Wednesday, 7 November 2012

Industri Baja Tanah Air Kian Meningkat

http://www.jurnas.com/fototmp/detail/59318-75840-918741-0-4fbbf3052908e17d1d10c0bb09a2904d.jpg?1352254365Industri baja di dalam negeri masih prospektif. Tingginya tingkat permintaan pasar baja domestik berdampak pada pertumbuhan sebesar 6-7% per tahun.

Kondisi ini diprediksi akan bertahan karena tahun depan berbagai investasi di sektor manufaktur dan pembangunan berbagai infrastruktur mulai terealisasi.

"Kendati pasar ekspor lesu, namun, pasar domestik masih tumbuh sekitar 6-7%. Hal itu akan membuat industri baja nasional tahun depan masih prospektif," ujar Ismail Mandry, Co Chairman Long Product Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), di Jakarta, Rabu (7/11).

Ismail melihat, krisis ekonomi di Eropa dan perlambatan ekonomi di Cina, mengganjal pasar ekspor baja lokal pada tahun ini.

Apalagi, produksi baja yang berlebih di Cina berdampak pada berlebihnya produk baja negara tersebut dan membanjiri pasar lokal. Hal itu turut menekan harga jual baja produsen dalam negeri.

Kendati demikian, Ismail optimistis, tahun depan perekonomian global mulai membaik. Jika itu terjadi, maka produksi dan harga jual baja juga kembali membaik.

"Pemerintah harus turun tangan mengantisipasi banjirnya baja Cina ke pasar domestik," tegas Ismail.

Seperti diketahui, hingga kuartal ketiga 2012, sebagian besar produsen baja regional terpaksa mengurangi produksi lantaran merugi.

Perlambatan ekonomi Cina membuat permintaan baja merosot dan kelebihan kapasitas produksi. Salah satu produsen baja terbesar Cina Baoshan Iron & Steel Co (Baosteel) bahkan terpaksa menghentikan salah satu pabriknya untuk mengurangi kerugian yang lebih besar.

Salah satu yang terkena dampak paling parah adalah perusahaan baja asal Korea, Posco. Akibat penurunan kinerjanya, lembaga pemeringkat Moodys Investor Service menurunkan rating utang Posco dari A3 menjadi BAA1 dengan outlook negatif.

Pasalnya Posco mengalami kemerosotan kinerja yang amat parah. Bahkan, Posco terpaksa melego aset-asetnya senilai 2,5 triliun won, untuk menambal laporan keuangannya. Perusahaan baja itu baru-baru ini juga menurunkan target penjualan 2012 untuk ketiga kalinya, setelah perolehan laba kuartal ketiga tidak mencapai target.

Akibatnya, pendapatan induk usaha diprediksi turun menjadi 36,3 triliun won atau US$ 32,9 miliar untuk tahun ini. Target tersebut turun dari yang ditetapkan pada Juli lalu yakni US$ 37,5 triliun won.

Begitupula industri baja di negara lain, seperti Bluescope Steel, terpaksa menurunkan kapasitas produksinya hingga 50%. Akibatnya, pada semester pertama tahun ini, produsen baja asal Australia itu merugi hingga USD 1,09 miliar.

Kondisi serupa dialami Sahaviriya, produsen baja asal Thailand yang pada semester pertama kemarin merugi hingga USD 159,13 juta, serta perusahaan baja asal Malaysia, Lion Diversified yang rugi hingga USD 78,5 million pada periode yang sama.

Untuk menyiasati penurunan kinerja tersebut, perusahaan di kawasan Australia dan Amerika rata-rata memotong kapasitas produksi hingga separuh posisi awal, Eropa memangkas kapasitas produksi sekitar 30%, dan China menurunkan produksi hingga 25%-30%.

Kendati demikian, Ismail optimistis, kinerja industri baja dunia lokal pada tahun depan, akan kembali bergairah. Syaratnya, kondisi ekonomi dunia kembali membaik, dan Cina kembali meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

"Realisasi investasi dan pembangunan infrastruktur dan manufaktur di dalam negeri juga turut meningkatkan permintaan pasar domestik," ucap Ismail.


© Jurnas

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...