Wednesday, 12 October 2011

Indonesia Gudang Mikroba Antikanker dan Antidiabetes

TEMPO Interaktif, Jakarta - Mikroba yang hidup pada berbagai jenis tumbuhan Indonesia berpotensi menjadi obat malaria, diabetes, dan kanker. Profesor riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lasman Partomuan Simanjuntak, menyatakan mikroba yang disebut sebagai endofit itu menghasilkan beberapa senyawa kimia bioaktif yang sangat mirip senyawa tanaman inangnya.


“Senyawa dari mikroba endofit bisa dikembangkan menjadi bahan obat,” ujar Lasman, yang baru saja dikukuhkan sebagai profesor riset di Jakarta kemarin.

Selama lebih dari satu dekade penelitian, Lasman telah membuktikan keberadaan mikroba endofit dengan senyawa aktif yang bermanfaat sebagai bahan obat. Salah satunya berasal dari pohon kina (Cinchona spp.), yang dikoleksi dari Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat.

Di dalam tanaman kina, hidup 36 kapang, 18 khamir, dan 17 bakteria. Fermentasi salah satu kapang dalam media sintetis potato dextrose broth (PDB) terbukti mampu menghasilkan senyawa alkaloid kuinin, yang dikenal sebagai bahan antimalaria ampuh.

Pemanfaatan mikroba endofit ini dinilai sangat penting dalam penelitian obat-obatan. Ahli farmasi tak perlu bergantung pada tanaman saat meracik obat. “Cukup ambil sampel mikroba endofit dari tanaman, lalu dipercepat pertumbuhannya," Lasman menambahkan.

Tak hanya dari tanaman kina, dia juga menemukan mikroba endofit dari tanaman Artemisia annua, yang juga berguna sebagai antimalaria. Daun teh (Thea sinensis L.), yang dikonsumsi masyarakat setiap hari sebagai minuman seduh, juga memiliki mikroba endofit. Proses fermentasi menunjukkan bahwa mikroba dari teh bisa menghasilkan beraneka senyawa yang juga bisa dimanfaatkan sebagai penyembuh.

Temuan menarik lain berasal dari tanaman kunyit (Curcuma). Kunyit yang diambil dari Serang, Banten, menghasilkan senyawa tetrahidrokurkumin yang berlaku sebagai antioksidan, antidiabetes, bahkan antikanker.

Setelah penemuan senyawa bioaktif dari bakteri endofit ini, Lasman menyerahkan tahap komersialisasi kepada peneliti mikrobiologi. Dalam penelitian lanjutan ini diharapkan faktor risiko senyawa aktif pada manusia bisa diketahui. Jika terbukti aman, sangat mungkin Indonesia menghasilkan obat antikanker kelas dunia.

Lasman menyebutkan, setiap tanaman dipastikan mengandung mikroba endofit. Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati menjadi gudang mikroba yang berpotensi menjadi penawar. Karena itu, ia menyebut Indonesia sebagai negara yang kaya akan emas hijau (green gold).

"Masyarakat lokal mungkin telah memanfaatkan penyembuhan menggunakan senyawa bioaktif. Seharusnya aturan yang melindungi penduduk lokal sebagai pemilik pengetahuan tradisional tersebut," ucapnya.

Atas ketekunannya melakukan penelitian kimia organik, Lasman dianugerahi gelar profesor riset dari LIPI, kemarin. Selain Lasman, peneliti politik LIPI Tri Ratnawati dan peneliti biologi LIPI Dedy Darnaedi mendapatkan gelar tertinggi dalam dunia penelitian Indonesia tersebut.
(ANTON WILLIAM)


TEMPOInteraktif

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...