Lab Ival (afz/inet)
Bandung - Awal ketertarikan Ival, kepada virus dimulai saat komputer milik keluarganya sering terinfeksi virus. Dirinya pun kesal karena setiap saat dia harus menginstal ulang komputernya. Dari kekesalan tersebut akhirnya dia mencoba mempelajari virus. Hal yang tak lazim dilakukan oleh bocah seusianya.
"Setahun yang lalu, saat kelas 1 saya mulai utak-atik. Saya pelajari karakter virus-virus yang suka menyerang komputer saya. Terus saya beli buku Visual Basic," kata Ival menerangkan.
Sebenarnya Ival sudah tertarik dengan komputer sejak dia duduk di kelas 3 SD. Saat itu keluarganya membeli satu unit komputer untuk mendukung usaha jasa servis dan konter handphone milik ayahnya.
"Dulu saya suka main game PinBall di komputer milik bapak. Terus katanya ada kode-kode yang bisa membuat game itu mudah dimainkan. Saya utak-atik sendiri dan akhirnya bisa membuat kodenya," tuturnya sambil malu-malu.
Saat ini Artav sudah didownload oleh 26.267 pengguna. Bukan dalam negeri saja tapi juga ada yang dari luar negeri. Data base virusnya pun sudah hampir 2.000an. Hampir tiap hari Ival menambah virus ke dalam data basenya.
Karenanya, anti virus ini pun sempat dinobatkan sebagai anti virus lokal terbaik dari lima anti virus lokal terbaru dalam satu acara pameran komputer di Bandung. Bahkan dalam sebuah review di situs forum, Artav menjadi rekomendasi utama.
"Saya juga tidak tahu kalau Artav mendapatkan penghargaan dan di-review menjadi anti virus lokal terbaik. Saya tahu dari komentar di situs," katanya.
Ingin menjajal anti virus buatan anak bangsa ini? Silakan klik link berikut.( fw / fw )
• detikInet
Buku dan Internet Jadi Tempat Berguru
Bandung - Kemampuan Arrival Dwi Sentosa (13) dalam membuat anti virus ternyata bukan dari
pendidikan formal atau kursus programing. Tanpa guru tanpa pembimbing. Hanya buku dan internet yang menjadi gurunya.
"Saya belajar dari buku dan internet," katanya polos saat ditemui detikINET di
rumahnya di Gang Adiwinata No 9, Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Rabu
(26/1/2011).
Ival pun menunjukkan koleksi bukunya yang disimpan di kolong meja yang terletak
di ruang tamu. "Ini bukunya. Saya baru punya 20 buku," katanya sambil menunjukan lima buku dan satu modul yang dia susun sendiri dari mencetak artikel-artikel tentang programing dan komputer di internet.
Sebenarnya bukan tidak mau, Ival --sapaan akrabnya-- untuk belajar secara formal tentang programing. Permasalahannya selain memerlukan biaya, tidak adanya tempat kursus yang memberikan materi programing virus.
"Dulu dia sempat minta kursus. Kalau buat anak mah saya paksain lah, walaupun ngga ada juga. Tapi saya bingung, ini mau kursus apa yah. Tidak ada yang bisa. Lagian dia juga masih SMP. Jadi ya sudah lah dia belajar sendiri dari buku dan internet. Tidak ada yang membimbingnya," ungkap Herman Suherman (45), ayah Ival.
Kemampuan Ival ini sangat luar biasa. Pasalnya di dalam keluarga besarnya tidak ada yang memiliki kemampuan programing seperti dirinya. "Keluarga besar saya rata-rata jebolan SMK. Tidak ada yang punya kemampuan programing seperti dia," sambungnya.( afz / fw )
• detikInet
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment