with label LEN. Show all posts
0

PT Len siap bangun sinyal monorail Jakarta

PT Len Industri, yang berpusat di Bandung, menyatakan kesiapannya membangun persinyalan monorail Jakarta. Perseroan akan berkolaborasi bersama PT Telkom dan PT Inka.

Direktur Utama Len Industri Abraham Mose mengungkapkan kompetensi perseroan sudah teruji dalam bidang persinyalan. Saat ini pihaknya memiliki anak perusahaan khusus transportasi, yakni PT Len Railway Systems, yang juga fokus pada pembangunan mass rapid transit (MRT), light rail transit (LRT), serta monorail.

"Kami diajak dan berkomunikasi untuk coba lakukan evaluasi desain dan pengembangan sistem persinyalan monorail," katanya seperti dilansir kantor berita antara, di Jakarta, Senin (29/10).

Dia menegaskan anak usaha perseroan telah berpengalaman menangani proyek engineering, procurement, and construction (EPC). Dalam proyek monorail, porsi persinyalan yang akan dikerjakan perseroan mencapai 20 persen, sedangkan populsi (PT Inka) 25 persen, sipil dan telekomunikasi 60 persen.

"Artinya, porsi tersebut sama dengan dana yang akan dikeluarkan oleh perseroan. Begitu juga dengan BUMN yang lain," katanya.

PT Len mengaku tidak mempermasalahkan porsi minoritas dalam proyek sinyal monorail Jakarta. Perseroan masih berharap, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta BUMD dapat berpartisipasi dalam proyek monorail tersebut agar biaya yang dibebankan kepada setiap perusahaan lebih terjangkau.

Pemerintah DKI, bisa memberikan lahan untuk merealisasikan proyek itu. Sehingga harga tiket bisa Rp 12 ribu. "Kalau Pemprov DKI dan BUMD ikut share, justru lebih bagus karena kami pasti kembali lagi ke cash flow," ujarnya.(mdk/arr)

0

Len Jajaki Potensi Kerjasama dengan Perusahaan Pertahanan Turki

len-aselsan-havelsan.jpg
Add caption
Bandung (29/05/2012) - Len menerima kunjungan dari dua perusahaan Turki yang bergerak dalam bidang pertahanan, yaitu Aselsan dan Havelsan. Kunjungan diterima oleh Direktur Teknologi & Produksi Darman Mappangara, Direktur Pemasaran Abraham Mose, GM UB Sistem Kendali & Pertahanan Nurman Setiawan dan Tim Len lainnya, pada tanggal 29 Mei 2012 bertempat di Ruang Rapat Lantai 3 Gedung Karya Utama.

Kunjungan ini dimaksudkan untuk menjajaki potensi kerjasama dalam bidang pertahanan dalam rangka peningkatan alutsista RI. Aselsan adalah perusahaan elektronik pertahanan, sedangkan Havelsan merupakan perusahaan  yayasan  angkatan bersenjata Turki (Armed Forces Foundation Company).

Seperti yang telah kita ketahui, Turki memiliki hubungan politik yang semakin baik dengan RI, dan hubungan kerjasama industri antara kedua negara terus meningkat. Kedua negara telah memutuskan untuk meningkatkan kerjasama pertahanan, ketika Presiden Abdullah Gul mengunjungi Indonesia pada bulan April yang disambut oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ketika kedua negara tersebut menandatangani kerjasama industri pertahanan.(LEN)
0

TNI AL Kembangkan Rekayasa Elektronik Pertahanan

CMS PT LEN
Jakarta, InfoPublik - TNI Angkatan Laut dan PT LEN, menandatangani piagam kesepakatan kerja sama saling menguntungkan, untuk mengembangkan kemampuan di bidang penelitian dan pembuatan rekayasa elektronik pertahanan di lingkungan TNI AL.

Penandatanganan dilakukan di Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (19/6). Sebagai pihak pertama, PT LEN Industri (Persero) diwakili oleh Wahyuddin Bagenda selaku Direktur Utama, sedangkan TNI AL sebagai pihak kedua diwakili oleh Asisten Perencanaan dan Anggaran Kepala Staf Angkatan Laut (Asrena Kasal) Laksamana Muda TNI Ade Supandi, S.E.

Asrena Kasal, mengatakan kerja sama antara kedua instansi tersebut antara lain melingkupi, kerja sama dalam bidang penelitian, pengembangan Combat Management System, alat komunikasi militer, alat instruksi atau penolong instruksi, serta peperangan elektronika. Selain itu dalam bidang peningkatan kemampuan sumber daya manusia di bidang rekayasa elektronika pertahanan juga menjadi hal pokok pada kerja sama tersebut.

Kerja sama ini merupakan upaya untuk mensinergikan sumber daya yang dimiliki TNI AL dengan PT LEN Industri (Persero), sekaligus dalam rangka mendayagunakan kemampuan industri dalam negeri guna mendukung kemandirian pemenuhan kebutuhan Alutsista TNI AL dan penguasaan teknologi elektronika pertahanan, ujarnya.

Mengenai waktunya, kerja sama ini kata dia, dipastikan akan berjalan hingga lima tahun kedepan terhitung sejak 19 Juni 2012.

Kami optimis realisasi kerja sama ini dapat mensejajarkan industri pertahanan dalam negeri dengan industri pertahanan di dunia internasional, dan menumbuhkan kemandirian Indonesia akan pemenuhan kebutuhan Alutsista.

“Saya harap seluruh pihak akan segera menindaklanjuti kesepakatan ini dengan penuh rasa tanggung jawab, sesuai dengan peran, fungsi, dan tugas masing-masing,” kata Ade Supandi. Sementara Dirut PT LEN Industri Wahyuddin Bagenda, berharap, kerja sama ini dapat terlaksana dengan baik, dan implementasinya di lapangan dapat diwujudkan secara nyata.(rm)(bipnewsroom)
0

Mandiri dengan R-Han 122

 ☮ Roket Pertahanan

Memiliki wilayah luas dengan belasan ribu pulau yang terpencar, Indonesia mengembangkan sistem pertahanan yang strategis untuk mengamankannya. Salah satu sarananya adalah roket. Kemandirian di bidang peroketan mulai dibangun dengan merintis pembuatan roket pertahanan R-Han 122.

Rancang bangun dan rekayasa roket pertahanan merupakan upaya Indonesia membangun kemandirian dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan. Rintisan dimulai lewat prototipe roket pertahanan sistem balistik berdiameter 122 milimeter disebut R-Han 122.

Roket pertahanan ini merupakan derivasi roket eksperimen rancangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), D230 tipe Rx 1210.

Roket eksperimen (Rx) dikembangkan untuk misi nonmiliter, seperti pemantauan cuaca, pemantauan pelayaran, pertanian, bencana, dan observasi untuk perencanaan tata ruang. Roket dimuati radio, kamera, dan sensor. Adapun roket untuk pertahanan (R-Han) dipasang bahan peledak, demikian paparan Hari Purwanto, Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bidang Hankam.

Sebagai sarana yang dapat digunakan untuk tujuan militer, penguasaan teknologi peroketan tak mudah. Penyebarannya dipagari dengan beberapa aturan, antara lain, missile technology control regime dan center for information on security trade control.

Saat ini teknologi hankam tersebut hanya dimiliki negara tertentu. Di Asia negara yang tergolong maju dalam teknologi ini antara lain China, India, Korea Selatan, dan Korea Utara.

Kemampuan rekayasa dan rancang bangun peroketan sampai batas tertentu dimiliki oleh BPPT, Balitbang Kemhan, dan PT LEN Industri. Dengan kemampuan masing-masing lembaga, kata Gunawan Wibisono, Asisten Deputi Menristek Bidang Produktivitas Riset Iptek Strategis, terbentuk Konsorsium Roket Nasional tahun 2007.

Konsorsium terdiri dari Kementerian Ristek, Kementerian Pertahanan, TNI AL, lembaga riset (BPPT dan Lapan), perguruan tinggi (ITB, ITS, UI, UGM, dan Undip), serta industri strategis PT DI, Krakatau Steel, LEN Industri, Pindad, dan Perum Dahana. Konsorsium inti terdiri atas beberapa plasma yang menangani riset material, mekatronika, dan sistem kontrol atau kendali.

Kementerian Ristek menyediakan dana insentif untuk pembuatan prototipe roket. PT DI melaksanakan pengembangan struktur dan desain roket. PT Krakatau Steel menyediakan material untuk tabung dan struktur roket. Bahan bakar roket, yakni propelan, disediakan PT Dahana.

Bagian PT DI adalah membangun sarana peluncur roket dan sistem penembaknya dengan laras sebanyak 16. Kendaraan yang digunakan sebagai anjungan untuk peluncuran adalah jip GAZ buatan Rusia, Nissan Jepang, dan Perkasa buatan Tata, India.
 ☮ Muatan teknologi

Meski bentuk roket sederhana, tabung bermoncong lancip, pembuatannya tidak sederhana. Di dalamnya termuat berbagai komponen berteknologi mutakhir, seperti material maju, mekatronika, dan propulsi.

Dibandingkan roket generasi lama, R-Han 122 mengalami beberapa pengembangan desain dan material. Pada roket eksperimen menggunakan baja. Pada R-Han digunakan aluminium dan karbon yang dua kali lebih ringan. Bahan itu lebih tahan panas. Untuk menjaga kestabilan dan daya jangkau yang tinggi, material yang digunakan harus tahan terhadap suhu 3.000 derajat celsius, kata Ketua Program Penggabungan Roket Nasional Sutrisno.

Pengembangan lain pada konstruksi roket, pada versi terdahulu, roket menggunakan sirip tetap. Untuk meluncurkan, roket harus ditumpangkan pada peluncur dilengkapi rel. Pada roket generasi baru dipasang sirip lipat yang dilengkapi pegas yang akan menegakkan sirip secara otomatis setelah keluar dari tabung peluncur.

Pada roket terdahulu, tabung propelan diisi langsung dan terikat permanen di tabung roket. Kini tabung propelan dibuat terpisah dan diberi lapisan isolasi termal. Saat ini bahan propelan masih diimpor. Untuk membangun kemandirian, pabrik propelan akan dibangun PT Dahana.

Untuk wahana peluncur, dilakukan modifikasi kendaraan jip berbobot 2,5 ton dan truk berkapasitas 5 ton. Dirancang pula bangun unit peluncur yang memuat 16 roket dan mampu meluncurkan secara otomatis sejumlah roket tersebut dengan hanya menekan satu tombol.
 ☮ Uji peluncuran

Adi Indra Hermanu, Kepala Subbidang Analis Teknologi Hankam Kementerian Ristek, menyatakan, uji coba peluncuran roket R-Han 122 dilaksanakan akhir Maret di Baturaja, Sumatera Selatan. Sebanyak 50 roket diluncurkan di hutan lindung itu. ”Roket R-Han 122 yang diluncurkan rata-rata mampu melesat dengan kecepatan 1,8 mach atau 2.205 km per jam,” ujarnya.

Pada tahap peluncuran, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berperan mengoperasikan sistem radar untuk memantau posisi jatuh roket. ITB memasang sistem kamera nirkabel untuk merekam gambar saat roket meluncur sampai di lokasi sasaran.

Dalam penggunaannya, R-Han 122 pada tahap awal akan menjadi senjata dengan sasaran target di darat yang berjarak tembak 15 km. Roket ini akan digunakan TNI AL untuk pengamanan pantai.

Menurut Sonny S Ibrahim, Asisten Direktur Utama PTDI, tahun ini tahap pengembangan teknis selesai. Persiapan industrialisasi saat ini sudah 80 persen.

(Kompas, 31 Mei 2012/ humasristek)

0

Indonesia akan produksi sel surya

Jakarta (ANTARA News) - Indonesia akan menggalakkan industri fotovoltaik dengan cara membuat sel surya sendiri mulai tahun 2012.

"Industri fotovoltaik Indonesia saat ini baru memproduksi modul surya dan sistem surya, namun rencananya tahun ini PT Len Industri akan membangun sel surya dengan kekuatan 60 megawatt power peak (MWp), sebelumnya sel surya masih diimpor," kata Asep Sopandi dari Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia (Apamsi) di Jakarta, Kamis.

Menurut Asep, industri fotovaltaik (aplikasi panel surya untuk energi) baru membuat modul surya dan sistem tenaga surya.

"Sejauh ini pemerintah memang sudah memberikan dukungan bagi pertumbuhan industri tenaga surya lewat keputusan presiden maupun peraturan menteri, namun industri fotovoltaik masih menjadi proyek pemerintah yaitu bagi kebutuhan Kementerian ESDM dan Kementerian Daerah Tertinggal," tambah Asep.

Padahal menurut dia, masih ada pasar industri dan swasta selain penyaluran listrik tenaga surya ke daerah terpencil.

"Namun kami harus kompetitif dari segi harga dan kualitas agar dapat bersaing dengan produk China yang kapasitasnya sudah mencapai gigawatt," ungkap Asep.
(D017)



0

Kemhan Kembangkan Kamera Intai

JAKARTA, KOMPAS.com- Sehari setelah peringatan hari kemerdekaan, sejumlah tim dari Kementerian Pertahanan dan PT Lembaga Elektronika Nasional (LEN) yang diketuai Kasubdit Teknologi Pertahanan Kolonel (Laut) Taufik Arief berkunjung ke Pangkalan Udara (Lanud) Abdurahman Saleh untuk membicarakan secara umum rencana pengembangan kamera SRS Retina 2000.

Dalam siaran pers Dinas Penerangan Lanud Abdurahman Saleh, Minggu (21/8/2011), disebutkan, kamera ini merupakan produksi dalam negeri yang mulai dirintis pada tahun 2006 dan diujicobakan pada tahun 2007, dan kemudian mulai dioperasikan oleh Skadron Udara 4 serta memperkuat alutsista TNI AU pada tahun 2008.

Selama empat tahun operasional, kamera SRS Retina 2000 telah banyak berkiprah dalam berbagai misi operasi, salah satunya dalam operasi Eyes In the Skies (EIS), yakni patroli maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura yang bekerja sama dengan pihak Malaysia dan Singapura. Di samping itu, juga dalam kegiatan latihan, baik latihan perorangan di Lanud Abd Saleh, Latihan antar satuan Garuda Perkasa, Sikatan Daya, Angkasa Yudha dan juga dalam Latihan Gabungan TNI tahun 2008 yang di gelar di daerah Sanggatta di Wilayah Kalimantan Timur.

SRS 2000 (foto Kaskus Militer)

Kamera produksi PT LEN yang kini dioperasikan oleh Skadron Udara 4 itu memiliki kemampuan menghasilkan foto udara vertikal, foto udara oblique, dan video streaming yang merupakan inti dari misi surveillance.

Kehadiran Tim Vertifikasi Kemhan kali ini memang bertujuan untuk menjajaki secara teknis rencana pengembangan kamera yang telah diproduksi sebelumnya. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan lebih lanjut antara lain kemampuan operasional siang dan malam dengan meningkatkan kemampuan sensor video dan meningkatkan pergerakan kamera yang semula hanya mampu bergerak pada dua sumbu, menjadi mampu bergerak pada tiga sumbu dan mampu berputar 360 derajad.

Di samping itu yang tidak kalah penting adalah penambahan kemampuan transmisi data dari pesawat secara real time yang dilakukan melalui satelit, sehingga kegiatan surveillance dan recognizance yang dilaksanakan dapat dimonitor on the ground.



KOMPAS
0

Walaupun Serapan Minim, Len Tetap Garap WiMax

Ilustrasi

Jakarta
- Sejak WiMax mulai menggempita di industri telekomunikasi Indonesia, PT Len Industri (persero) sudah mulai nyemplung dalam gempita tersebut. Saat ini sudah ada beberapa produknya yang siap mendukung teknologi baru ini.

Namun sayangnya pasar masih belum menyerap produk ini. Semuanya masih menunggu regulasi dari pemerintah. Tak hanya Len, beberapa vendor juga mengambil sikap wait and see.

"WiMax tetap berjalan. Walaupun volumenya sangat kecil tapi sudah ada beberapa permintaan. Kita dan yang lainnya juga masih menunggu gongnya dari regulator," kata Direktur Pemasaran PT Len Industri, Abraham Mose.

"Mau yang 16d atau 16e atau langsung loncat ke teknologi LTE? Yang jelas kita sebagai industri siap menyambutnya. Secara teknologi kita sudah siap," tukasnya, saat berbincang dengan detikINET.

Walaupun sudah menandatangani kerjasama dengan Alcatel-Lucent, namun untuk proyek WiMax tersebut Len belum melibatkan perusahaan IT asal Prancis tersebut.

"Kita kan baru tanda tangan kemarin. Sedangkan untuk proyek WiMax ini sudah kita jalani jauh sebelumnya. Tapi tidak tertutup kemungkinan untuk teknologi-teknologi lainnya seperti Long Term Evolution (LTE) mungkin kita akan libatkan," jelasnya.( afz / ash )


DetikInet
0

Lomba Karya Cipta Teknologi Maritim

Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Program Riptek, Teguh Rahardjo memberikan selamat kepada Pemenang Lomba Karya Cipta Teknologi Maritim ke-2 tingkat Nasional, di Surabaya, setelah mengikuti upacara Hari Pendidikan TNI AL, pada Rabu 12 Mei 2010. Lomba Karya Cipta Teknologi Maritim tingkat nasional diselenggarakan oleh Deputi Bidang Program Riptek bekerja sama dengan Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut dengan tujuan untuk menanamkan semangat kreatifitas dan inovasi teknologi maritim pada segenap lapisan masyarakat dan meningkatkan hubungan kerjasama antara Kementerian Riset dan Teknologi dengan TNI AL.

Teguh Rahardjo yang mendampingi Wakasal, Laksamana Madya TNI Soeparno, menyerahkan hadiah kepada pemenang pada 3 kategori, yaitu : 1) Kategori Umum : a) M.Sukma Lesmana dari STTAL Kobangdikal dengan judul Perancangan Sistem Remote Untuk Kendali Gerak Pada Replika Unmanned Surveillance Vehicle Surface; b) Suryanto dari Pusdiklek Kobangdikal dengan judul Pengubah Energi Cahaya Matahari Menjadi Energi Listrik; c) Rifai dari Lantamal V, Surabaya dengan judul Pemanfaatan EQSO (Voip Radio) Sebagai Alternatif Komunikasi Yang Murah Dan Realiable di TNI AL. 2) Kategori Mahasiswa : a) Jainal Abidin dari Universitas Indonesia dengan judul Bahan Bakar Air Laut Perengkahan Gugus Hidrogen Melalui Elektrolisis Plasma Pijar Non Termal& Pemanfaatan Hasil Samping Gas Klorin Sebagai Desinfektan; b) Michael Kaseke dari Akademi Angkatan Laut (AAL) dengan judul Modifikasi Meriam ARSU 57 MM SU-60 Menggunakan Joystick Pemrograman Mikrokontroler Amega 32 Dengan Metode Pengontrolan Proporsional. c) Teguh Apriyanto dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dengan judul Produksi Bioetanol Dari Limbah Buah Salak Sebagai Energy Alternative Dan Pengembangan Potensi Daerah Turi,Yogyakarta. 3) Kategori SMU : a) Miftah Yama F dari SMAN I Sidoarjo dengan judul Senjata Elektrik Bertenaga Baterai dan Menggunakan Peluru Ferromagnetik; 2) Ruri Afrianto dari SMAK Padang dengan judul Alva Detektor 001 (Alat Deteksi Tsunami). 3) Agus Arif R. daro SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo dengan judul Smart Warehouse.

Dalam rangkaian acara tersebut diselenggarakan juga Pameran Teknologi yang diikuti oleh ITS, ITB, UI, Unibraw, Universitas Hang Tuah, BPPT, PT PAL, dan beberapa satuan di TNI AL. Selesai acara Deputi Bidang Program Riptek yang didampingi Asdep Program Riptek Unggulan dan Strategis, Hari Purwanto melakukan kunjungan ke laboratorium dilingkungan STTAL, Pusdiklek Kobangdikal dan Akademi Angkatan Laut.

Sementara itu sebelumnya, pada hari Selasa, 11 Mei 2010, Asdep Asdep Urusan Program Riptek Unggulan & Strategis KRT sebegai narasumber pada sarasehan untuk menginisiasi sebuah konsorsium riset kapal selam nir awak di ITS. Hari Purwanto mengatakan bahwa perlu disusun sebuah blue print pengembangan kapal selam nir awak dengan target persyaratan operasional dan spesifikasi teknis yang dibutuhkan TNI AL. Selain mengoptimalkan sumber daya yang ada di ITS, cikal bakal tim konsorsium riset tersebut harus melibatkan juga potensi di instansi lain seperti ITB, BPPT, BBPH, PT PAL, PT LEN dan lainnya. (ad-prus-humasristek)

ristek
0

Desain & Teknologi

Len Industri konsisten kembangkan desain & teknologi

BANDUNG: PT Len Industri (Persero), badan usaha milik negara di bidang teknologi elektronika, akan terus konsisten mengembangkan desain inti dan teknologi baru, meskipun tingkat serapan di dalam negeri relatif masih rendah. Salah satu teknologi yang terus dikembangkan perusahaan ini adalah peralatan komunikasi tempur, di samping teknologi transmisi penyiaran.
"Kami sudah menggarap bidang usaha ini sejak lama dengan biaya investasi yang tidak sedikit. Pengembangan akan terus kami lakukan sekalipun serapan pasarnya belum optimal. Bagi Len, kedaulatan teknologi adalah di atas segalanya," ujar Direktur Utama PT Len Industri Wahyuddin Bagenda, kepada Bisnis akhir pekan lalu.

Dengan teknologi yang dikembangkannya itu, PT Len Industri tercatat menjadi satu-satunya BUMN yang memperoleh penghargaan Anugerah Rintisan Teknologi Industri 2009 dari Pemerintah.

Wahyuddin menjelaskan penghargaan tersebut diberikan atas inovasi produknya, Manpack Alkom FISCOR-100, yakni peralatan telekomunikasi untuk keperluan tempur.

"Penghargaan ini kami raih setelah melewati proses penilaian yang panjang, sejak Agustus 2009. Kami adalah satu-satunya BUMN yang meraih penghargaan tersebut karena tiga pemenang lainnya adalah perusahaan swasta," katanya.

Menurut dia, penghargaan yang diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut, didasarkan pada empat kriteria utama yakni inovasi, proses produksi, komersialisasi, dan tingkat kandungan lokal.

"Pemerintah tidak hanya melihat kompleksitas, utilitas, kandungan lokal, dan kapasitas produksi, tetapi juga mempertimbangkan pangsa pasar serta dampaknya terhadap perekonomian nasional," ujarnya.

Dia memaparkan Manpack Alkom FISCOR-100 beroperasi pada rentang frekuensi 2 Mhz hingga 30 Mhz dengan 256 channel dengan kebutuhan pasokan tenaga 12 Vdc-24 Vdc. Peralatan ini bisa digunakan untuk komunikasi pada level pleton hingga batalion.

Kapasitas produksi Len untuk pesawat komunikasi jenis ini mencapai 1.000-1.500 unit per tahun. "Dengan perawatan yang telaten, usia penggunaan produk ini bisa mencapai puluhan tahun."

Teknologi produk tersebut pada awalnya dikembangkan bersama Pemerintah Australia, tetapi selanjutnya mitra kerja sama itu dialihkan kepada Thales, perusahaan elektronik terbesar di Prancis.

Wahyuddin menambahkan Len Industri memperoleh penghargaan Rintisan Teknologi Industri 2009 karena desain inti produk Manpack Alkom FISCOR-100 dikembangkan oleh teknisi lokal dari BUMN yang semula fokus di bidang transmisi penyiaran itu.

"Kerja sama yang ada [dengan perusahaan luar] hanya meliputi matrikulasi frekuensi radio yang belum bisa diimplementasikan di Indonesia serta tidak menyangkut kerahasiaan data telekomunikasi dari pesawat komunikasi tersebut," katanya.

Hal ini mengingat alat komunikasi pertahanan merupakan produk yang sepenuhnya dibuat secara rahasia oleh sebuah negara. "Ini demi menghindari tindakan jamming oleh musuh."

Oleh Muhammad Sufyan
Bisnis Indonesia

LEN
0

Peralatan Komunikasi Radio Portable

Peralatan Komunikasi Radio Portable Untuk Militer hasil karya PT LEN

Manpack merupakan peralatan komunikasi radio portable untuk militer agar dapat berkomunikasi satu dengan lainnya di medan tempur.

• MANPACK VHF TRANSCEIVER



Cara Pemakaian
: Level Squad/Pleton
Jangkauan Komunikasi
: Line of sight (LOS)
Jangkauan Frekuensi
: VHF:30-88 MHz
Resolusi Channel : 25 kHz
Modulasi : FM, +/- 3 to +/- 7 kHz dev
Output Transmiter : 0.1 sampai 50 W


• MANPACK HF TRANSCEIVER

Radio Taktis
: LRT-07H
Frekuensi Aktif :
3-30 MHz
Modulasi :
A3J (AM SSB-SC)
Mode Pengoperasian
:
Frekuensi Tetap dan Frekuensi Hopping
Pengaturan Frekuensi
:
5 hops/second
Tuning Resolution :
100 Hz
Daya Transmisi : 20W PEP @ 50 Ohm
Pesawat Penerima : Superheterodyne, double conversion


ALKOM HF LRT - 08 H


Frekuensi 2 - 30 Mhz
Jumlah chanel
100 Channels
Modulasi AM SSB - SC (A3J)
Mode Operasi LSB / USB / CW / FIX / HOP
Hop Speed 50 Hops / sec (Programmable)
Tuning Step 100 Hz ( 10 Hz step for clarifier )
Power Out Put 2.5 W/5 W/20W PEP ( Manpack ), 20W/150W PEP(Vehicle )
Carrier Suppression < -50 dB below transmitted sideband ( PEP )
Sideband Suppression < -45 dB below transmitted sideband ( PEP )
Harmonic Suppression < -40 dB below transmitted sideband ( PEP )
Receiving Type Superheterodyne, double conversion
Receiver Sensitivity <>
Receiver Selectivity 2.4 kHz @ -6 dB; 4.0 kHz @ -60 dB
Sistem Keamanan
FISCOR - 100 (Integrated Secure Communication Radio)
Technology Base Software Defined Radio (SDR)
Frequency Stability + 2 ppm
Audio Out Put 200 mW @ 8 Ohm
Audio Response 240 - 2100 Hz
Power Supply 10 - 15 VDC ( Manpack ); 18 - 30 VDC ( Vehicle )
Temperatur - 10° C to + 60° C
Vibrasi Ground Tactical
Immersion 1 meter dari air
Berat 3 kg (tanpa baterai), 5 kg (dengan baterai)

(PT LEN)
0

Kamera SRS 2000 Retina

Kamera SRS 2000 Retina

































SRS 2000 Retina (FOTO TNI AU)









SISTEM INTAI UDARA TAKTIS SRS Retina 2000 yang ditampilkan pada pameran Indo Defence & Indo Aerospace 2008 merupakan kamera pengintaian dan pengamatan udara yang dirancang dengan kemampuan mengidentifikasi suatu obyek dan merekamnya dari pesawat intai taktis TNI-AU CASA-212 dalam bentuk data foto udara digital dan video. Sistem kamera ini terdiri atas Gimbal yang berisi kamera foto, kamera Video dan Laser Finder (penentu jarak ke obyek). Pengendalian dilakukan melalui Master Control Unit .

Sistem ini merupakan upaya Departemen Pertahanan RI untuk mengembangkan peralatan pencitraan udara karya anak bangsa. Alat ini buah hasil utak-atik anggota Skuadron 4 yang bermarkas di Pangkalan Udara Abdurahman Saleh, Malang. Hasil kreativitas ini kemudian diserahkan kepada Balitbang Departemen Pertahanan (Dephan) untuk dikembangkan. Maka kerja sama Balitbang Dephan, Lembaga Elektronika Nasional (PT LEN), dan Skuadron Udara 4 berbuah Retina-SRS 2000, dengan biaya relatif kecil.

SRS Retina 2000 memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dari segi pemeliharaan dan suku cadang karena dibuat di dalam negeri (PT LEN) sehingga faktor pemeliharaan tidak lagi tergantung dengan pihak luar.

Spec data:

- 4 Km Laser Range Finger

- Daylight CCD Camera

- 24 Zoom capability

- High Resolution (12Mp) Digital Stil Camera

- Ingrate Software

- Digital Video Recoder 12 GB Removable harddisk

(Sinar Harapan)

0

Ristek Fasilitasi BUMNIS dengan Combat Management System (CMS)










































Combat Management System buatan PT. LEN (photo : LEN)

Pengembangan SEWACO [sensor weapon and control] atau Combat Management System [CMS] telah dilakukan dan dipasang di kapal Patroli Cepat [PC] TNI-AL, khususnya untuk pendeteksian bawah laut.

Fasilitasi RISTEK dalam mendorong PT LEN Industri untuk realisasi CMS secara bertahap dengan MFDnya [Multi Function Display] telah dibuktikan pada tahun 1998 yaitu pemasangan 10 unit untuk sonar di 10 kapal jenis Parchim.

Tahun 2009 ini telah dilakukan koordinasi antara MABESAL, RISTEK dan PT LEN Industri untuk sinkronisasi program baik dari segi anggaran, tahapan pencapaian kemampuan PT LEN Industri serta kesiapan kapal yang akan disediakan oleh TNI-AL.

Rencana dimaksud telah disepakati oleh masing-masing pihak sesuai fungsi, dimana tahapan MFD yang diterapkan pada kapal Parchim dikembangkan menjadi CMS yang dapat diapllikasi oleh Kapal Parchim, Sigma maupun Patroli Cepat, sedangkan tahap berikutnya adalah diarahkan menjadi IWS untuk kapal Van Speejk.

Pelaksanaan kesepakatan tersebut akan dapat direalisasi terutama semangat untuk pembuktian design engineering dalam negeri, dimana ketiga pihak akan mengawal secara bersama khususnya untuk applikasi prototype CMS yang dapat berfungsi di kapal Parchim pada tahun 2009 ini.

Sehubungan dengan hal dimaksud, maka pada tanggal 15–16 Oktober 2009, telah diadakan kunjungan ke TNI AL Surabaya [Disenlekal, Dislitbangal, Asrena Kasal, Asdep PTE dan staf, GM PT LEN Industri dan staf] untuk melihat secara langsung kondisi Kapal Parchim untuk rencana pemasangan CMS Under Water Console. Kunjungan dilanjutkan pada kapal jenis Van Speejk dan Corvet yang diharapkan PT LEN Industri dapat mengantisipasi rencana kebutuhan dalam negeri untuk pengadaan peralatan kapal khususnya CMS.

Kapal eks hibah jerman timur kelas Parchim yang berjumlah 16 buah dengan kelengkapan sonar system, saat ini hanya dioperasikan untuk kapal patroli, dimana seharusnya kapal ini berfungsi untuk pendeteksian musuh melalui bawah laut. Kondisi ini telah berulang kali diupayakan oleh TNI-AL untuk dikembalikan sesuai fungsi, tetapi dikarenakan kondisi keuangan negara, maka realisasinya agak terhambat. Untuk itu telah diadakan kesepakatan dalam pemenuhan tersebut perlu sinergi program untuk memacu daya saing industri serta percepatan hasil akhir sesuai kebutuhan user. Upaya TNI-AL untuk melakukan perbaikan kapal dimaksud telah
dibuktikan oleh pihak swasta nasional terutama untuk perbaikan transducer, sedangkan kemampuan PT LEN Industri untuk pengembangan CMS telah dilaksanakan melalui kegiatan yang difasilitasi oleh RISTEK sejak tahun 2008 s/d 2010.

Pengembangan CMS ini diarahkan pada kapal jenis Van Speejk, dengan pertimbangan secara fungsi kapal ini mempunyai kelengkapan yang masih memadai. Sudah barang tentu kegiatan ini perlu tahapan pencapaian bertahap yang diharapkan tahun 2009 ini hasil kerja PT LEN Industri dapat dilakukan di kapal Parchim.

Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian mencakup :
1. Konsep R & D CMS yang dikembangkan oleh PT.LEN Industri , perlu data based yang meliputi sonar, ownship data, speed lock dan Unit ekskusi dengan memberdayakan peralatan untuk penembakan torpedo dan Borja [CMS dlm skala luas ada bagian untuk udara, permukaan dan bawah air]. Kebutuhan untuk data based ini menjadi bagian dari kontribusi TNI-AL dan akan didukung sepenuhnya;
2. Perlu integrasi dan sinkronisasi antar kegiatan yang dilakukan oleh RISTEK, TNI-AL, Swasta nasional dan PT LEN Industri agar pemanfaatan anggaran dan output secara bertahap dapat dibuktikan;
3. Penyusunan pohon industri sebagai pijakan tahapan pekerjaan atau kegiatan akan disusun secara bersama yang nantinya dapat dipakai oleh masing-masing pihak sesuai fungsi;
4. Perlu segera diadakan koordinasi untuk penyatuan tujuan antara MABESAL [Disenlekal, Dislitbangal dan Asrena],
PT BMP, PT LEN Industri dan RISTEK, dimana setiap kegiatan yang sedang berjalan perlu penyesuaian hasil akhir, dengan demikian tahun 2009 diharapkan dapat dibuktikan hasil kerja antar pihak yang lebih konkrit.

CMS mempunyai 4 layer (lapisan) fungsi, yaitu :

  1. Lapisan pendeteksi yang terdiri dari sensor-sensor untuk mendeteksi data target seperti garis lintang, garis bujur, kecepatan, jalur, dan arah, serta kondisi cuaca seperti arah dan kecepatan angin, serta suhu udara.
  2. Lapisan akuisisi, sebagai tempat penyimpanan dan pengolahan data.
  3. Lapisan analisa, yang akan menganalisa data untuk pengambilan keputusan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
  4. Lapisan tindakan, yang akan digunakan oleh operator untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang diperintahkan oleh Komando Operasi. Lapisan tindakan ini digunakan untuk mengaktifkan Gun controller dan Missile Controller.

Ristek