DALAM upaya menggenjot ekspor yang berasal dari investasi, Indonesia diharapkan bisa menjadi basis produksi di masa mendatang. Hal ini mengingat tingginya impor barang modal dan bahan baku sangat berkaitan erat dengan makin besarnya investasi yang masuk selama ini.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyatakan, sebagian besar produk hasil investasi di Indonesia justru menyasar pasar dalam negeri hingga 70-80 persen, sedangkan baru 20-30 persen produk yang diekspor.
Data Kementerian Perdagangan periode Januari-September 2012 menunjukkan impor bahan baku mencapai US$ 103,4 miliar atau meningkat 23,9 persen (YoY) atau lebih rendah dibanding tahun lalu yang tumbuh 37,2 persen (YoY). Impor barang modal selama Januari-September 2012 mencapai US$ 28,6 miliar meningkat 23,9 persen (YoY).
Sedangkan, pertumbuhan impor barang konsumsi (yoy) makin tertekan di mana periode Januari-September 2012 hanya naik 0,6 persen atau mencapai US$ 10 miliar, jauh lebih rendah daripada tahun lalu yang mencapai 3,8 persen.
“Kami akan cermati, tingginya impor barang modal dan makin rendahnya pertumbuhan impor barang konsumsi. Turunnya impor barang konsumsi kemungkinan karena sudah diisi lebih dulu barang impor yang saat ini diproduksi di dalam negeri,” kata Bayu di sela konferensi pers, di Jakarta, Jumat, (2/11).
Menurut dia, hal tersebut dinilai memang baik, karena substitusi impornya berjalan, namun diharapkan Indonesia bisa menjadi basis produksi sehingga ekspornya bisa lebih besar. Ke depan, pihaknya pun siap untuk mempromosikan Indonesia tidak hanya baik sebagai lokasi tujuan ekspor, melainkan juga lokasi yang tepat untuk dibangun basis produksi.
“Investasi masuk pastinya memberi efek berantai bagi ekonomi kita, namun hal ini harus dilihat sebagai sinyal kuat bagi kami untuk menyiapkan industri-industri penyedia barang modal dan bahan penolong agar memanfaatkan momentum investasi tersebut,” ujarnya.
Hal ini dlihatnya sebagai perkembangan baru yang positif, di mana Indonesia naik kelas sebagai negara yang memiliki potensi sebagai basis kegiatan produksi dan manufaktur. Menurut Bayu, korelasi positif antara tingginya impor barang modal dan bahan baku terhadap masuknya investasi juga tengah dikaji bersama dengan Kementerian Perindustrian.
Badan Pusat Statistik mencatat total nilai ekspor periode Januari-September 2012 mencapai 143 miliar dolar AS, turun 6,06 persen dibanding ekspor periode yang sama 2011 mencapai US$ 152 miliar. Total ekspor migas sebesar US$ 28,64 miliar atau menurun dari periode sama tahun lalu sebesar US$ 31,41 miliar, sedangkan ekspor non migas sebesar US$ 114,36 miliar atau turun dibanding tahun lalu sebesar US$ 120,82 miliar.
© Jurnas
0 comments:
Post a Comment