Ilustrasi alternatif energi
Kekuatan pertahanan dan militer di Tanah Air akan lebih ideal apabila dielaborasi dengan kekayaan alam dan energi yang dimiliki Indonesia. Dasar memiliki dan mempertahankan kekayaan alam memotivasi pembangunan militer yang kuat dan tangguh.
Demikian benang merah pendapat anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Yorris Raweyai, pengamat pertahanan dan hubungan internasional yang juga mantan anggota Komisi I DPR Andreas Pareira, pengamat militer Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jaleswari Pramodhawardani, dan pengamat militer dari Universitas Indonesia (UI) Andi Widjajanto yang dihubungi Suara Karya secara terpisah di Jakarta, baru-baru ini.
Industri alutsista Indonesia dewasa ini mengalami masa renaisans. Industri pertahanan punya potensi untuk dipacu sehingga kemampuannya bisa mendukung keuangan negara. Ini berarti di tahun-tahun mendatang industri strategis tersebut justru akan mengalami perkembangan lebih cepat apabila mendapat dukungan yang lebih besar dari pemerintah.
"Benar bahwa industri alutsista kita mungkin masih berada pada tahapan teknologi menengah, tetapi potensi yang ada memungkinkan industri tersebut berkembang cepat menuju tataran lebih tinggi," ujar Yorris. Andreas sendiri menyatakan apresiasi positif atas kinerja duet Purnomo Yusgiantoro sebagai Menteri Partahanan didampingi Sjafrie Sjamsoeddin sebagai Wakil Menteri Pertahanan.
Duet Purnomo - Sjafrie tidak hanya membangkitkan dunia dan industri pertahanan di Tanah Air. Melainkan, ia menilai, penempatan Purnomo pada posisi itu telah memperkokoh posisi Indonesia dalam politik luar negeri yang bebas dan aktif.
"Perang sesungguhnya yang dijalankan negara-negara di dunia adalah perang teknologi dan perang-perang baru berbasiskan food security (ketahanan pangan), ketahanan sumber energi khususnya minyak dan gas bumi serta peningkatan sumber daya manusia. Gebrakan Purnomo sangat tepat dan ia berhasil menjalankan dalam satu tahun ini," ujar Andreas.
Menurut dia, Purnomo menyinergikan haluan utama strategi pertahanan Indonesia pada sinergi yang proporsional antara pertahanan militer (konvensional) dengan pertahanan non-militer. Strategi pertahanan Indonesia semakin baik karena sinergi kekuatan pertahanan militer dengan kemampuan mengelola kekayaan negara dan alam, seperti membangkitkan Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP).
"Pemerintah harus maksimal memerhatikan mutu dan juga peningkatan produktivitas industri-industri strategis, seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia (DI) dan PT PAL serta PT Len Indonesia," ujar Andreas.
Lindungi SDA
Salah satu strategi pertahanan yang bisa dikembangkan adalah dengan menjaga ketahanan sumber energi Indonesia. "Satu kekuatan Indonesia harus dipertahankan dari kekuatan asing adalah sumber energi yang berlimpah," kata Jaleswari.
Saat ini, menurut dia, banyak negara asing yang sedang mencoba mencari sumber daya energi baru, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus bisa melindungi sumber daya itu, misalnya konflik antara Indonesia dan Malaysia dalam kasus blok Ambalat di Kalimantan.
Tentunya, tugas Menhan akan semakin berat. Upaya memperkuat pertahanan tidak sekadar militer. Menhan dan TNI juga harus memperkuat pertahanan nonmiliter, seperti memperkuat perekonomian.
Andi menyatakan menilai, pembangunan bidang pertahanan di Tanah Air masih efektif apabila menggunakan konsep pertahanan energi. Elaborasi pertahanan dan energi telah dicontohkan AS dan terbukti berhasil. (Feber S)
• Suarakarya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment