Jakarta - Pemerintah Jepang, melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), menawarkan teknologi pencegah banjir mirip dengan sistem resapan air.
JICA melakukan proyek percontohan penggunaan teknologi ini melalui pembangunan Rainwater Storage Infiltration Facility (RSIF/kolam resapan air) di Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. Kolam resapan air ini menggunakan material dari Jepang yang disebut Cross Wave, dan memiliki kekuatan penyerapan tiga kali lebih besar daripada metode konvensional.
Chief Advisor JICA Expert, Tanaka Takaya, mengatakan teknologi yang dipakai dalam kolam resapan ini sangat cocok dipakai di daerah perkotaan di mana ketersediaan ruang terbatas. Teknologi berupa berbahan plastik ini dipasang di bawah tanah yang telah dilapisi geotekstil dan kemudian ditutup kembali dengan tanah.
"Ini membantu penyerapan air permukaan ke dalam tanah untuk mengurangi volume air yang masuk langsung ke sungai," kata Tanaka saat menunjukkan proyek kolam resapan, di Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Jakarta, Rabu, 7 November 2012.
Konsep pembangunan kolam resapan ini, lanjutnya, sudah diterapkan di Jepang sejak tahun 1970 dan banyak diaplikasikan di tempat umum seperti perkantoran, stadion, maupun tempat pendidikan. Beberapa kota di Jepang sudah mengaplikasikan teknologi ini seperti Tokyo dan Yokohama,
"Pembangunan ini unik karena tidak memerlukan ruang tambahan. Material dipasang di dalam tanah sehingga di atasnya bisa ditutup aspal dan bisa digunakan untuk aktivitas lain," ujarnya.
Kolam resapan air ini bisa berfungsi hingga 50 tahun dan tidak memerlukan perawatan. Pembangunan ini juga mampu menahan beban di atasnya hingga 45 ton, sehingga cocok dipasang di tempat-tempat umum.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Imam Santoso, menambahkan proyek percontohan ini akan selesai akhir November ini dan akan dipantau saat musim hujan yang berlangsung hingga Maret 2013. Pembangunannya merupakan hibah dari JICA dengan luas 9x9 meter dan tinggi sekitar 2 meter.
Ia berharap bisa mengaplikasikan teknologi ini tahap awal di wilayah Jakarta. Dengan begitu, bisa mengurangi potensi banjir karena beban sungai berkurang saat hujan datang. "Ini bisa berfungsi seperti bendungan kecil di dalam tanah," ujarnya dalam kesempatan sama.
Sayangnya, harga material pembangunan kolam resapan ini cukup mahal karena harus diimpor langsung dari Jepang. Harga materialnya Rp 3 juta per meter kubik dan setiap pembangunannya bisa menghabiskan dana Rp 200 juta. Karena itulah, ia berharap pemerintah Jepang mau memproduksi material ini di Indonesia sehingga harga bisa lebih murah.
Ke depan, dia menambahkan, kota-kota lain juga harus menerapkan teknologi ini terutama kota yang memiliki curah hujan tinggi, seperti Bogor.
Kepala Bidang Tata Bangunan Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman Kabupaten Bogor, Atis Tardiana, mengatakan kabupatennya siap menerapkan teknologi ini namun membutuhkan dukungan regulasi. "Sistem ini solusi pencegah air di tengah mahalnya izin lahan. Karena pembangunan sumur resapan membutuhkan lahan, sedangkan teknologi ini tidak butuh lahan baru," katanya.
© Tempo
0 comments:
Post a Comment