“Kami siap memberi ganti rugi kepada petani yang lahan padinya digunakan untuk membuat crop circle oleh mahasiswa FMIPA UGM,” kata Dekan FMIPA Dr Chairil Anwar, Rabu, 26 Januari 2011
Ganti rugi itu akan diberikan jika pelaku sudah benar-benar ketahuan dan terbukti mahasiswa UGM. Soal berapa besar nilai ganti rugi itu akan dimusyawarahkan bersama petani yang lahannya dijadikan objek. “Terlepas mereka meminta izin atau tidak menggunakan lahan tersebut, kita akan menggantinya,” kata dia.
Dalam menelusuri kebenaran informasi ini, UGM sudah melakukan sejumlah langkah. "Kami telah meminta kepada Ketua Prodi dan ketua Himpunan Mahasiswa matematika untuk mencari tahu, dan menghubungi mahasiswa lain," kata Chairil.
Sementara itu Ketua Jurusan Matematika FMIPA UGM Prof Dr Widodo, mengaku telah menghubungi seluruh mahasiswa matematika yang sedang mengisi liburan baik yang tinggal di dalam dan luar DIY. Mereka dihubungi per telepon dan SMS. Namun hingga saat ini tidak ada satu pun yang mengaku melakukannya.
“Kebanyakan mereka berada di luar DIY. Jawabannya macam-macam, seandainya itu pun dilakukan anak (mahasiswa) matematika, belum tentu akan mengaku, soalnya kepolisian mengatakan akan memperkarakan,” kata dia.
Dalam artikel berjudul 'Fakta di Balik Jejak UFO di Sleman', yang dimuat di studentmagz.com, si mahasiswa yang tidak disebutkan namanya itu mengakui ada enam temannya yang lain yang ikut 'mengerjai' sawah milik 8 petani di wilayah Berbah.
Chairil menilai tindakan membuat crop circle yang bikin heboh warga itu tidak termasuk tindakan kriminal. Sebaliknya, ia menilai sebagai hasil kreativitas yang pantas dihargai. “Saya memberi apresisi, ini sebuah kegiatan yang kreatif,” katanya.
Crop circle, menurut dia, merupakan bagian dari seni instalasi yang menggabungkan pengetahuan matematika, komputer dan media yang dipakai areal persawahan. “Dari sisi simetris (bentuk crop circle), larinya ke matematika cuma medianya sawah,” tutur dia.
Inspirasi Wisata
Sementara kalangan seniman menilai fenomena crop circle di Sleman dan Pitungan, Bantul bisa dimanfaatkan untuk menarik wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pola geometris yang unik dari crop circle diimbau dibuat di lahan-lahan pertanian yang berada disekitar Bandara Adisucipto Yogyakarta.
"Para wisatawan yang menggunakan pesawat manakala akan turun atau naik pesawat dapat melihat crop circle dari dalam pesawat. Ini tentunya menjadi sesuatu yang menarik bagi wisatawan yang akan datang ke Yogyakarta," kata Ong Harry Wahyu, salah seorang seniman di Yogyakarta.
Menurut dia, kreasi seni ini bisa saja tidak dalam bentuk pola geometris, tapi wajah atau lambang daerah. "Jadi bisa digunakan sebagai alat kampanye wisata bagi Yogyakarta yang saat ini baru kembali pulih usai bencana Merapi," katanya.
Laporan: Juna Sanbawa | Yogyakarta
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment