Tuesday, 16 October 2012

Melaju di Tengah Perlambatan Ekonomi Dunia

Kegagalan tekan subsidi BBM bisa mengancam pertumbuhan di masa depan.

Bank Dunia menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia terbukti tetap kuat menghadapi pelemahan ekonomi dunia, karena didorong oleh kuatnya konsumsi pribadi dan meningkatnya investasi.

Dalam laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia edisi Oktober 2012 yang diterbitkan Bank Dunia menunjukkan laju ekonomi Indonesia tetap bertahan kuat di kuartal kedua, meningkat sebesar 6,4 persen dan sedikit di atas pertumbuhan kuartal pertama sebesar 6,3 persen.

Ekonom Utama dan Penasehat Ekonomi Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop, menjelaskan bahwa perekonomian global dan Indonesia saat ini sangat kontras, di saat perekonomian global sangat rapuh, Indonesia mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dibarengi dengan besarnya kepercayaan investor.

"Namun dengan tetap tingginya ketidakpastian global, tantangan Indonesia adalah menjaga ketahanan ini," kata Ndiame dalam "Indonesia Economic Quarterly" di Jakarta, Senin 15 Oktober 2012.

Salah satu kunci ketahanan Indonesia, lanjut dia, adalah konsumsi domestik, namun sisi investasilah yang menjadi kunci kontribusi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Investasi di Indonesia telah berkembang secara dinamis dan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia secara jangka panjang. Bank Dunia mengapresiasi pemerintah Indonesia yang terus berupaya meningkatkan kesiagaan menghadapi krisis dan mendorong investasi di infrastruktur.

Bank Dunia memproyeksikan PDB Indonesia tumbuh 6,1 persen pada 2012 dan meningkat menjadi 6,3 persen untuk 2013. Ia menyarankan agar pemerintah Indonesia memperhatikan secara serius dampak pelemahan ekonomi China yang akan terasa ke Jepang dan Korea Selatan.

"Korea Selatan adalah salah satu mitra besar Indonesia, China juga memiliki pasar yang kuat di Indonesia," katanya.

Perlu hati-hati

Bank Dunia mengingatkan, Indonesia harus mempersiapkan dalam menghadapi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi di China dan penurunan harga komoditas yang bisa membawa gejolak baru di pasar keuangan.

Karena itu Indonesia perlu melanjutkan penguatan kerangka kebijakan dalam menghadapi tekanan-tekanan dan membangun ketahanan ekonomi melalui peningkatan kualitas belanja.

Resesi yang masih berlanjut di zona euro, lemahnya pemulihan ekonomi AS, dan perlambatan pada ekonomi-ekonomi negara berkembang, terutama China, telah berkontribusi kepada perlemahan ekonomi dunia.

Walaupun laju kegiatan ekonomi Indonesia meningkat pesat, inflasi masih tetap bertahan rendah. Inflasi IHK turun menjadi 4,3 persen pada September setelah naik tipis menjadi 4,6 persen pada Agustus karena pengaruh sementara dari liburan Idul Fitri. "Inflasi inti masih stabil, sedikit di atas 4 persen," kata laporan itu.

Ketahanan kinerja pertumbuhan Indonesia hingga saat ini cukup mengagumkan walaupun terjadi perlambatan di lingkungan eksternal. Pertumbuhan riil kredit tetap tinggi, namun sejumlah indikator mengalami perlambatan seperti pada penjualan sepeda motor dan semen. "Namun masih terlalu dini mengetahui secara pasti apakah ini tanda awal perlambatan permintaan atau yang lain," katanya.

Neraca berjalan Indonesia bergerak menuju defisit pada kuartal kedua. Secara struktural, neraca berjalan yang melemah ini mencerminkan konsistensi permintaan investasi yang kuat yang melampui tabungan dalam negeri. Perlemahan ekspor selama 2012 bersama-sama dengan permintaan impor yang kuat, telah memperkecil surplus neraca perdagangan.

Bank Dunia menilai belanja subsidi energi di Indonesia masih terlalu tinggi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2013. Hal itu dapat menghambat fleksibilitas pemerintah dalam menangani penurunan ekonomi dunia.

Laporan perkembangan triwulan perekonomian Indonesia edisi Oktober 2012 juga menyebutkan, belanja subsidi yang meningkat membawa opportunity cost yang tinggi, dan menambah ketidakpastian terhadap kesehatan fiskal ke depan. "Subsidi energi menguntungkan rumah tangga kaya dibandingkan untuk rumah tangga miskin dan menghambat penggunaan energi secara efisien," kata Diop.

Ia menjelaskan, jika biaya subsidi energi terus naik, risikonya adalah mengurangi kemampuan pemerintah untuk investasi pada prasarana dan sarana yang penting untuk publik. Kegagalan mengurangi subsidi energi dan kenaikan biaya belanja pegawai dapat menurunkan outlook pertumbuhan di masa depan.

Subsidi BBM dalam R-APBN 2013 memakan 70 persen dari anggaran subsidi energi, meningkat 41 persen dari APBN-P 2012. Meningkatnya subsidi BBM ini mencerminkan meningkatnya jumlah pengguna kendaraan bermotor. Perbedaan harga antara BBM subsidi dan harga keekonomian membuat potensi kebocoran subsidi sangat besar.

Menanggapi laporan Bank Dunia, ekonom Standard Chartered, Fauzi Ichsan, menjelaskan, sebenarnya pemerintah telah memahami subsidi BBM ini hanya membuang-buang anggaran. Alasannya, kurang dari 10 persen orang miskin menikmati subsidi BBM.

Menurut dia, yang terpenting bagi pemerintah saat ini adalah bagaimana meyakinkan parlemen untuk mendorong pengurangan BBM bersubsidi dengan menaikkan harga BBM. Ia menyatakan, dengan menaikkan harga BBM sebesar 30 persen, pemerintah akan mempunyai banyak ruang untuk kebijakan fiskal.

Kendalikan negara selatan

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan meyakini Indonesia akan menjadi negara utama yang mengendalikan perdagangan Selatan-Selatan. Indonesia akan bersanding bersama Brasil, Afrika Selatan, dan India untuk perdagangan di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Saat ini, nilai perdagangan Selatan-Selatan tercatat mencapai US$8,5 triliun per tahun. Perdagangan ini melibatkan sekitar 120 negara di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

“Ke depan, untuk perdagangan Selatan-Selatan ini bahkan bisa sampai double digit,” kata Gita ketika ditemui dalam pembukaan World Export Development Forum di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin 15 Oktober 2012.

Secara keseluruhan, Gita menjelaskan, produk domestik bruto (PDB) dunia mencapai sekitar US$70 triliun. Sementara itu, nilai perdagangan dunia kurang lebih US$31 triliun.

Peran Indonesia menjadi sangat penting, karena negara berkembang yang mengikuti perdagangan antarnegara selatan terbilang cukup sedikit. Selain Indonesia, hanya ada Afrika Selatan, Brasil, dan India.

Melihat potensi tersebut, Gita cukup optimistis, pameran perdagangan Indonesia yang digelar kali ini akan meningkatkan aktivitas perdagangan Indonesia dan pasar negara selatan. Apalagi, Indonesia kini mulai mengurangi ketergatungan pada pasar tradisional, AS dan Eropa.

© VIVA.co.id

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...