Anggota pasukan membawa warga yang diduga terkena radiasi, di Nihonmatsu, Fukushima, utara Jepang, Minggu (13/3). Pancaran radiasi terjadi diduga dari reaktor nuklir usai terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami Jumat. AP/ Yomiuri Shimbun, Daisuke Tomita
TEMPO Interaktif, Bandung - Gempa 8,9 skala richter yang diikuti tsunami di Jepang, Jumat, 11 Maret 2011 lalu membuat pembangkit tenaga nuklir di Jepang meledak. Radiasi yang ditimbukan dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi mereka yang tinggal di Fukushima, 240 kilometer sebelah utara Tokyo, tempat pembangkit itu berada.
Pemerintah Jepang pun sibuk mengungsikan sekitar 110.000 hingga 160.000 warga yang tinggal di dekat PLTN itu.
Bagaimana meminimalisir racun radioaktif itu? Menurut Guru besar Kimia dari Institut Teknologi Bandung, Ismunandar untuk menangkal racun radiaktif, yodium aktif cukup ampuh untuk menangkalnya. Yodium dipakai sebagai salah satu penangkal agar sistem tubuh tidak rusak. "Supaya kelenjar gondok tidak terkena," katanya, Ahad (13/3).
Sebelumnya disebutkan, pemerintah Jepang meminta warganya mengkonsumsi yodium untuk menangkal radiasi akibat meledaknya reaktor nuklirnya.
Menurut Ismunandar, reaktor nuklir itu berbahan utama Uranium 232 pada prosesnya terbelah menjadi beberapa zat. Diantaranya yang cukup banyak adalah jenis yodium. Dalam sistem pembangkit, zat tersebut adalah limbah nuklir.
Yodium radioaktif, ujar guru besar termuda di ITB itu, tidak langsung mematikan orang. "Tapi yodium aktif harus dikonsumsi atau diminum agar yodium radioaktif tidak terserap oleh tubuh," ujarnya. Yodium aktif ini misalnya terdapat pada garam dapur.
Dosen laboratorium nuklir fisika ITB, Zaki Suud mengatakan, pembelahan nuklir menghasilkan 1.000 lebih jenis bahan. Selain yodium radiokatif, limbah nuklir yang terbanyak diantaranya juga menghasilkan caesium. Seluruh zat radioaktif tersebut tidak terlihat karena berbentuk debu.
Menurut guru besar yang beberapa kali bertandang ke reaktor di Fukushima Jepang itu, kerusakan pembangkit nuklir tersebut tidak separah tragedi Chernobyl. "Yang meledak di sistem pendinginan karena terganggu, bukan pada bagian utama yang berisi bahan bakar nuklir," katanya.
Meski begitu, langkah evakuasi warga tetap diperlukan karena itu menjadi bagian standar penyelematan ketika terjadi gangguan reaktor.
Jepang, menurut Suud, punya dua jenis pembangkit nuklir. Sistem Boiling Water Reactor seperti di Fukushima, ditempatkan di bagian utara Jepang. Sistem tersebut memakai tiga langkah, yaitu proses pembelahan massa uranium, air yang dididihkan dari proses nuklir itu, selanjutnya menghasilkan uap air sebagai pemutar turbin penghasil listrik.
Daya listrik yang dihasilkan, kata Suud, lebih besar daripada reaktor yang dibangun di selatan Jepang. Sistem dua langkah itu hanya memakai proses nuklir dan pendinginan. [ANWAR SISWADI]
• TEMPOInteraktif
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment