Wednesday, 22 December 2010

PII Award 2010 : “Laju De-Industrialisasi Harus Dibendung”

Persatuan Insinyur Indonesia (PII) kembali menganugerahkan “PII Award” kepada beberapa individu dan Institusi. Tahun ini PII Award dianugerahkan kepada 7 Institusi dan 13 perorangan yang dinilai berprestasi di bidang teknologi dan kerekayasaan di Indonesia. Hal ini merupakan penghargaan tertinggi dari Persatuan Insinyur Indonesia yang diberikan sejak tahun 1990 kepada putra-putri bangsa yng berprestasi.

Acara penganugerahan yang dihadiri para insan pegiat ilmu mewakili seluruh nusantara, di gelar di Auditorium Gedung BPPT, Jakarta, Rabu 22 Desember 2010 dengan puncak acara yang ditengarai dengan Pidato PII bertajuk “Membangun Kembali kemampuan Engineering Nasional” oleh Mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie.

Saat memberikan pidatonya, BJ Habibie mengatakan, hampir semua pusat perbelanjaan di Indonesia dipenuhi barang-barang luar negeri. Hal itu berarti rakyat Indonesia harus membayar ongkos pekerja luar negeri untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari”,katanya.

Tersisihnya produk dalam negeri menciptakan defisit jam kerja antara pekerja di Tanah Air dan di luar negeri. Ironisnya, kondisi itu terjadi saat banyak masyarakat Indonesia mengeluhkan kecilnya lapangan kerja dan naiknya pengangguran.

”Membeli produk buatan dalam negeri itu sama dengan mengamankan lapangan kerja serta menjamin pemerataan dan kesejahteraan bangsa,” ujarnya.

Defisit jam kerja itu dapat diatasi dengan meningkatkan daya saing industri manufaktur melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan teknologi. Langkah ini membutuhkan perencanaan jangka panjang yang konsisten serta produk hukum yang melindungi industri dan mengamankan pasar dalam negeri.

”Ini bukan proteksionisme, tetapi untuk menciptakan lapangan kerja. Negara-negara lain juga melakukannya,” tuturnya.(Kompas,23/12)

Dalam kesempatan sambutannya, Menteri Koordinator Perekonomian M Hatta Rajasa mengatakan, bidang rekayasa (engineering) Indonesia mengalami perkembangan pesat pada era 1980-an. Kini, potensi perekayasa Indonesia harus dibangkitkan kembali agar bisa memberi nilai tambah hingga mampu bersaing secara global. Peningkatan daya saing industri manufaktur harus ditopang oleh kualitas sumber daya manusia yang memadai. Namun, hal ini masih sulit karena hanya ada 16.435 insinyur per Mei 2010 dari 237 juta rakyat Indonesia atau 0,006 persen”'ujarnya.

Penghargaan PII Award 2010 diberikan kepada individu dan industri berprestasi dalam bidang teknologi dan rekayasa. Penghargaan diberikan dalam lima kategori (Life Time Achievement, Engineering, Sustainable Engineering, Coorporate Technology Achievement dan Adhiwarta Rekayasa). Untuk kategori Lifetime achievement diberikan kepada Wiratman Wangsadinata dan GM Tampubolon.

Untuk kategori Engineering (Adhidharma Profesi) diraih oleh Sriani Sujiprihati, Bambang Wydiyatmoko, L.T.Handoko, kemudian untuk kategori Engineering (Adhicipta Rekayasa Individu) diberikan pada Ratno Nuryadi, Dasep Ahmadi, Andreas W Yunardi, Johanes Adi P, Samudra Prasetio; selanjutnya kategori Engineering (Adhicipta Rekayasa Perusahaan) kepada Pusat Teknologi Industri Proses BPPT, PT.Krakatau Steel, PT.Industri Kereta Api; kategori Engineering Adhikara Rekayasa Individu, diberikan kepada Wiratman Wangsadinata, Terip Karo Karo; untuk kategori Engineering Adhikara Rekayasa Perusahaan diraih oleh PT.Wijaya Karya dan kategori Engineering Adhicipta Pratama oleh Ahmad Agus Setiawan, Johnny Setiawan.

Sedangkan kategori Sustainable Engineering Individu diberikan Nuryanto dan kategori Sustainable Engineering Perusahaan diberikan kepada PT Pembangunan Perumahan, PT.Pasadena Engineering Indonesia.

Sementara itu, kategori Coorporate Technology Achievement di raih oleh PT.Industri Kereta Api dan terakhir, kategori Adhiwarta Rekayasa diberikan kepada Redaktur Senior Kompas Ninok Leksono. (PII/ck/humasristek)


Ristek

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...