REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kemandegan implementasi Broadband Wireless Access (BWA) 2.3 GHz berpotensi rugikan negara sekitar 4 triliun per tahun.
"Ada perbedaan sudut pandang yang menghasilkan kemandegan implementasi BWA 2.3 GHz," kata Sekretaris Jenderal Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, sampai saat ini hampir semua operator selular menyediakan layanan mobile broadband access. Menurut dia, hal ini menandai babakan baru dalam penyediaan akses broadband.
"Di luar operator selular, ada 8 perusahaan yang memenangkan tender BWA 2.3 GHz namun baru satu (Pt First Media) yang sudah berhasil lulus ULO dan saat ini sedang dalam tahap free trial," katanya.
Sedangkan lainnya, kata dia, masih menunggu "ketulus-ikhlasan" pemerintah mengubah dari Wimax 16d ke 16e.
"Semua pemenang tender Wimax berargumen layanan berbasis fixed 16d tidak feasible secara komersial, selain itu dalam tender disebutkan layanan nomadic, itu artinya 16e, bukan 16d yang fixed," katanya.
Dari perbedaan sudut pandang inilah hasilnya adalah kemandegan implementasi Broadband wireless access 2.3 GHz yang berpotensi negara dirugikan sekitar Rp 4 triliun pertahun.
• Republika
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment