Thursday, 13 October 2011

Ancaman Gempa Patahan Lembang Makin Nyata

Patahan Lembang

TEMPO Interaktif
, Bandung - Para ahli gempa di Bandung memastikan ancaman gempa patahan Lembang, Jawa Barat, kini semakin nyata. Mereka memastikan gempa terbaru 3,3 Skala Richter pada 28 Agustus 2011 lalu di daerah Cisarua, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, akibat aktivitas sesar itu yang dikenal masyarakat sebagai Pasir Halang. Sejauh ini, patahan itu telah dipastikan aktif, namun data riwayat gempanya sangat sedikit.

Kepastian gempa dari patahan Lembang itu diungkapkan peneliti gempa dari Pusat Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung Eko Yulianto, dan Kepala Pusat Survei Geologi di Badan Geologi, Bandung, Ahmad Djumarma Wirakusumah. “Gempa di Cisarua itu akibat patahan Lembang,” ujar Eko dalam diskusi tentang bahaya patahan Lembang di Bandung, Kamis, 11 Oktober 2011.

Menurut dia, pada kasus sesar normal atau turun, daerah yang mengalami kerusakan parah berada di daerah lereng patahan (hanging wall) di sisi utara yang dihuni penduduk. Dari tinjauan ke lokasi beberapa waktu lalu, sembilan rumah yang rusak berada di lokasi bekas endapan material patahan. “Saat bergetar, tanah itu tidak stabil,” katanya.

Dari kesaksian warga yang sedang berada di lapangan terbuka, gempa pada Ahad sore sekitar pukul 16.00 WIB, 28 Agustus lalu itu membuat tanah bergelombang selama sekitar dua detik, kemudian rata kembali. Rumah bambu warga itu juga sempat terdorong miring sebelum berdiri seperti semula. “Karena rumahnya dari bahan bambu, jadi enggak rubuh,” ujarnya.

Menurut Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Barat, Dani Priyanto Hadi, gempa itu dirasakan penduduk di wilayah Rukun Warga (RW) 6, 7, 9, 11, 12, dan 15, di Desa Jambudipa, Pasir Halang, serta Tugumukti.

Warga yang melaporkan rumahnya rusak ringan hingga tak bisa dihuni mencapai 384 kepala keluarga. Terbanyak berasal dari Kampung Muril, Desa Jambudipa. “Dua laporan di antaranya sudah dipastikan fiktif,” katanya seusai diskusi.

Kerusakan rumah warga umumnya ringan seperti retak tembok hingga dinding jebol. Petugas saat ini telah membuat hunian sementara untuk sembilan keluarga. Rumah mereka sekarang memang masih berdiri, namun dikhawatirkan roboh. “Kita sekarang sedang menunggu hasil ajuan perbaikan rumah ke pemerintah,” ujarnya.

LIPI masih meneliti riwayat gempa patahan Lembang. Patahan sepanjang 20 kilometer lebih itu membujur dari timur ke barat, mulai dari daerah Batunyusun, melewati Gunung Batu, Observatorium Bosscha, Cihideung, dan ujung baratnya di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Patahan itu terangkat ke daratan hingga terlihat sebagai tebing dan bukit.

Dari hasil sementara penggalian tanah di dekat patahan sekitar daerah Cihideung yang dilakukan Eko, gempa sesar Lembang pernah terjadi pada 500 ribu tahun lalu dan 2.100 tahun silam. Kekuatan gempanya, kata Eko, berkisar 6,1 dan 6,7 Skala Richter. “Gempa sebesar itu yang menyebabkan patahan Lembang pada masa itu terangkat maksimal 1,7 meter,” katanya.

Daerah paling berbahaya berada di atas patahan dan sekitar tebing patahan. Namun, kawasan yang harusnya kosong dari hunian itu, kata dia, kini banyak menjadi tempat permukiman penduduk, juga tempat institusi, seperti Sespim Angkatan Udara.

Selain itu, gempa patahan Lembang juga bisa menjalar ke cekungan Bandung yang dihuni 3 juta lebih warga Kota dan Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, serta Kabupaten Bandung Barat. Menurut dosen dari Kelompok Keahlian Geodesi ITB Irwan Meilano, tanah di cekungan Bandung berasal dari endapan material gunung api. “Di peta mitigasi warnanya kuning yang berarti stabil C atau sedang,” katanya.

Dia mendesak agar pemerintah segera membuat skenario pengurangan risiko bencana patahan Lembang dengan cara menggiatkan riset, perhitungan efek gempa, dan penyebaran informasi ke masyarakat. “Investasi masa mitigasi ini lebih murah daripada untuk rehabilitasi gempa,” katanya.(ANWAR SISWADI)



TEMPOInteraktif

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...