Wednesday, 7 September 2011

Tumbuhkan Minat Sains sejak Anak-anak

 

KOMPAS.com - Cara menumbuhkan minat anak terhadap sains banyak cara dan ragamnya salah satunya adalah lewat sebuah kompetisi. Belum lama ini, Kalbe Farma menyelenggarakan pameran edukasi dan entertainment yang diberi nama Junior Science Fair (JSF).

Luhut Budijarso, Ketua Panitia Perayaan Hut ke-45 Kalbe Farma mengatakan, kegiatan ini dibentuk semata-mata sebagai upaya untuk menumbuhkan kecintaan terhadap sains sejak masih dini. Junior Science Award (bagian dari JSF) ditujukan kepada anak-anak sekolah dasar Indonesia (kelas IV-VI SD) untuk menampilkan sekaligus menjadi ajang kompetisi dari hasil karya dan kreativitas di bidang science.

"Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak Indonesia bahwa ilmu pengetahuan itu bukan sesuatu hal yang harus ditakuti, tetapi sesuatu yang menyenangkan, mengasyikan dan mudah," katanya, dalam Media Roundtable Junior Science Fair, Rabu, (7/9/2011), di Jakarta.

Dari 199 karya yang masuk, tim juri telah memilih 18 finalis, dan telah menentukan sembilan pemenang. Dan ke-9 pemenang tersebut akan menampilkan karya mereka pada ajang Junior Science Fair, pada 10-11 September 2011,di Assembly Hall-Jakarta Convention Center, pukul 09.00-19.00.

"Untuk sembilan pemenang masing-masing memperoleh Rp 10 juta dan untuk masing-masing sekolah juga kami berikan 10 juta," ujarnya.

Luhur mengharapkan publik tidak melihat hadiah yuang diberikan dari sisi nominal rupiahnya saja, namun hendak melihat sebagai salah satu langkah awal menghidupkan iklim penelitian dan sains sedini mungkin pada anak-anak Indonesia. "Kami percaya bahwa bangsa yang besar dan maju adalah bangsa yang mencintai sains dan menghargai penelitian," tambahnya.

Secara singkat, Luhur coba mendeskripsikan salah satu peserta yang ikut andil dalam kompetisi Junior Scientist Award. Krisna Wardhana misalnya, murid dari SD Cahaya Nur asal Kudus ini dalam karyanya, mencoba menfaatkan limbah kulit telur untuk mempercepat pembekuan darah. Luhur menceritakan, hal tersebut bermula karena memang kesehariannya Krisna adalah anak yang hobi makan telur. Sehingga dia berpikir, sayang sekali jika banyak kulit telur yang harus dibuang setiap harinya.

Selama hampir sekitar dua bulan Krisna melakukan percobaan, yang dibantu gurunya. Ia mencoba dirumah dan disekolah. Termasuk membaca teori tentang proses pembekuan darah. "Ternyata pas di coba, di mana kulit telur ditumbuk halus lalu ditaburkan di luka, luka bisa mengering," ucapnya sambil tersenyum.


KOMPAS

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...