Friday, 21 January 2011

Pasar perawatan pesawat dikuasai asing

JAKARTA: Indonesia dinilai belum mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri di bidang perawatan pesawat, karena sebanyak 70% dari pasar perawatan pesawat di Indonesia masih didominasi oleh asing.

Menurut Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, angka industri perawatan pesawat domestik pada 2010 mencapai US$2 miliar. Sementara, ia menambahkan yang terserap oleh perusahaan Maintenance, Repair, and Overhoul (MRO) domestik hanya 30%-40%.

"Pada 2014 bahkan diperkirakan angka industri MRO mencapai US$2 miliar," ujarnya disela-sela kunjungannya ke Garuda Maintenance Facilities (GMF) AeroAsia sore ini.

Bambang mendorong agar pelaku bisnis penerbangan dapat melihat bisnis perawatan pesawat sebagai lini bisnis yang potensial. Kata dia, jangan sampai pendapatan dari maskapai domestik mengalir ke perusahaan asing.

"Jangan sampai uang sebesar US$2 miliar itu tidak dapat dinikmati oleh bangsa kita sendiri, karenanya harus ada optimalisasi bisnis perawatan pesawat" ujarnya.

Menurut Ketua Indonesian Aircraft Maintenance Shop Association Richard Budihadianto, pasar perawatan pesawat di Asia memiliki prospek yang sangat baik. Ia menjelaskan, perusahaan MRO di Eropa dan Amerika lebih fokus menggarap industri teknologi tinggi dan padat modal.

"Sementara perusahaan MRO di Afrika, India, dan Timur Tengah belum memiliki kemampuan untuk garap pasar Eropa dan Amerika Tengah," tuturnya.

Richard mengatakan peralihan pasar inilah yang membuat pasar perawatan pesawat di Asia meningkat. Menurutnya, pertumbuhan pasar perawatan Indonesia sendiri mengikuti pertumbuhan industri penerbangan dengan rata-rata 15%-20% per tahun.

Menurut Richard, hambatan terbesar bagi bisnis MRO domestik adalah kurangnya SDM dan minimnya logistik atau suku cadang pesawat. Kata dia, hampir 100% suku cadang pesawat harus didatangkan dari luar negeri atau impor, akibatnya memakan waktu dan biaya.

Dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan MRO domestik, Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun mengatakan pihaknya bersama dengan Kementerian Perhubungan berencana membangun kawasan penerbangan Aviation Park.

"Ini perlu untuk mendukung keseimbangan antara industri maskapai dengan industri perawatan pesawat," tuturnya.

Alex mengatakan sungguh tindakan yang bodoh jika Indonesia menyia-nyiakan potensi pasar perawatan pesawat, karena potensi dan kebutuhan akan industri tersebut sangat besar.

"Aviation Park dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan dapat menghemat devisa negara," ujarnya.

Meski demikian, Bambang mengatakan rencana pembangunan Aviation Park saat ini masih digodok di asosiasi. Kata dia, pihaknya belum menerima proposal yang utuh mengenai kawasan penerbangan tersebut.

"Jika asosiasi sudah mengajukan detail-detailnya, maka pihak Kemenhub baru bisa merinci anggaran dan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang harus dipersiapkan untuk pembangunan tersebut," paparnya.

Bambang mengatakan rencananya Aviation Park akan dilengkapi dengan industri-industri penerbangan yang saling mendukung, seperti MRO, fiskal, dan perpajakan. Kata dia, lokasinya akan dipilih yang seimbang antara bagian Barat dan Timur Indonesia. (18/ Raydion)


bisnis

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...