JAKARTA--MICOM: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah bahwa pihaknya telah mencabut peringatan dini sebelum tsunami terjadi.
Menurut Kepala BMKG Pusat Sri Woro B Harijono, kesalahan kemungkinan besar terjadi di tingkat pemerintah daerah karena pihaknya mengaku sudah mengirimkan peringatan dini ke pemda setempat hanya lima menit setelah gempa terjadi pada pukul 21.42.
"Berita yang menyebut bahwa BMKG telah mencabut peringatan dini sebelum tsunami itu tidak benar. Kami sudah bertindak sesuai standard operating procedure yang benar dan kami pun sudah mengirim peringatan tsunami ke pemda," ungkap Sri Woro saat melakukan jumpa pers di kantornya, Kamis (28/10).
Hal ini diperkuat dengan konfirmasi yang didapat dari pemda setempat dua hari setelah kejadian. Melalui sambungan telepon, pemda setempat menyatakan telah menerima peringatan, namun tidak bisa memberi peringatan tsunami kepada masyarakat setempat karena ketiadaan sirine di Pagai Selatan serta pendeknya jarak antara gempa dengan tsunami.
"Gempa dan tsunami hanya berjarak sekitar tujuh menit, sementara kami membutuhkan lima menit setelah gempa untuk menganalisa apakah gempa itu berpotensi tsunami atau tidak. Belum lagi, di sana tidak ada sirine seperti yang telah dipasang di Aceh maupun Padang," tambah Sri Woro.
Gawatnya, BMKG meyakinkan bakal terjadi gempa induk lainnya di bagian lain Mentawai karena masih aktifnya lempeng Sumatera dan Eurasia.
Hal itu sesuai dengan hasil penelitian dari peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Hery Harjono menyatakan bahwa Kepulauan Mentawai masih akan dilanda gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter yang disertai tsunami akibat belum terbukanya satu kuncian di sekitar Siberut-Pagai Utara.
Untuk mengantisipasi hal ini, banyak hal yang harus menjadi pekerjaan rumah pemerintah, di antaranya menentukan tempat evakuasi, memasang rambu menuju tempat tersebut, maupun latihan rutin simulasi tsunami. Namun tetap saja, masyarakat menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas keselamatan mereka sensdiri.
Pasalnya menurut Kepala Koordinasi Peringatan Tsunami Samudera Hindia dari UNESCO Ian Sopaheluwaken, pelajaran yang bisa diambil dari kejadian Mentawai ialah peringatan dini tidak bisa dijadikan penyelamat utama.
"Pokoknya, begitu masyarakat merasakan gempa, mereka harus langsung lari ke tempat yang lebih tinggi, terlebih untuk Mentawai atau daerah lain yang dikelilingi perairan laut dalam yang menyebabkan gelombang tsunami makin cepat bergerak ke daratan," tandas Ian. (OL-9)
• MediaIndonesia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment