Wednesday, 26 January 2011

WIDIYANTONO : Indonesia Mampu Ciptakan Teknologi Recognition

Sektor teknologi informasi (TI) dan telekomunikasi merupakan sektor yang paling dominan saat ini karena perkembangannya dapat meningkatkan kinerja dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya dapat meningkatkan produktifitas.

Karena peluang bisnisnya yang sangat tinggi, saat ini banyak bermunculan perusahaan TI di Indonesi., Diantaranya adalah PT. C&C (Cindy dan Chintia) yang bergerak dalam pengembangan teknologi multimedia dengan perangkat lunaknya.

Berdiri pada bulan Desember 2007, Direktur Utama PT.C&C, Widiyantono mengungkapkan, perusahaan itu berdiri berkat inspirasinya pada saat kuliah S2 di Universitas Indonesia (UI).

Pada waktu itu dia melihat UI sedang mengembangkan teknologi Recognition Detection untuk objek dan suara. “Saya sangat tertarik dengan teknologi yang dikembangkan saat itu. Selesai kuliah, saya mendirikan C&C bersama teman saya,” ungkapnya.

Bergerak pada pengembangan software deteksi wajah dan suara, PT. C&C berhasil mendapat penghargaan sebagai 10 perusahaan terbesar TI terbaik dari Departemen Perindustrian. Bahkan di ajang HP TouchExchange Contest, C&C berhasil masuk 5 besar untuk lingkup Asia Pacific.

Widiyantono berharap, produk dalam negeri bisa meningkatkan pemberdayaan teknologi dan memberikan motivasi bagi masyarakat untuk lebih mencintai produksi dalam negeri.

Saat ini PT. C&C mempunyai sekitar 15 produk, yaitu AYDA, AMR, Face Election, Face Gate, Face Login, Face Catch, Face Construktur, Human Counter, Magic Shot, Mokop, Sistem Absensi Wajah, Sistem Absensi Wajah dan Sidik Jari, Sistem Antrian Multi Media, Sistem Deteksi Infus dan Visitor Management.

Berikut petikan wawancara BISKOM dengan Widiyantono akhir Desember 2010 lalu.

Produk terbaru apa yang saat ini sedang dikenalkan oleh C&C kepada masyarakat?
Saat ini kami mencoba memasarkan V-Man, yang merupakan teknologi terkini dari Visitor Management System (VMS) untuk mendeteksi tamu dengan menggabungkan proses OCR (Optical Character Recognation), FaceRecognition, SMS dan Acces Door.

Dengan piranti ini, perusahaan tidak lagi memerlukan pendataan buku tamu secara manual, karena teknologi yang dimilikinya mampu mendata tamu dan langsung tersimpan dalam database.

Berapa budget yang diperlukan untuk menggunakan piranti ini?

Sekitar Rp. 25 juta untuk hardware dan software yang sudah langsung bisa dipakai. Harga ini jauh lebih murah karena produk luar sekitar Rp. 150 juta. Saya pribadi ingin mengedukasi publik terlebih dahulu tentang keunggulan produk dalam negeri yang tak kalah dengan luar negeri, sehingga masyarakat bangga memakai teknologi dan produk dalam negeri.

Apa keuntungan yang diperoleh perusahaan nantinya?
Kebanyakan perusahaan mencari software yang memang sesuai dengan kebutuhan meraka. Boleh dibilang dengan menggunakan piranti dari C&C, laporan mereka menjadi lengkap dan handal. Selain itu, mereka juga bisa melihat proses pembuatannya bagaimana, sehingga pada saat mereka ingin mengembangkan sendiri untuk membuat link ke dalam program perusahaan, mereka bisa melakukannya sendiri.

Berapa banyak perusahaan lokal yang bergerak di bidang sama dengan C&C?

Belum ada, kebanyakan mereka hanya bermain di software akutansi, administrasi, investoris dan sejenisnya. Terus terang saja produk kami memiliki tingkat kandungan dalam negeri paling tinggi yaitu 70% yang dikerjakan oleh sumber daya manusia Indonesia.

Dukungan kami terhadap program pemerintah untuk menggunakan produk dalam negeri kami buktikan dengan teknologi dengan kualitas yang tidak kalah bersaing dengan produk luar negeri.

Berarti pekerja TI di tanah air sebetulnya tidak kalah dengan luar negeri?

Betul, tapi masalahnya memang mereka banyak yang bekerja di luar karena disini kurang dihargai. Mereka disini kebanyakan hanya untuk administrasi kantor atau aplikasi perkantoran, tetapi tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan teknologi baru.

Dukungan apa yang Anda harapkan dari pemerintah?

Saya berharap ada perhatian lebih dari pemerintah agar masyarakat tahu inilah orang Indonesia yang punya teknologi mendunia.

Di Inggris, Amerika, Nigeria, China dan Jepang saja sudah menggunakan produk kita meskipun masih yang kecil-kecil seperti FaceLogin, kecuali Nigeria yang sudah menggunakan VMS yang baru. Inikan berarti teknologi kita telah diakui.

Seharusnya di dalam negeri, kita bisa lebih dikenal. Memang orang luar lebih menghargai dibandingkan pemerintahan kita sendiri. Padahal India saja kuat karena softwarenya, kenapa kita tidak bisa? India kan hanya bergerak di bidang software perkantoran, sementara kita kuat dalam teknologi lainnya. Kenapa tidak dikembangkan?

Berapa besar investasi yang Anda untuk membangun C&C?

Kalau secara keseluruhan, kami sudah mengeluarkan sekitar Rp. 2,5 milyar untuk riset, biaya ujicoba dan segala macamnya. Saat ini baru balik modal sekitar 1 milyar rupiah, karena kami memang baru mulai melakukan penjualan pada tahun 2009. Tapi saya optimis di 2011 kita akan banyak peluang.

Apa strategi C&C untuk bersaing dengan produk luar yang saat ini mendominasi pasar?

Saya selalu mempelajari kelebihan dari produk luar. Kelebihan mereka ini akan saya penuhi bahkan dilebihkan. Kedua, berapa harga yang mereka jual, akan saya banting harganya. Ketiga, biasanya produk import akan mempersulit pembeli dalam melakukan modifikasi, justru kami akan terbuka dalam hal ini.

Oleh sebab itu saya buat perusahaan ini agar bisa menentukan harga sendiri dan membuat aturan sendiri sehingga produk Indonesia menjadi terdepan.

Tahun 2011 ini, trend TI akan seperti apa di Indonesia?

Kedepannya, teknologi akan berbasis Recognition karena di negara lain sudah. Seperti di Arab Saudi sendiri untuk passport saja sudah pakai teknologi Recognition. Memang teknologi perkembangannya sangat cepat, biasanya paling lama sekitar setahun bertahan. Oleh sebab itu kami akan terus mencari hal yang baru.

Untuk mengembangkan sebuah teknologi, C&C sudah bekerjasama dengan siapa saja? Apakah juga dengan perusahaan lokal lain?

Dengan perusahaan lokal belum, namun kedepannya pasti akan terbentuk kerjasama dengan mereka. Saat ini baru kerjasama dengan Falco dari Malaysia untuk Access Door dan rencananya saya akan kerjasama dengan perusahaan German untuk teknologi lift. Karena kami ingin membuat lift buat keluarga dengan deteksi wajah yang nantinya akan booming untuk perumahan.

Kami dengar Anda mempunyai produk untuk kesiapan pemilu mendatang, itu seperti apa?

Selama inikan peserta pemilu diseleksi saat melakukan pemilihan berdasarkan tanda tangan dan namanya dari KTP. Hal ini kan bisa diduplikat sehingga menyebabkan pemilih ganda.

Tapi dengan teknologi Recognition, kita dapat menyeleksi peserta dengan deteksi wajah sehingga tidak terjadi duplikat. Pemilihan juga bisa dilakukan secara digital dan itu lebih singkat karena mereka tidak memilih menggunakan kertas. Artinya ini bisa hemat kertas, tinta dan waktu.

Jadi bukan hanya di Brazil yang memakai teknologi ini. Memang untuk investasinya lumayan mahal, saya hitung-hitung sekitar Rp. 20 juta untuk satu tempat pemungutan suara.

Apa target C&C di 2011?

Kami sangat optimis menyambut masa depan. Terlebih, perusahaan besar seperti PT. Telkom telah memasang teknologi Recognition di seluruh kantor cabangnya. Bayangkan, 25 Oktober 2010 lalu kami memasang teknologi ini di Telkom, satu bulan kemudian sudah 7 perusahaan yang pasang. Jadi di 2011, kami targetkan sekitar 3000-4000 perusahaan dan kantor cabang yang menggunakan teknologi dari C&C. (biskom, Januari 2011/ humasristek)


Ristek

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...