Tangerang - Ragu-ragu, Muhammad Sabarudin mengambil ikan Lele goreng dan ikan Nila bakar yang terhidang di sebuah meja prasmanan. Wartawan salah satu media nasional di Jakarta berusia 34 tahun ini terlihat bimbang apakah mengambil lauk ikan itu atau tidak.
Padahal, saat itu dibelakang Sabar antrian makan siang dalam acara panen ikan tawar dengan Suplemen Pakan Ikan produk Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Desa Sumur Bandung, Jayanti, Kabupaten Tangerang, sudah mengular panjang. "Aman ngak yah? Ada radiasi nuklirnya nggak?" katanya.
Namun, keraguan Sabar dan para tamu lainnya yang hadir terjawab ketika rombongan peneliti Batan yang dipimpin Kepala Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, Ruslan, mengambil masakan ikan itu dan menyantapnya. "Dijamin aman dari nuklir dan radiasinya," kata Ruslan sambil tersenyum, Selasa, 30 Oktober 2012.
Untuk membuat produk Suplemen Pakan Ikan (SPI) dari Iptek Nuklir ini, Ruslan menjelaskan, penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir hanya dalam proses mendekontaminasi bakteri patogen agar pakan tersebut lebih tanah lama, sehingga pada ikan tidak ada nuklir atau radiasinya. Ia menjamin ikan yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi dan tidak berpengaruh negatif terhadap kesehatan tubuh.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) memang tengah mengembangkan pakan ikan yang berasal dari hasil penelitian dan pengembangan Iptek Nuklir. Pakan atau suplemen ikan ini dapat merangsang pertumbuhan dan berat ikan sehingga hasil yang didapat bobotnya lebih berat serta mempercepat masa panen. "Ini adalah salah satu hasil penelitian Iptek Nuklir Batan dibidang ketahanan pangan," kata Ruslan.
Menurut Ruslan, Suplemen Pakan Ikan merupakan produk Batan yang menggunakan bahan limbah pertanian, seperti ampas kelapa sawit, ampas kecap, bungkil kedelai, tepung ikan, menir atau dedak, sementara vitamin dan mineralnya menggunakan vitamin topmix. "Bahan dasar bisa disesuaikan dengan bahan lokal yang mudah didapat didaerah masing-masing seperti ampas kecap bisa diganti ampas tahu," katanya.
Hanya saja, dia menambahkan, produk ini masih memiliki kekurangan, yaitu pakan tidak mengapung seperti pada pakan ikan lainnya. Dengan pakan yang langsung tenggelam, kurang terjangkau oleh ikan, sehingga ketika memberi pakan ke ikan membutuhkan lebih banyak dan secara berulang.
Selain mengembangkan Suplemen Pakan Ikan, Batan juga mengembangkan pejantanan ikan dengan menggunakan hormon testoron. Hormon tersebut, menurut Ruslan, bersifat alami dan tidak mengandung residu kimia karena dari bahan testis sapi. "Tujuannya adalah menjantankan ikan atau sek reversal, karena ikan jantan lebih cepat besar dibanding ikan betina, sehingga menguntungkan karena mempercepat masa panen," katanya.
Peneliti Batan, Ardiyah, menambahkan hasil temuan Iptek Nuklir ini memang diperuntukkan bagi peternak dan budidaya ikan. Sebab, dengan menggunakan Suplemen Pakan Ikan dan pejantanan ikan, para peternak ikan bisa mendapatkan keuntungan yang cukup banyak, seperti bobot ikan bertambah hingga 30 persen dan mempercepat waktu panen dan memangkas biaya operasional.
"Dengan menggunakan pakan ini, masa panen dipercepat hanya sampai 2,5 bulan untuk ikan lele, yang jika tidak menggunakan stimulant bisa sampai 4 bulanan," katanya.
Begitu juga dengan bobot ikan dengan menggunakan suplemen ini, per kilogram ikan Nila atau Lele hanya lima ekor. Sedangkan tanpa suoplemen, per kilogramnya bisa mencapai 7-10 kilogram.
© Tempo
0 comments:
Post a Comment