Jakarta � Papua ternyata pemilik lapangan terbang terbanyak di Indonesia, dengan jumlah 300 lapangan terbang, mulai dari skala internasional hingga lapangan terbang kelas perintis.
"Papua memiliki lebih dari 300 lapangan terbang. Mulai berskala internasional, nasional, hingga lapangan terbang kecil yang hanya beralaskan tanah dan rumput," kata Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua, Bambang Sismanto, Selasa (4/12).
Dari 300-an lapangan terbang itu, 30 persennya bisa didarati pesawat terbang propeler tipe Twin Otter. Pesawat tersebut adalah salah satu tipe pesawat terbang kesayangan pilot penerbangan perintis karena sudah sangat terbukti handal dan bisa dipercaya.
Twin Otter menjadi pilihan, karena cuaca di Papua sangat sulit diprediksi, sangat mudah berubah dari sangat cerah menjadi berkabut dan hujan dalam sekejap. Belum lagi jalur penerbangan itu sering harus melintasi celah sempit antar gunung, bukit, dan lain-lain, yang menjadi tantangan tersendiri bagi insan kedirgantaraan di sana.
"Sedangkan lainnya itu masih berupa lapangan terbang rumput/tanah yang hanya bisa didarati pesawat kecil seperti Pilatus dan lain-lain," kata Bambang.
Ketika disinggung bagaiamana dengan pembangunan Bandara Sinak, di Distrik (Kecamatan) Sinak, Kabupaten Puncak, Sismanto mengakui sumber pendanaannya 100 persen dari pemerintah pusat di Jakarta.
"Untuk Bandara Sinak didukung dana APBN Pusat. Secara bertahap dibangun mulai dari penyiapan lahan, dilanjutkan konstruksi pengaspalan, jadi tetap berjalan, namun secara bertahap," jelasnya.
Terkait status Bandara Internasional Frans Kaisepo, di Biak, yang diharapkan jalur penerbangan internasionalnya dihidupkan kembali, Sismanto menjelaskan, bandara tersebut masih berstatus bandara Internasional.
Bandara Frans Kaisepo pernah menjadi hub bagi penerbangan internasional dari Indonesia ke pantai barat Amerika Serikat. Sama seperti bandara Sentani, di Kabupaten Jayapura, Bandar Moses Kilangin di Kabuapten Mimika dan Bandar Mopah di Kabupaten Merauke.*
itoday
"Papua memiliki lebih dari 300 lapangan terbang. Mulai berskala internasional, nasional, hingga lapangan terbang kecil yang hanya beralaskan tanah dan rumput," kata Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua, Bambang Sismanto, Selasa (4/12).
Dari 300-an lapangan terbang itu, 30 persennya bisa didarati pesawat terbang propeler tipe Twin Otter. Pesawat tersebut adalah salah satu tipe pesawat terbang kesayangan pilot penerbangan perintis karena sudah sangat terbukti handal dan bisa dipercaya.
Twin Otter menjadi pilihan, karena cuaca di Papua sangat sulit diprediksi, sangat mudah berubah dari sangat cerah menjadi berkabut dan hujan dalam sekejap. Belum lagi jalur penerbangan itu sering harus melintasi celah sempit antar gunung, bukit, dan lain-lain, yang menjadi tantangan tersendiri bagi insan kedirgantaraan di sana.
"Sedangkan lainnya itu masih berupa lapangan terbang rumput/tanah yang hanya bisa didarati pesawat kecil seperti Pilatus dan lain-lain," kata Bambang.
Ketika disinggung bagaiamana dengan pembangunan Bandara Sinak, di Distrik (Kecamatan) Sinak, Kabupaten Puncak, Sismanto mengakui sumber pendanaannya 100 persen dari pemerintah pusat di Jakarta.
"Untuk Bandara Sinak didukung dana APBN Pusat. Secara bertahap dibangun mulai dari penyiapan lahan, dilanjutkan konstruksi pengaspalan, jadi tetap berjalan, namun secara bertahap," jelasnya.
Terkait status Bandara Internasional Frans Kaisepo, di Biak, yang diharapkan jalur penerbangan internasionalnya dihidupkan kembali, Sismanto menjelaskan, bandara tersebut masih berstatus bandara Internasional.
Bandara Frans Kaisepo pernah menjadi hub bagi penerbangan internasional dari Indonesia ke pantai barat Amerika Serikat. Sama seperti bandara Sentani, di Kabupaten Jayapura, Bandar Moses Kilangin di Kabuapten Mimika dan Bandar Mopah di Kabupaten Merauke.*
itoday
0 comments:
Post a Comment