TEMPO Interaktif, MADIUN - Inovasi batu bata tahan gempa temuan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Kota Madiun belum dikembangkan atau diproduksi massal.
Karya ilmiah tersebut memenangkan salah satu medali emas olimpade pelajar internasional bidang lingkungan bertajuk International Environtmental Project Olympiade (Inepo) di Istanbul, Turki, Mei 2010 lalu.
“Pernah ada pengusaha dari asosiasi kontraktor bangunan ramah lingkungan yang menghubungi, tapi tidak ada tindak lanjutnya,” kata guru pembina Fisika SMA Negeri 5 Kota Madiun, Imam Zuhri, Rabu (16/3).
Menurut Imam. pihaknya selama ini hanya sesekali memberikan pengarahan kepada pengrajin batu bata tradisional untuk memanfaatkan formula batu bata tahan gempa tersebut.
Penemuan batu bata tahan gempa ini juga belum dipatenkan. “Untuk mengurus hak paten memang mahal dan sekolah tidak mungkin membiayainya. Pihak pemerintah juga belum berperan lebih jauh untuk membantu pengembangannya,” ucap lulusan Pendidikan Fisika IKIP Surabaya.
Pemerintah Kota Madiun melalui Dinas Pendidikan setempat juga tidak begitu berperan dalam mengembangkan inovasi siswa ini.
Bersama siswa, guru setempat menemukan formula bahan baku pembuatan batu bata yang terbukti memiliki daya tahan dan daya lekat lebih kuat dibanding batu bata yang biasa dibuat masyarakat. “Bahan bakunya sederhana dan murah, juga mudah didapatkan,” papar Imam.
Bahan baku batu bata tahan gempa tersebut, terdiri dari tanah liat dan karbon aktif bekas pembakaran tebu yang mengandung senyawa silikat. ”Kami mengambilnya dari limbah di pabrik gula,” ujar Nina Milasari, salah seorang siswa peraih medali emas Inepo.
Siswa kelas XII ini menjelaskan, karya ilmiah yang diuji di Inepo, kandungan dust –sebutan abu karbon limbah pembakaran tebu- yang efektif dicampurkan dengan tanah liat adalah 10 persen dari volume massa satu buah batu bata.
Sebelumnya, eksperimen dilakukan dengan menggunakan 5-40 persen kandungan dust dari volume massa.
Karya ilmiah itu bertema The Use of Sugar Factory Dust in Making Seismic Resistant Bricks, atau kegunaan limbah abu (dust) asap pabrik gula dalam pembuatan batu bata yang tahan getaran atau gempa.
Pengujian daya tahan batu bata tahan gempa buatan siswa SMA Negeri 5 Kota Madiun itu telah dilakukan di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Fakultas Tekhnik Sipil dan Perencanaan Institut Tekhnologi 10 Nopember (ITS) Surabaya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Madiun Purwanto mengaku baru mendengar temuan batu bata tahan gempa tersebut.
“Saya malah baru dengar ini. Kalau memang sudah teruji, seharusnya bisa dikembangkan atau dikomersilkan karena ini potensi daerah yang bermanfaat bagi masyarakat luas bahkan dunia,” katanya.
Purwanto menambahkan, pemerintah daerah dengan pemerintah provinsi dan pusat seharusnya bisa merumuskan kebijakan untuk mematenkan dan membantu produksinya secara komersil dan massal.
Dukungan yang sama datang dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata (Disperindagta) Kabupaten Madiun.
“Kalau memang lebih efektif dan menguntungkan, bisa dikembangkan untuk dimanfaatkan pengrajin batu bata yang banyak terdapat di Kabupaten Madiun,” tutur Kepala Bidang Perindustrian Disperindagta Kabupaten Madiun Ahmad Najib Farid.
Menurut Ahmad Najib Farid, Disperindagta Kabupaten Madiun akan mengundang pihak sekolah untuk memberikan penyuluhan kepada pengrajin batu bata. [ISHOMUDDIN]
• TEMPOInteraktif
0 comments:
Post a Comment