Mobil listrik buatan nasional mengadakan fun drive pada peluncuran peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke 17 di Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Selasa (26/6/2012). Mobil dengan kapasitas 17 orang ini mampu berjalan sejauh 150 kilometer dengan pengisian listrik 500 ampere.
Setelah sekian lama menjadi wacana, akhirnya Kementerian Riset dan Teknologi meluncurkan bus listrik nasional buatan Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika LIPI pada 26 Juni 2012. Peluncuran bus listrik ini sekaligus menjadi penanda menyambut Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-17 yang diperingati setiap 10 Agustus.
Kehadiran bus listrik nasional ini semakin melengkapi beragam riset terkait mobil nasional. Sebelumnya sempat bergaung cukup kencang mobil rancangan para pelajar SMK di Kota Solo.
Ketua tim riset bus listrik, Abdul Hapid, menjelaskan, bus listrik tersebut mampu membawa 15 penumpang dengan kecepatan maksimal 100 km per jam. Untuk bisa melaju sampai kecepatan maksimal membutuhkan energi 53 kWh. Sumber tenaga bus listrik tersebut ialah baterai litium buatan Amerika sebanyak 100 buah yang bisa diset untuk energi sebesar 7.000 watt.
"Mobil ini mampu berjalan sejauh 150 km dengan sekali pengisian baterai 500 ampere," terang Abdul Hapid.
Bus tersebut diklaim mampu menurunkan biaya operasional lebih dari 50 persen dan menurunkan biaya perawatan hingga 70 persen. Abdul menambahkan, prototipe minibus listrik nasional itu sebetulnya hanya salah satu rangkaian prototipe yang dihasilkan melalui proses pengembangan sejak 1997 lalu. Beberapa tahun sebelumnya juga telah dihasilkan prototipe mobil listrik Marlip dalam beragam tipe, prototipe mobil listrik konversi, dan mobil hybrid.
"Sekitar empat bulan lagi akan lahir lagi prototipe mobil hybrid eksekutif tujuh penumpang dengan desain table meeting dan sedan listrik untuk kendaraan dinas Menristek."
Kehadiran bus listrik ini membawa angin sejuk bagi industri otomotif dalam negeri yang ramah lingkungan. Bahkan pemerintah serius menargetkan pada lima tahun mendatang minibus listrik siap diproduksi massal.
"Prototipe sudah ada, market siap, teknologi juga siap. Targetnya lima tahun lagi sudah bisa diproduksi massal," jelas Staf Ahli Bidang Pertahanan dan Keamanan Kementerian Riset dan Teknologi Hari Purwanto.
Berdasarkan riset, bus listrik tersebut cocok untuk sarana transportasi di Surabaya, Medan, dan Jakarta. Bus warna merah terang ini telah mencuri perhatian para pengusaha otomotif nasional.
"Sudah banyak industri yang menanyakan dan melirik potensi mobil listrik yang tidak tergantung BBM ini," imbuhnya.
Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta yang ikut melakukan uji coba minibus listrik keliling Monas mendukung penuh riset ramah lingkungan ini karena sudah saatnya industri otomotif tidak tergantung produk asing dan BBM.
"Minibus listrik ini upaya nyata mengurangi kebutuhan energi nasional, terutama BBM, sesuai dengan arahan Presiden RI untuk menghemat energi," ujar Gusti.
Selain bus listrik, ada juga mobil listrik karya Dasep Ahmadi. Mobil rancangannya telah diuji coba oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Dahlan memuji mobil listrik karya Dasep Ahmadi ini cukup nyaman dikendarai.
Hadirnya bus listrik dan mobil listrik ini sesuai dengan keinginan pemerintah untuk membangun pusat pengembangan teknologi dan industri otomotif berbasis green car. Lewat pusat pengembangan teknologi dan industri otomotif alam dikembangkan tiga jenis mobil listrik, yaitu mobil minibus untuk angkutan umum, mobil untuk angkutan barang, dan mobil dalam kota (city car).
Mobil listrik nasional ini rencananya akan diproduksi 10.000 unit pada 2014. Sekaligus pemerintah akan menerbitkan peraturan pemerintah terkait insentif dan disinsentif yang bermanfaat ikut mendorong pengembangan mobil listrik nasional. Insentif yang diberikan seperti pembebasan pajak penjualan atas barang mewah, serta pembebasan bea masuk barang modal untuk komponen utama pengembangan mobil listrik seperti baterai.
Untuk mendukung rencana pemerintah, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) siap membangun stasiun pengisian listrik umum (SPLU). Untuk tahap awal ini PLN akan menyediakan 10 SPLU yang tersebar di Kantor Kemeterian BUMN (2 unit), Kantor Kementerian ESDM, Kantor Ditjen Ketenagalistrikan, PLN Bulungan Jakarta Selatan, PLN Mampang Jakarta Selatan, PLN Ciputat Tangerang, PLN Gambir Jakarta Pusat, dan PLN Tanjung Priok. Harga listrik dibanderol masuk nonsubsidi sekitar Rp 1.200 per kWh. Sedangkan harga jual mobil listrik diharapkan di bawah mobil pribadi sekitar Rp 50 juta hingga Rp 60 juta.
Kehadiran bus listrik nasional ini semakin melengkapi beragam riset terkait mobil nasional. Sebelumnya sempat bergaung cukup kencang mobil rancangan para pelajar SMK di Kota Solo.
Ketua tim riset bus listrik, Abdul Hapid, menjelaskan, bus listrik tersebut mampu membawa 15 penumpang dengan kecepatan maksimal 100 km per jam. Untuk bisa melaju sampai kecepatan maksimal membutuhkan energi 53 kWh. Sumber tenaga bus listrik tersebut ialah baterai litium buatan Amerika sebanyak 100 buah yang bisa diset untuk energi sebesar 7.000 watt.
"Mobil ini mampu berjalan sejauh 150 km dengan sekali pengisian baterai 500 ampere," terang Abdul Hapid.
Bus tersebut diklaim mampu menurunkan biaya operasional lebih dari 50 persen dan menurunkan biaya perawatan hingga 70 persen. Abdul menambahkan, prototipe minibus listrik nasional itu sebetulnya hanya salah satu rangkaian prototipe yang dihasilkan melalui proses pengembangan sejak 1997 lalu. Beberapa tahun sebelumnya juga telah dihasilkan prototipe mobil listrik Marlip dalam beragam tipe, prototipe mobil listrik konversi, dan mobil hybrid.
"Sekitar empat bulan lagi akan lahir lagi prototipe mobil hybrid eksekutif tujuh penumpang dengan desain table meeting dan sedan listrik untuk kendaraan dinas Menristek."
Kehadiran bus listrik ini membawa angin sejuk bagi industri otomotif dalam negeri yang ramah lingkungan. Bahkan pemerintah serius menargetkan pada lima tahun mendatang minibus listrik siap diproduksi massal.
"Prototipe sudah ada, market siap, teknologi juga siap. Targetnya lima tahun lagi sudah bisa diproduksi massal," jelas Staf Ahli Bidang Pertahanan dan Keamanan Kementerian Riset dan Teknologi Hari Purwanto.
Berdasarkan riset, bus listrik tersebut cocok untuk sarana transportasi di Surabaya, Medan, dan Jakarta. Bus warna merah terang ini telah mencuri perhatian para pengusaha otomotif nasional.
"Sudah banyak industri yang menanyakan dan melirik potensi mobil listrik yang tidak tergantung BBM ini," imbuhnya.
Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta yang ikut melakukan uji coba minibus listrik keliling Monas mendukung penuh riset ramah lingkungan ini karena sudah saatnya industri otomotif tidak tergantung produk asing dan BBM.
"Minibus listrik ini upaya nyata mengurangi kebutuhan energi nasional, terutama BBM, sesuai dengan arahan Presiden RI untuk menghemat energi," ujar Gusti.
Selain bus listrik, ada juga mobil listrik karya Dasep Ahmadi. Mobil rancangannya telah diuji coba oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Dahlan memuji mobil listrik karya Dasep Ahmadi ini cukup nyaman dikendarai.
Hadirnya bus listrik dan mobil listrik ini sesuai dengan keinginan pemerintah untuk membangun pusat pengembangan teknologi dan industri otomotif berbasis green car. Lewat pusat pengembangan teknologi dan industri otomotif alam dikembangkan tiga jenis mobil listrik, yaitu mobil minibus untuk angkutan umum, mobil untuk angkutan barang, dan mobil dalam kota (city car).
Mobil listrik nasional ini rencananya akan diproduksi 10.000 unit pada 2014. Sekaligus pemerintah akan menerbitkan peraturan pemerintah terkait insentif dan disinsentif yang bermanfaat ikut mendorong pengembangan mobil listrik nasional. Insentif yang diberikan seperti pembebasan pajak penjualan atas barang mewah, serta pembebasan bea masuk barang modal untuk komponen utama pengembangan mobil listrik seperti baterai.
Untuk mendukung rencana pemerintah, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) siap membangun stasiun pengisian listrik umum (SPLU). Untuk tahap awal ini PLN akan menyediakan 10 SPLU yang tersebar di Kantor Kemeterian BUMN (2 unit), Kantor Kementerian ESDM, Kantor Ditjen Ketenagalistrikan, PLN Bulungan Jakarta Selatan, PLN Mampang Jakarta Selatan, PLN Ciputat Tangerang, PLN Gambir Jakarta Pusat, dan PLN Tanjung Priok. Harga listrik dibanderol masuk nonsubsidi sekitar Rp 1.200 per kWh. Sedangkan harga jual mobil listrik diharapkan di bawah mobil pribadi sekitar Rp 50 juta hingga Rp 60 juta.
Tahun 2014 Produksi Mobil Listrik Ditarget 10.000 Unit
JAKARTA--Pemerintah menargetkan mobil listrik bisa diproduksi secara massal dengan "road map" industri pada 2014.
Untuk menjadi industri skala nasional pada 2014, akan diproduksi 10.000 unit mobil listrik.
"Saat ini, Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Riset dan Teknologi, serta Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Perindustrian tengah menggarap peta jalan atau `road map` industri mobil listrik nasional," kata Menteri Perindustrian M.S Hidayat di Jakarta, Rabu.
Penggarapan industrialisasi mobil listrik, menurut Hidayat, memasuki tahap pengembangan teknologi. "Para pengembang, yang terdiri atas akademisi, industri, serta badan usaha milik negara sedang mempelajari beberapa desain mobil listrik di sejumlah negara," ujarnya.
Pengamat otomotif Suhari Sargo berpendapat mobil listrik sulit bersaing dengan kendaraan berbahan bakar minyak karena belum memadainya infrastruktur penunjang.
"Dengan kapasitas baterai dan infrastruktur pengisian listrik yang belum tersedia, mobil listrik bisa disejajarkan dengan kelas mobil dalam kota dengan harga di bawah Rp200 juta. Selain itu, pasar mobil di Indonesia masih dikuasai kendaraan berbahan bakar minyak," katanya.
Meski proyek nasional ini sudah terlihat, tutur Suhari, namun masih ada beberapa kendala yang berpotensi menghambat. "Selain belum ada rancangan baterai yang mumpuni, harga jual mobil listrik diperkirakan lebih mahal dibanding kendaraan sekelasnya," ujarnya.
Untuk menjadi industri skala nasional pada 2014, akan diproduksi 10.000 unit mobil listrik.
"Saat ini, Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Riset dan Teknologi, serta Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Perindustrian tengah menggarap peta jalan atau `road map` industri mobil listrik nasional," kata Menteri Perindustrian M.S Hidayat di Jakarta, Rabu.
Penggarapan industrialisasi mobil listrik, menurut Hidayat, memasuki tahap pengembangan teknologi. "Para pengembang, yang terdiri atas akademisi, industri, serta badan usaha milik negara sedang mempelajari beberapa desain mobil listrik di sejumlah negara," ujarnya.
Pengamat otomotif Suhari Sargo berpendapat mobil listrik sulit bersaing dengan kendaraan berbahan bakar minyak karena belum memadainya infrastruktur penunjang.
"Dengan kapasitas baterai dan infrastruktur pengisian listrik yang belum tersedia, mobil listrik bisa disejajarkan dengan kelas mobil dalam kota dengan harga di bawah Rp200 juta. Selain itu, pasar mobil di Indonesia masih dikuasai kendaraan berbahan bakar minyak," katanya.
Meski proyek nasional ini sudah terlihat, tutur Suhari, namun masih ada beberapa kendala yang berpotensi menghambat. "Selain belum ada rancangan baterai yang mumpuni, harga jual mobil listrik diperkirakan lebih mahal dibanding kendaraan sekelasnya," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment