Surat Pembaca & Jurnalisme Warga
Lampung - SUDAH saatnya Indonesia mandiri secara ekonomi dan tidak didikte oleh kekuatan ekonomi asing. Indonesia harus mempunyai peran strategis dan tidak dipandang sebelah mata oleh negara-negara lain. Lewat potensi sumberdaya alam yang ada kita mampu mengendalikan sebagian sektor perdagangan yang ada sehingga memberikan keuntungan bagi kepentingan nasional kita. Salah satunya lewat komoditas ekspor kelapa sawit.
Langkah menuju ke arah dominasi sawit di percaturan ekonomi dunia sudah ditempuh Indonesia dengan menentukan skema pembatasan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada November mendatang. Upaya ini ditempuh dengan menggandeng negara tetangga Malaysia. Indonesia dan Malaysia adalah dua negara yang mendominasi ekspor sawit di pasarn dunia.
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan di Jakarta beberapa hari lalu mengatakan Penetapan skema itu ditentukan dalam pertemuan bilateral antara pemerintah Malaysia dengan Indonesia yang agendanya membahas masalah kelapa sawit dan komoditas lain. Rencananya awal November akan dirumuskan skema suplai dan kebijakan fiskalnya.
Pembatasan ekspor CPO harus dilaksanakan bersama Malaysia karena 80%-90% ekspor dikuasai Malaysia dan Indonesia. Jika kedua negara sepakat menentukan mekanisme pembatasan ekspor CPO, harga di pasar dunia diharapkan kembali naik. Untuk kasus yang sama Indonesia dan Malaysia pernah berhasil di komoditas karet dengan kesepakatan yang membuat harga naik lagi.
Namun tentu rencana menuju kearah itu tak semulus yang diharapakan. Masih ada ganjalan dari negara-negara lain yang terus melakukan propaganda negatif tentang sawit. Salah satunya adalah gagalnya komoditas minyak sawit mentah (CPO) masuk dalam jajaran produk Enviromental Goods pada Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (KTT APEC). Nuansa kampanye negatif yang menerpa sektor kelapa sawit nasional sangat terlihat jelas di sini. Padahal jika CPO diakui sebagai produk ramah lingkungan dalam daftar tersebut akan mendapatkan potongan tarif maksimal 5% pada 2015.
Beberapa delegasi negara peserta APEC memahami bahwa CPO memang perlu masuk ke dalam daftar produk ramah lingkungan, namun terlalu banyak black campaign penolakan sawit yang disuarakan dunia internasional. Sehingga membuat mereka sulit untuk menerima CPO dalam daftar tersebut karena akan ditentang oleh stakeholder mereka.
Indonesia adalah negara besar yang berpotensi menjadi negara adidaya di segala bidang, kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusianya sangat memungkinkan ke arah itu. Negara-negara lain merasa terancam jika Indonesia menjadi kekuatan yang menghegemoni. Berbagai upaya dilakukan untuk mengkerdilkan Indonesia.
Sudah saatnya Indonesia bangkit dan mengontrol sebagian perekonomian dunia. Lewat pembatasan ekspor sawit diharapkan menjadi pintu gerbang untuk menunjukkan taring Indonesia di mata dunia. Kita terlalu sibuk dengan “kemelut” politik di dalam negeri yang tidak produktif dan lupa bahwa Indonesia adalah negara besar yang mampu menjadi kekuatan ekonomi dunia yang menghegemoni.
Teguh Sujono
Jalan Tumenggung Jaya no 19 Rajabasa Bandar Lampung
email: hardisujono@yahoo.com
0 comments:
Post a Comment