Deputi VP Corporate Secretary Telkomsel Aulia Ersyah Marinto mengatakan, saat ini Telkomsel sedang berada dalam tahap riset dan uji coba LTE (Long Term Evolution). Terutama karena jaringan nirkabel ini mengusung teknologi terbaru, yang membutuhkan pemahaman tersendiri. "Ini merupakan proses normal dalam penerapan teknologi baru,” katanya.
Hingga kini Telkomsel telah melakukan uji coba pada network dan frekuensi Telkomsel. Selain bekerja sama dengan beberapa universitas dan melakukan kajian internal. Hal tersebut dilakukan karena Telkomsel ingin mengetahui pasar LTE, menemukan aplikasi apa yang cocok, daerah mana yang cocok serta mengetahui perangkat apa yang mendukung.
“Telkomsel ingin mempersiapkan Indonesia agar bisa ikut andil dalam multimedia, broadcasting, video dan audio resolusi tinggi. Telkomsel mempersiapkan Indonesia bukan hanya untuk browsing thok,” paparnya.
Aulia menilai, LTE memiliki potensi bagus di Indonesia, karena mampu memberi warna pada bisnis dan diferensiasi untuk pelanggan. Namun, implementasi teknologi keempat ini secara komersial, membutuhkan proses. “Roll-out layanan ini tak akan langsung dilakukan begitu saja, masih ada tahap-tahap lain yang harus dilakukan” tuturnya.
Ia menyebutkan, ada kebijakan pemerintah yang diperlukan untuk komersialisasi, seperti dari legalitas, lisensi, pemasaran atau analisa bisnis, kemudian teknologi yang harus dipelajari behaviour-nya. “Secara kebijakan, operasional LTE masih menunggu lampu hijau dari pemerintah. “Pemerintah hanya memperbolehkan uji coba dan riset untuk saat ini,” ujarnya.
Division Head Public Relation Indosat Djarot Handoko juga mengakui, pihaknya saat ini sedang melakukan uji coba dan sedang menunggu izin resmi dari regulator untuk implementasi teknologi baru ini, “Sejauh ini masih dalam trial,” katanya.
Menurutnya, Indosat telah melakuka modernisasi jaringan sejak Agustus 2010. Ia mengklaim, langkah itu membuat pihaknya siap mengantisipasi LTE. “Tinggal tunggu regulasi, kemudian investor, baru kita bisa running,” tandasnya.
Hal serupa juga terjadi pada XL, GM Network Planning and Assurance XL Budi Harjono, yang mengatakan bahwa pihak mereka sedang berada dalam tahap uji coba untuk memahami aplikasi, kinerja, dan frekuensi teknologi baru tersebut. Kemudian, dipelajari integrasinya pada network.
Dalam tahap awal ini, Budi mengklaim secara fungsional LTE sudah berjalan di coverage dalam ruangan. Sementara untuk luar ruangan masih harus dicoba. Ia menuturkan, hingga kini, kendala terbesar yang dirasakan XL adalah masih sebatas pada dalam ruangan. “Jadi, belum pada real network secara besar”.
Terkait hal ini, Ketua Umum IDTUG (Indonesia Telecommunications User Group) Nurul Yakin Setiabudi menilai, kebutuhan di kota besar sudah mulai tumbuh. Namun, karena luasnya Indonesia, belum banyak yang membutuhkan high speed.”Saya harap, teknologi ini dapat meningkatkan kebutuhan internet dan menjadi trigger peningkatan produktivitas dan ekonomi,” katanya.
Nurul menambahkan, operator dan pemerintah memiliki kewajiban untuk mengedukasi pengguna agar menjadi lebih produktif dan cerdas dalam memanfaatkan teknologi baru ini. “Jadi bukan hanya konsumen yang konsumtif,” tandasnya.
Menurutnya, hingga saat ini yang menjadi masalah adalah kurang tegasnya pemerintah dalam melakukan alokasi frekuensi. Teknologi ini membutuhkan spektrum frekuensi dan lebar pita yang tepat. “Sebenarnya untuk 3,5G saja masih bisa dioprimalkan, namun terkendala frekuensi juga,” paparnya. Jika lebar pita terbatas, operator tak dapat memanfaatkannya secara optimal.
Dengan adanya LTE, ia menilai bisnis konten akan berkembang, “Mudah-mudahan LTE dapat menumbuhkan ekonomi”. Sayangnya, aplikasi killer-nya belum ditemukan. “Namun, secara umum kita welcome saja”. [ast]
0 comments:
Post a Comment