JAKARTA - Pemerintah berencana menganggarkan investasi sebesar Rp40 triliun untuk pembangunan "mass rapid transit" (MRT) di Jakarta.
Menurut Direktur Jenderal Kereta Api Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan, dana pembangunan MRT ini berasal dari APBN. MRT ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan jalan dan mendukung pertumbuhan ekonomi di Jakarta, serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
"Dananya sepenuhnya berasal dari APBN dan diimplementasikan oleh pemerintah daerah," kata Tundjung pada acara Indonesia International Infrastructure Conference and Exhibition 2012 di Jakarta, Kamis.
Ia memaparkan pembangunan MRT di Jakarta dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama, rute Lebak Bulus-Bundaran HI dengan pengerjaan dimulai awal 2013 hingga akhir 2016, yang diperkirakan sepanjang 15,1 kilometer
Tahap kedua, rute Bundaran HI-Kampung Bandan yang dimulai pengerjaannya awal 2014 hingga akhir 2018, sepanjang 8,2 kilometer.
Kepala Biro Humas PT MRT, Rega Chandra Gupta Sitorus, menambahkan tahap pertama pengerjaan proyek MRT diperkirakan menelan biaya Rp 15 miliar, yang termasuk pembangunan fisik, kereta, elektrikal, mekanikal dan konsultan.
Dalam tahapan ini, pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah memulai beberapa pekerjaan fisik berupa pelebaran jalan Fatmawati, pemindahaan utilitas, pemindahan Terminal Lebak Bulus, serta pemindahan Stadion Lebak Bulus.
"Diharapkan pekerjaannya selesai sebelum pembangunan dimulai," kata Rega. Ia memperkirakan tahap pertama ini membutuhkan pasokan listrik sebesar 60 MVA, yang berasal dari PT Perusahaan Listrik Negara Persero. Untuk itu, MRT dan PLN sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman.
"Kami mengharapkan pemancangan tiang pertama (ground breaking) dapat dilaksanakan pada akhir 2012 atau awal 2013," tuturnya.
Selanjutnya, pihaknya akan mengumumkan pemenang tender pekerjaan pembangunan proyek MRT pada pertengahan September atau Oktober 2012.
Diakuinya, dana pembangunan MRT ini akan berasal dari pinjaman luar negeri, yakni Japan International Corporation Agency (JICA).
Menurut Direktur Jenderal Kereta Api Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan, dana pembangunan MRT ini berasal dari APBN. MRT ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan jalan dan mendukung pertumbuhan ekonomi di Jakarta, serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
"Dananya sepenuhnya berasal dari APBN dan diimplementasikan oleh pemerintah daerah," kata Tundjung pada acara Indonesia International Infrastructure Conference and Exhibition 2012 di Jakarta, Kamis.
Ia memaparkan pembangunan MRT di Jakarta dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama, rute Lebak Bulus-Bundaran HI dengan pengerjaan dimulai awal 2013 hingga akhir 2016, yang diperkirakan sepanjang 15,1 kilometer
Tahap kedua, rute Bundaran HI-Kampung Bandan yang dimulai pengerjaannya awal 2014 hingga akhir 2018, sepanjang 8,2 kilometer.
Kepala Biro Humas PT MRT, Rega Chandra Gupta Sitorus, menambahkan tahap pertama pengerjaan proyek MRT diperkirakan menelan biaya Rp 15 miliar, yang termasuk pembangunan fisik, kereta, elektrikal, mekanikal dan konsultan.
Dalam tahapan ini, pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah memulai beberapa pekerjaan fisik berupa pelebaran jalan Fatmawati, pemindahaan utilitas, pemindahan Terminal Lebak Bulus, serta pemindahan Stadion Lebak Bulus.
"Diharapkan pekerjaannya selesai sebelum pembangunan dimulai," kata Rega. Ia memperkirakan tahap pertama ini membutuhkan pasokan listrik sebesar 60 MVA, yang berasal dari PT Perusahaan Listrik Negara Persero. Untuk itu, MRT dan PLN sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman.
"Kami mengharapkan pemancangan tiang pertama (ground breaking) dapat dilaksanakan pada akhir 2012 atau awal 2013," tuturnya.
Selanjutnya, pihaknya akan mengumumkan pemenang tender pekerjaan pembangunan proyek MRT pada pertengahan September atau Oktober 2012.
Diakuinya, dana pembangunan MRT ini akan berasal dari pinjaman luar negeri, yakni Japan International Corporation Agency (JICA).
0 comments:
Post a Comment